Mengintip hasil dana desa di kecantikan ekowisata mangrove Belitung
Merdeka.com - Kebijakan pemerintah Jokowi-JK menggenjot penyaluran dana desa mulai menuai hasil. Salah satunya dapat dilihat dari pengembangan ekowisata mangrove di Kampung Kuale Desa Sijuk, Kecamatan Sijuk, Belitung.
Ekowisata mangrove ini dikembangkan sangat cantik. Sekeliling hutan mangrove dibangun tracking atau tempat berjalan kaki sepanjang 650 meter. Di samping tracking, terdapat sungai yang bisa dilalui kapal kecil.
Ekowisata ini dikelola langsung kelompok masyarakat Kampung Kuale yang terkumpul dalam Kelompok Cipta Lestari Kuale. Belum ada tarif masuk yang dipatok masuk tempat ini. Namun, kelompok ini hanya meminta donasi seadanya dengan menyediakan kotak donasi di pintu masuk
Ketua kelompok Cipta Lestari Kuale, Feri Gunawan menceritakan, kampungnya mendapat bantuan dana desa pada September 2016 lalu. Dana yang tak sampai Rp 100 juta ini digunakan untuk membangun tracking yang terbuat dari papan, sangat klasik.
"Awalnya ini cuma hutan mangrove yang jadi mata pencaharian masyarakat. Ini kemudian dikembangkan jadi jadi daerah wisata," ucap Feri saat bercerita di kawasan wisata tersebut.
Selanjutnya, dana desa tersebut juga digunakan untuk membeli tiga kapal kecil yang mengajak wisatawan mengelilingi hutan mangrove. Selanjutnya, daerah wisata tersebut mendapat bantuan satu kapal lagi dari masyarakat setempat.
"Jadi total sekarang baru empat kapal, satu kapal bisa membawa 3 orang," katanya.
Tak berhenti di situ, kawasan wisata ini kemudian mendapat bantuan dari PT Perusahaan Listrik Negara berupa mesin listrik empat buah. Jadi, kapal empat tadi menggunakan mesin listrik yang hanya butuh di charge.
"Kita bersyukur PLN bisa memberi empat mesin ini. Dulu sebelum ada mesin kita masih menggunakan tenaga manusia," tegasnya.
Tarif naik kapal mengelilingi hutan mangrove layaknya film Anaconda ini juga terbilang murah. Waktu menggunakan tenaga manusia atau dikayuh, wisatawan harus membayar Rp 20.000 untuk berkeliling lebih kurang setengah jam.
"Kalau mesin kita belum tau berapa tarifnya nanti, soalnya ada biaya charge kan."
Ekowisata ini juga terbilang sukses menarik perhatian wisatawan. Menurut Feri, belum lama ini turis asing asal Swiss, Belgia dan Prancis berkunjung ke daerah tersebut.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Mereka terdampar di pulau yang sangat terpencil di Samudra Pasifik.
Baca SelengkapnyaWalaupun sudah dipotong dan diruwat, beberapa anak rambut gimbalnya tetap tumbuh hingga menginjak dewasa.
Baca SelengkapnyaDengan perahu rakit yang ia buat dari drum, Ibu Pasijah mengarungi perairan hutan mangrove untuk menanam bibit pohon tersebut.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Masyarakat lokal Bangka Belitung memiliki cara tersendiri dalam melestarikan lingkungan yang berbasis kearifan lokal.
Baca SelengkapnyaBanyak warga lokalnya menggunakan ladang untuk dijadikan sebagai lahan menanam sayur-sayuran.
Baca SelengkapnyaSelain dikelilingi lembah perbukitan dan muara sungai, pantai tersebut turut menjadi habitat bagi banyak kerbau.
Baca SelengkapnyaMasyarakat sekitar kawasan ekosistem mangrove yang menjadi lokasi kerja sama mesti dilibatkan dan menjadi bagian dalam kegiatan kerja sama ini.
Baca SelengkapnyaMenyelam Sampai ke Dasar Laut, Penyelam Temukan Lubang Terdalam di Dunia, Isinya Menyeramkan
Baca SelengkapnyaPeristiwa itu terjadi saat korban berada di kebun bersama ayahnya di Desa Mendingin, Kecamatan Ulu Ogan, Ogan Komering Ulu (OKU).
Baca Selengkapnya