Kendalikan Harga, OPEC akan Naikkan Produksi Minyak di September 2022
Merdeka.com - Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, kelompok yang dikenal sebagai OPEC+ mengumumkan akan sedikit meningkatkan produksinya pada September 2022 sebesar 100.000 barel per hari (bph). Meski ada seruan untuk kenaikan lebih cepat guna mengendalikan harga minyak mentah yang tinggi.
Pertemuan Tingkat Menteri OPEC dan non OPEC ke-31 mencatat fundamental pasar minyak yang dinamis dan berkembang pesat serta ketersediaan yang sangat terbatas dari kapasitas cadangan karena kurangnya investasi jangka panjang di sektor minyak.
"Investasi yang tidak mencukupi ke sektor hulu industri minyak akan berdampak pada ketersediaan pasokan yang memadai pada waktu yang tepat untuk memenuhi permintaan yang meningkat setelah tahun 2023." tulis pernyataan OPEC.
Keputusan ini dikarenakan harga minyak mentah tetap tinggi di tengah berlanjutnya pasokan yang ketat dan ketegangan geopolitik. Meskipun minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) dan Brent telah turun di tengah kekhawatiran resesi sejak pertemuan tingkat menteri OPEC+ terakhir pada akhir Juni, kedua tolok ukur tersebut masih berada di sekitar 100 dolar AS per barel dalam beberapa pekan terakhir, terus mendorong inflasi di banyak negara.
OPEC+ memangkas produksi minyak secara besar-besaran pada tahun 2020 ketika pandemi COVID-19 menekan permintaan. Sejak Juli 2021, grup tersebut telah mengurangi pemotongan produksi dengan meningkatkan produksi sebesar 400.000 menjadi 648.000 barel per hari setiap bulan.
Secara teori, total produksi aliansi seharusnya telah kembali ke tingkat pra-pandemi pada akhir Agustus, tetapi beberapa anggotanya dilaporkan telah berjuang untuk memenuhi kuota mereka. Laporan bulanan terbaru OPEC menunjukkan bahwa Angola dan Nigeria turun secara signifikan di belakang target produksi mereka pada bulan Juni.
OPEC+ sejauh ini telah menahan tekanan dari Amerika Serikat dan konsumen minyak utama lainnya, yang selama berbulan-bulan telah menekan kelompok tersebut untuk membuka keran lebih lebar guna menjinakkan harga minyak mentah yang melambung tinggi dan inflasi yang melonjak.
Presiden AS Joe Biden mengunjungi Arab Saudi pada pertengahan Juli dalam upaya untuk mendesak pemimpin de facto OPEC untuk memompa lebih banyak minyak, tetapi Riyadh telah berulang kali menekankan komitmennya pada aliansi OPEC+. Pertemuan tingkat menteri OPEC+ berikutnya akan diadakan pada 5 September.
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Data pertumbuhan ekonomi ini melemahkan harga minyak di awal sesi, namun para pedagang menyadari pasar minyak sedang ketat dan situasi di Timur Tengah.
Baca SelengkapnyaPHE hingga Juni 2023 mencatatkan produksi minyak sebesar 570 ribu barel per hari (MBOPD) dan produksi gas 2757 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD).
Baca SelengkapnyaAngka capaian ini juga mencatatkan peningkatan produksi minyak sebesar 27,22 persen dari 2021 atau 10,12 persen dari 2022.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Pertamina tidak menaikkan harga BBM meski harga minyak dunia merangkak naik dan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat melemah.
Baca SelengkapnyaIndonesia kini menghadapi diskriminasi perdagangan dari banyak negara terkait kebijakan ekspor minyak kelapa sawit.
Baca SelengkapnyaTujuan serangan sebagai bentuk dukungan kepada Palestina ketika Israel dan Hamas melancarkan perang.
Baca SelengkapnyaPermintaan nikel diprediksi akan terus meningkat seiring dengan tren kendaraan listrik.
Baca SelengkapnyaHal ini merespons isu kenaikan harga minyak kita akibat kurangnya realisasi domestic market obligation (DMO) oleh produsen.
Baca SelengkapnyaPemerintah berencana menambah anggaran subsidi BBM pasca konflik Iran dan Israel membuat harga minyak dunia naik.
Baca Selengkapnya