Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Ketidaktanggapan SBY jadi biang kerok gejolak ekonomi RI saat ini

Ketidaktanggapan SBY jadi biang kerok gejolak ekonomi RI saat ini Jokowi-SBY di Istana. ©2014 Merdeka.com

Merdeka.com - Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menilai karut marut kondisi ekonomi Indonesia saat ini tak lepas dari tidak tanggapnya pemerintahan lalu. Pemerintah era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) banyak disebut tidak memanfaatkan momentum quantitative easing (QE) yang sedang dilakukan oleh bank sentral Amerika Serikat atau The Fed.

Derasnya dana asing dari investor masuk Indonesia saat The Fed melakukan QE tidak dimanfaatkan pemerintahan SBY untuk menggenjot perekonomian. Kini saat The Fed mulai menaikkan suku bunganya, tak ayal dana asing tersebut perlahan mulai pergi meninggalkan Indonesia.

"Dana yang masuk itu sayangnya dalam bentuk 'hot money' bukan dalam bentuk investasi langsung. Oke dalam bentuk 'hot money', itu seharusnya segera digunakan untuk pembiayaan produktif. Karena ekonomi itu ada siklusnya, ketika siklus bisnis kita baru naik mestinya kita sudah menyiapkan bagaimana mengantisipasinya ketika nanti turun," papar Direktur Eksekutif Indef, Enny Sri Hartati, di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (29/8).

Enny memaparkan, seharusnya Presiden SBY bisa menyiapkan langkah-langkah antisipasi saat kondisi perekonomian turun. Pertama percepat industri-industri subtitusi impor, percepat hilirisasi industri dan juga percepat energi alternatif.

"Tiga hal itu kan sebenarnya sudah menjadi program ketika era Pak SBY, tetapi kan itu tidak dijalankan," ungkap Enny.

Seandinya tiga program itu dilaksanakan secara serius oleh pemerintah di era Presiden SBY, Enny meyakini, mitigasi risiko ekonomi yang dihadapi Indonesia tidak akan separah saat ini.

"Tidak ada peristiwa ekonomi ini yang terjadi ujug-ujug. Jadi semua kinerja ekonomi itu pasti ada hubungan, kausalitas, hubungan sebab akibat, apa yang kita alami hari ini, tidak bisa dilepaskan dengan apa yang kita lakukan di tahun sebelumnya," ujar Enny.

Diakui Enny, era pemerintahan Presiden SBY terlena karena selain QE juga diuntungkan dengan harga komoditas yang bagus. "Dapat rejeki nomplok dari quantitatif easing Amerika, ada dana masuk yang luar biasa besar ke dalam perekonomian Indonesia," tutur Enny.

Oleh sebab itu, untuk pemerintahan Presiden Joko Widodo, Enny berpesan agar paket kebijakan ekonomi yang akan dikeluarkan pemerintah, harus berani dan aplikatif agar ekonomi Indonesia segera tertolong.

(mdk/bim)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Waspada, Kondisi Pasar Keuangan Global Memburuk Dipicu Ketegangan di Timur Tengah
Waspada, Kondisi Pasar Keuangan Global Memburuk Dipicu Ketegangan di Timur Tengah

tetap tingginya inflasi dan kuatnya pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat mendorong spekulasi penurunan Fed Funds Rate (FFR).

Baca Selengkapnya
Sekjen PDIP Kritik Jokowi: Utang Swasta dan BUMN Hampir USD200 Miliar
Sekjen PDIP Kritik Jokowi: Utang Swasta dan BUMN Hampir USD200 Miliar

Menurut Hasto, jika kedua utang itu digabung, Indonesia ke depan berpotensi menghadapi masalah serius.

Baca Selengkapnya
Jokowi Senang Banyak Investor Swasta Masuk IKN
Jokowi Senang Banyak Investor Swasta Masuk IKN

Menurutnya, optimisme swasta berperan untuk menggerakan ekonomi nasional.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Kondisi Ekonomi 2024 Masih Suram, Sri Mulyani Bongkar Penyebabnya
Kondisi Ekonomi 2024 Masih Suram, Sri Mulyani Bongkar Penyebabnya

Walau begitu, perekonomian Indonesia masih mencatatkan pertumbuhan di angka 5,05 persen.

Baca Selengkapnya
ADB Ingatkan Kenaikan Harga Beras Bisa Ganggu Perekonomian di Asia-Pasifik
ADB Ingatkan Kenaikan Harga Beras Bisa Ganggu Perekonomian di Asia-Pasifik

ADB mengingatkan kenaikan harga beras bisa mengganggu perekonomian Asia-Pasifik yang diramal mampu tumbuh 4,9 persen di 2024.

Baca Selengkapnya
Keuangan Masyarakat Sudah Pulih, Kadin Proyeksi Perputaran Uang Selama Lebaran Tembus Rp157,3 Triliun
Keuangan Masyarakat Sudah Pulih, Kadin Proyeksi Perputaran Uang Selama Lebaran Tembus Rp157,3 Triliun

Dengan perputaran yang cukup besar tersebut, dipastikan ekonomi daerah akan produktif mendorong meningkatnya konsumsi rumah tangga.

Baca Selengkapnya
Bank Indonesia Kembali Tahan Suku Bunga Acuan, Ternyata Ini Alasannya
Bank Indonesia Kembali Tahan Suku Bunga Acuan, Ternyata Ini Alasannya

Perry mengatakan, keputusan mempertahankan suku bunga acuan ini untuk penguatan stabilisasi nilai tukar Rupiah dari dampak tingginya ketidakpastian global.

Baca Selengkapnya
Benarkah Suku Bunga Acuan Naik Bakal Buat Cicilan KPR Bengkak? Begini Penjelasannya
Benarkah Suku Bunga Acuan Naik Bakal Buat Cicilan KPR Bengkak? Begini Penjelasannya

Kenaikan suku bunga dinilai upaya Bank Indonesia untuk mengendalikan inflasi.

Baca Selengkapnya
Jokowi Rajin Bagi-Bagi Bansos, Tapi Ekonomi Indoensia Diramal Hanya Tumbuh 5,04 Persen Sepanjang 2023
Jokowi Rajin Bagi-Bagi Bansos, Tapi Ekonomi Indoensia Diramal Hanya Tumbuh 5,04 Persen Sepanjang 2023

Proyeksi ini lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi 2022 yang mencapai 5,31 persen (yoy).

Baca Selengkapnya