Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Mengenang Sosok JB Sumarlin, Anak Desa Jadi Menteri Andalan Soeharto

Mengenang Sosok JB Sumarlin, Anak Desa Jadi Menteri Andalan Soeharto Ulang tahun ke-80 JB Sumarlin. ©2013 Merdeka.com/dwi narwoko

Merdeka.com - Menteri keuangan Indonesia era Presiden Soeharto, Johannes Baptista Sumarlin, meninggal dunia di usia 87 tahun. Informasi dari pihak keluarga, JB Sumarlin meninggal pukul 14.15 WIB di Rumah Sakit Saint Carolus, Jakarta.

Sumarlin merupakan salah satu sosok yang memiliki peran dalam perekonomian Indonesia. Pria yang lahir di Nglegok, Blitar, Jawa Timur pada 7 Desember 1932 ini merupakan salah seorang ekonom Indonesia yang pernah memegang berbagai jabatan pemerintahan penting di bidang ekonomi.

Dia lahir dari pasangan Sapoean Pawirodikromo dan Karmilah, seorang buruh tani. Kakek dari jalur ibu, Toedjo Towinangoen, adalah seorang petani yang memiliki sawah dan pekarangan luas di Desa Ngadirejo. Nenek dari jalur ibunya bernama Raminah. Ngadirejo pada masa itu termasuk dalam wilayah administrasi Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Di utara desa, Gunung Kelud menjulang gagah.

Dikutip dari berbagai sumber, Sumarlin adalah lulusan master bergelar MA (Master of Arts) dari Universitas California, AS tahun 1960, dan lulusan doktor bergelar Ph.D dari Universitas Pittsburg, AS tahun 1968. Untuk gelar doktornya Sumarlin lulus dengan disertasi berjudul Some Aspects of Stabilization Policies and Their Institutional Problems: The Indonesian Case 1950-1960.

Sebelum mengabdi di lingkungan pusat kebijakan ekonomi, lulusan S1 Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FE-UI) tahun 1958 ini, sejak tahun 1957 sudah menjadi asisten dosen di almamaternya. Kemudian sejak tahun 1965 diangkat menjadi dosen, lalu sebagai guru besar FE-UI tahun 1979.

Sumarlin meraih gelar master (MA) dari Universitas California, Berkeley, AS (1960) dan gelar doktor dari Universitas Pittsburg, AS (1968). Sebelumnya, dia sempat bekerja di sebuah perusahaan industri di Jakarta.

Pada masa revolusi fisik, Sumarlin ikut bergerilya sebagai anggota Palang Merah Indonesia, dan sebagai anggota TNI di Jawa Timur. Atas pengabdiannya, dia menerima tanda kehormatan dari pemerintah RI berupa Bintang Mahaputra Adiprana III, 1973. Dua tahun kemudian dia menerima Bintang Grootkruis in de Orde van Leopold II dari pemerintah Belgia.

Jabatan Menteri

Pria berperawakan kecil dan selalu memberikan senyuman menyejukkan, ini memainkan peran dan pengabdian sentral pada masa pemerintahan Orde Baru (Orba), khususnya di bidang perekonomian. Sejak 1970 hingga 1998, dia berperan dalam pusat kebijakan ekonomi dan keuangan.

Tahun 1970 hingga 1973, Sumarlin sudah menjabat sebagai Sekretaris Dewan Moneter. Sebelumnya, dia bahkan sudah mengabdi sebagai Deputi Bidang Fiskal dan Moneter Bappenas. Selanjutnya selama sepuluh tahun (1973-1983), Sumarlin menjabat Menteri Negara Penertiban Aparatur Negara (Menpan), merangkap Wakil Ketua Bappenas dan Ketua Opstib.

Kemudian, dia menjabat sebagai Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional (Menneg PPN) merangkap Ketua Bappenas tahun 1983-1988. Di sela-sela periode itu dia ditunjuk sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Menteri Keuangan dan PLT Menteri Pendidikan & Kebudayaan, menggantikan Nugroho Notosusanto yang wafat pada 3 Juni 1985.

Sebelumnya, pada Desember 1973-Januari 1974, Sumarlin juga merangkap jabatan sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ad-interim, karena Soemantri Brodjonegoro yang wafat, dan mengetuai The Intergovernmental Conference on Cultural Policies in Asia yang diselenggarakan oleh UNESCO di Yogyakarta, 10-19 Desember 1973.

Pada Kabinet Pembangunan V periode 21 Maret 1988-17 Maret 1993, Sumarlin menjabat Menteri Keuangan. Setelah itu, sebelum kejatuhan rezim Orde Baru, Sumarlin dipercaya memimpin lembaga tinggi negara, selaku Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

Andalan Soeharto

Keputusan Presiden Soeharto untuk mengangkat Sumarlin sebagai Plt Mendikbud tentunya bukan tanpa alasan. Rekam jejak Sumarlin di bidang pengelolaan perguruan tinggi semasa di Universitas Indonesia tentulah tidak luput dari pengamatan Pak Harto.

Selain itu, selama masa jabatannya sebagai Menpan, Sumarlin juga sangat banyak berurusan dengan guru, bahkan dianggap berjasa menaikkan harkat, martabat dan kesejahteraan para guru di seluruh Indonesia.

Pada saat menjadi Ketua BPK, Sumarlin dibantu oleh Kunarto sebagai Wakil Ketua BPK hingga tahun 1998. Pasangan Sumarlin-Kunarto dianggap banyak pengamat sebagai pasangan yang ideal. Keduanya punya reputasi sebagai orang yang "bersih" dan berprinsip.

Sumarlin adalah seorang Katolik yang taat, sedangkan Kunarto adalah seorang Muslim yang taat melakukan ibadah puasa Senin-Kamis. Dia salah satu arsitek ekonomi Indonesia bersama para dedengkot ekonomi lainnya, seperti Widjojo Nitisastro, Emil Salim dan Ali Wardhana.

Mereka dijuluki sebagai "mafia Barkeley". Julukan yang muncul karena para penentu dan pengambil keputusan di bidang ekonomi rejim Soeharto itu adalah doktor ekonomi lulusan berbagai universitas dari lingkungan Barkeley, Amerika Serikat.

Sumarlin di Mata Boediono

Boediono memiliki kenangan saat awal mula bertemu JB Sumarlin. Dia bertemu dengan Sumarlin saat menulis artikel di sebuah harian nasional dan dibaca oleh Sumarlin. Sejak saat itu, Boediono mulai mengawali kariernya di pemerintahan dengan bergabung di Bappenas.

"Saya ambil satu event saja pada tahun 1983, saya menulis di Kompas, saya seorang dosen di universitas pedalaman Yogya mengenai devaluasi. Tanpa saya sadari ternyata artikel yang sangat pendek itu dibaca seorang menteri waktu itu Menteri PPN pak JB Sumarlin di situlah titik balik dari perjalan karier saya," kata Boediono, beberapa tahun silam.

Pria kelahiran Blitar, 25 Februari 1943 ini lantas direkrut oleh JB Sumarlin untuk menjadi staf di Bappenas dengan bantuan atasannya yang juga punya koneksi di UGM. Perjalanan begitu mulus buat Boediono hingga masuk di Bappenas.

Menurutnya, Bappenas merupakan tempat penggemblengan dan diibaratkan sebagai pewayangan Candradimuka. Banyak lulusan Bappenas keluar dengan semangat dengan kapasitas tahan banting. Saat ini, lanjut dia, belum ada lembaga calon-calon pejabat pemerintahan yang mendidik etos kerja seperti Bappenas saat itu.

Dia mengatakan pentingnya untuk melakukan penggemblengan calon pejabat pemerintah seperti waktu dia menjalani pendidikan di Bappenas. Dia mengatakan, hingga saat ini kariernya sebagai Wakil Presiden, masih dirasakan pengaruh dengan etos kerja yang ditanamkan JB Sumarlin.

"Kita pikirkan institusi penggemblengan seperti ini untuk pemegang semangat negara. Pentingnya peran-peran pejabat ini. Termasuk dalam karir saya. Pak Sumarlin, saya merasakan pengaruh bapak masih ada pada kami-kami ini," tutup Boediono.

(mdk/azz)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Sejarah Terbentuknya BUMN, Ternyata Awalnya Sengketa dengan Belanda

Sejarah Terbentuknya BUMN, Ternyata Awalnya Sengketa dengan Belanda

Kolonel Soeprayogi, diangkat sebagai menteri urusan stabilisasi ekonomi oleh Presiden Sukarno, memainkan peran kunci dalam peraturan untuk pengambilan keputusan

Baca Selengkapnya
Sosok 2 Jenderal TNI Beda Bintang Dulu Atasan & Bawahan, Kemudian Hari si Anak Buah Melejit Sama-sama Bintang 5

Sosok 2 Jenderal TNI Beda Bintang Dulu Atasan & Bawahan, Kemudian Hari si Anak Buah Melejit Sama-sama Bintang 5

Dua sosok Jenderal TNI bintang lima ini ternyata pernah jadi atasan dan bawahan. Simak karier keduanya hingga mampu meraih penghargaan tertinggi militer.

Baca Selengkapnya
Perjalanan Hidup Prabowo Subianto Hingga Menang Pilpres 2024 Versi Quick Count

Perjalanan Hidup Prabowo Subianto Hingga Menang Pilpres 2024 Versi Quick Count

Prabowo Subianto lahir pada 17 Oktober 1951. Dia merupakan anak dari pakar Ekonomi Indonesia pada zaman Soekarno dan Soeharto.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Mengenal Sosok Roestam Effendi, Sastrawan Sumatera yang Memperjuangkan Kemerdekaan Lewat Politik

Mengenal Sosok Roestam Effendi, Sastrawan Sumatera yang Memperjuangkan Kemerdekaan Lewat Politik

Pria asal Minangkabau ini merupakan sastrawan yang beralih menjadi politikus dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Baca Selengkapnya
Sosok Jenderal M. Jusuf, Panglima ABRI Asal Bone yang Bikin Presiden Soeharto Kalah Pamor

Sosok Jenderal M. Jusuf, Panglima ABRI Asal Bone yang Bikin Presiden Soeharto Kalah Pamor

Pria berdarah Bone ini telah meniti karier dari politik sebagai menteri perindustrian hingga menjadi Panglima ABRI yang satu-satunya dari Sulawesi.

Baca Selengkapnya
Mengenal Sosok Djamaluddin Adinegoro, Jurnalis dan Sastrawan Kawakan Indonesia Asal Sumatra Barat

Mengenal Sosok Djamaluddin Adinegoro, Jurnalis dan Sastrawan Kawakan Indonesia Asal Sumatra Barat

Namanya semakin terkenal ketika ia membuat novel berjudul Asmara Jaya dan Darah Muda.

Baca Selengkapnya
Sosok Harun Al-Rasjid Zain, Tokoh Kebanggaan Sumatra Barat yang Jadi Menakertrans di Era Orde Baru

Sosok Harun Al-Rasjid Zain, Tokoh Kebanggaan Sumatra Barat yang Jadi Menakertrans di Era Orde Baru

Tokoh politik sekaligus pejuang Indonesia asal Sumatra Barat ini pernah menjadi gubernur serta menduduki jabatan penting dalam pemerintahan.

Baca Selengkapnya
Sosok Kolonel Barlian, Mantan Panglima Kodam yang Ambil Alih Pemerintahan Sumatera Selatan saat PRRI

Sosok Kolonel Barlian, Mantan Panglima Kodam yang Ambil Alih Pemerintahan Sumatera Selatan saat PRRI

Alih-alih adanya PRRI membuat riuh keadaan pemerintah Indonesia khususnya di wilayah Sumatera, peran kolonel ini justru bersikap sebaliknya.

Baca Selengkapnya
Cerita Soeharto Menikahi Ibu Tien di Bawah Bayang-Bayang Serangan Udara Belanda di Solo

Cerita Soeharto Menikahi Ibu Tien di Bawah Bayang-Bayang Serangan Udara Belanda di Solo

Tak ada lampu, hanya beberapa lilin karena Solo mesti digelapkan saat malam pernikahan Soeharto.

Baca Selengkapnya