Kisah Ferdian, Pengusaha 31 Tahun Banting Setir Bikin Tas Kulit di Tengah Pandemi
Merdeka.com - Pandemi Covid-19 memaksa pelaku usaha untuk banting setir agar bisnis tetap berjalan. Termasuk salah satunya adalah Ferdian Ardiwirawan (31), asal Tangerang yang semula berjualan sepatu kulit. Kini, usaha Ferdian banting setir ke sektor manufaktur tas dan barang kerajinan dari material kulit dengan merek lifetimegoods.id.
"Sebelumnya usahanya itu sepatu keamanan dari kulit, semenjak pandemi kalau industri itu memang lagi lesu banget, dan akhirnya memutuskan untuk pindah ke manufaktur barang-barang yang lebih bisa ke individu atau ritel tapi bahannya tetap kulit," kata Ferdian kepada Liputan6.com.
Ferdian bercerita, modal untuk beralih usaha ini tidak begitu banyak, sebab dalam produksi lifetimegoods.id menggandeng pengrajin lokal yang telah berpengalaman di bidangnya untuk menjadikan produk lokal yang berdaya saing dengan kualitas yang mumpuni.
"Produk yang kami hasilkan antara lain clutch, tas sepeda, binder, document folder, tas belanja, id card wallet, dan passport holder," ujarnya.
Untuk harga produk yang dihasilan Ferdian dibanderol mulai dari Rp125.000 hingga Rp300.000. Kenapa harganya terbilang cukup mahal? Karena memang segmentasinya ditujukan untuk kalangan menengah atas. Selain itu produk yang dihasilkan dapat dipakai baik pria maupun wanita (unisex).
"Kelebihan produk yang kami hasilkan adalah bersifat custom artinya dapat diberikan inisial nama sehingga cocok untuk dipakai sendiri maupun diberikan sebagai hadiah atau souvenir. Nilai tambah bagi kita ketika konsumen ingin memberikan kado atau hadiah bisa pesan ke kita secara eksklusif," jelasnya.
Sementara itu untuk omzet sendiri bervariasi tidak menentu, sebab lifetimegoods.id merupakan usaha baru yang dirintis di pertengahan pandemi covid-19 yakni Juli 2020. Kendati begitu, Ferdian mengatakan omzetnya mencapai Rp3 juta hingga Rp5 juta per bulan, itu pun tergantung pesanan.
"Kalau omzet tidak tentu karena kita menjual secara ritel dan grosir, tapi kalau ada pesanan grosir kadang-kadang kita dalam sebulan itu dapat Rp3 juta-Rp5 juta, misalnya kita dapat orderan yang grosir pesannya banyak yang untuk corporate," ungkapnya.
Adapun untuk pengerjaan dari hulu ke hilir masih dikerjakan sendiri oleh Ferdian, mulai dari membeli bahan baku, desain, pemasaran, kecuali penjahitan dilakukan oleh pengrajin lokal yang memang diajak Kerjasama olehnya. "Kita benar-benar dari pencarian bahan baku dari kita sendiri tim internal yang memutuskan dari riset dan development yang bikin untuk modelnya," katanya.
Sejauh ini produk lifetimegoods.id bisa dipesan melalui website lifetimegoods.id, Instagram atau di e-commerce seperti Tokopedia. Untuk memperluas jangkauannya lifetimegoods.id giat melakukan berbagai promosi dengan memasang iklan di Tokopedia dan Instagram agar produknya dikenal publik.
Promo yang ditawarkan yakni di lifetimegoods.id pelanggan bisa memesan secara custom sehingga produk lebih ekslusif dibanding produk lainnya. Selain itu lifetimegoods.id juga memberikan voucher pembelian rutin di momen-momen tertentu, dan potongan harga.
Toko Offline
Meskipun saat ini lifetimegoods.id masih dijual secara online, Lelaki yang berdomisili di Tangerang ini mengatakan belum ada keinginan untuk membuka toko offline. Sebab modal yang dibutuhkan cukup besar, sehingga dirinya lebih memilih jualan online saja.
"Kita belum berencana, costnya sangat besar dan sekarang tuh lagi era globalisasi penjualan online itu lebih tinggi dan saya rasa setelah pandemi ini usai, penjualan secara online masih masif semua lebih gampang mencari barang itu lewat gadget," imbuhnya.
Dia berpesan kepada generasi cuan agar terus berinovasi mengembangkan produk-produk yang benar-benar dibutuhkan oleh masyarakat. Selain itu juga harus bisa membuat produk yang mampu menarik minat pembeli.
"Harus bisa berinovasi istilahnya sekarang pasar itu kan semakin berkembang dan era semakin berganti jadi kita harus menyesuaikan dengan masa kini itu seperti apa, dan yang di mau oleh customer itu seperti apa dan menurut saya eranya harus bisa membuat produk yang tidak umum lagi," pungkasnya.
Reporter: Tira Santia
Sumber: Liputan6.com
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Platform video singkat seperti TikTok juga saat ini memiliki peran lebih dalam membantu pertumbuhan brand lokal.
Baca SelengkapnyaCerita pria dulunya pengemis dan suka mabuk kini berhasil mengubah hidupnya menjadi pribadi lebih baik.
Baca SelengkapnyaDiselenggarakannya pameran ini bertujuan untuk dapat berpartisipasi dalam menciptakan entrepreneur baru di Indonesia.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Ide kreatifnya muncul karena melihat banyak buah salak di sekitar tempat tinggalnya
Baca SelengkapnyaUsaha rotan di desa ini tak sedikit yang dijalankan oleh para pemuda. Terjualnya produk sampai ke luar negeri bisa langsung dirasakan manfaatnya.
Baca SelengkapnyaBejo Wage Suu pada awalnya merupakan seorang teknisi bengkel yang belajar seni liping secara otodidak
Baca SelengkapnyaDia membuat produk perawatan rambut lalu dijual ke berbagai salon daerah Tangerang.
Baca SelengkapnyaRahmat awalnya mencoba peruntungan di bidang pertanian, bahkan dengan modal awal yang minim yakni Rp2 juta.
Baca SelengkapnyaDengan modal terbatas, Dicky merintis usaha martabak di pelataran rumahnya. Dia sempat ragu dan takut memulai usaha.
Baca Selengkapnya