Masihkah cerah waralaba makanan di Indonesia?
Merdeka.com - Pengurus Asosiasi Franchise Indonesia (AFI), Bije Widjajanto, mengatakan industri waralaba makanan pada tahun ini mengalami penurunan meski tidak signifikan. Dia yakin kondisi ini akan berbalik saat akhir tahun.
"Kalau saya baca dari laporan-laporan, itu sebetulnya justru memang di semester pertama itu ada sedikit penurunan dari pada tahun lalu," kata Bije, kepada merdeka.com di Jakarta.
Biasanya, jika merujuk pada siklus tahunan, geliat bisnis waralaba makanan mengalami penurunan di awal tahun. Lalu mulai naik perlahan di bulan kedua.
"Tetapi di tahun ini, setelah turun di Januari, Februari tidak naik. Biasanya Februari itu sudah mulai naik," ujarnya.
Penurunan paling parah, lanjutnya, terjadi sesaat sebelum memasuki Ramadan. Tetapi, gairah industri waralaba makanan kembali terlihat usai Lebaran Idul Fitri.
Bije menilai masyarakat saat ini sedang mengalami perubahan pola konsumsi. Masyarakat cenderung lebih mengutamakan kebutuhan yang bersifat pokok untuk sehari-hari.
"Pola konsumsi yang menjadi realistis. Makanan kebutuhan sehari-hari, sabun, deterjen segala macam itu tidak menurun. Mereka akan mengurangi (jatah) yang lain untuk kebutuhan pokok," paparnya.
Salah satu pelaku bisnis waralaba makanan, Ratna Dwikora, mengamini pernyataan Bije. Perempuan yang sudah memiliki 10 cabang usaha di Jabodetabek ini mengaku bisnisnya mengalami penurunan kinerja.
"Peningkatan signifikan tidak, tapi secara umum ada beberapa cabang ada yang turun, ada yang stagnan (tetap) ada juga yang membaik," kata Ratna.
Meski demikian, perempuan kelahiran 1964 ini mengaku kondisi tersebut tidak mempengaruhi bisnisnya secara umum. "Meskipun sedikit melemah daya beli mungkin tapi signifikan belum terlalu mengkhawatirkan menurut saya. Sejauh ini masih aman, penurunan yang terasa 10 sampai 20 persen," ujarnya.
Pemilik Mie Aceh Seulawah ini menganggap, melemahnya industri waralaba makanan merupakan hal wajar dalam sebuah bisnis. Dia memperkirakan, kondisi tersebut akan membaik di akhir tahun ini.
"Dan saya anggap ini akan berakhir lah kira-kira akhir tahun saya pikir sudah mulai ranum lagi, biasanya akan berputar kembali," pungkasnya.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Padahal, banyak jenis usaha atau bisnis yang bisa dikembangkan karena memiliki sumber daya yang luar biasa.
Baca SelengkapnyaKelompok pengeluaran penyumbang inflasi bulanan terbesar berasal dari makanan minuman dan tembakau.
Baca SelengkapnyaIndustri pembiayaan diprediksi akan terus meningkat tahun ini.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Tantangan kedua, yaitu tidak jelasnya kepastian hukum dan kepastian berusaha.
Baca SelengkapnyaPelaku industri mengaku kesulitan untuk memasarkan produk minuman kemasan rendah kalori.
Baca SelengkapnyaSelama masa pandemi pada 2020-2021 merupakan masa-masa sulit bagi industri minuman di dalam negeri.
Baca SelengkapnyaSebagai alternatif makanan yang diminati di Indonesia, gorengan sering dijadikan pilihan untuk takjil saat berbuka puasa.
Baca SelengkapnyaKuliner khas Pulau Meranti ini tak lepas dari ciri khas wilayahnya yang terkenal akan produksi Sagu yang begitu melimpah.
Baca SelengkapnyaGula merupakan bahan baku utama bagi industri minuman Indonesia. Sehingga, dengan naiknya harga gula dunia membuat pelaku usaha terbebani.
Baca Selengkapnya