Kebijakan open access dinilai hanya untungkan trader
Merdeka.com - Direktur Lembaga Pengkajian Energi Universitas Indonesia, Iwa Garniwa, tidak bersepakat dengan rencana penerapan open access terhadap pipa penyalur gas milik PT Perusahaan Gas Negara (PGN). Dalam pandangannya, jika open access diterapkan, yang diuntungkan justru para trader.
"Jangan dulu open access diberlakukan karena kita belum siap," ujar Iwa di Jakarta, Senin (20/11).
Iwa mengaku khawatir jika penggunaan pipa bersama atau open access benar-benar diberlakukan. Sebab, kata dia, kebijakan itu membuat trader punya alasan untuk tidak membangun infrastruktur pipa penyalur gas dan memilih memanfaatkan milik pemerintah.
"Saya khawatir open access bisa mengakibatkan para trader tidak mau membangun infrastruktur. Sehingga hanya mengandalkan milik pemerintah," kata dia.
Dia mencoba membandingkan kebijakan open access PGN dengan kebijakan investasi di sektor tenaga listrik. Swasta bisa terlibat dalam penyediaan listrik hanya pada level pembangkit.
"Kalau kita bandingkan dengan listrik, swasta boleh masuk, tapi tidak untuk di transmisi," ungkap Iwa.
Dia membela PGN jika dituding menerapkan praktik monopoli lantaran keberatan jika pipa gas miliknya digunakan pihak lain. Iwa punya alasan untuk itu. Menurutnya, monopoli dalam pengelolaan pipa gas merupakan hal yang wajar.
"Transmisi itu monopoli alami, karena memang investasinya sangat besar," terang dia.
Secara tegas dia tidak mendukung asas liberalisasi diterapkan dalam pengelolaan sektor energi. "Tidak liberal saja susah mengaturnya, apalagi liberal," tegasnya.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
PGN terbuka dan mendorong bagi semua sektor usaha untuk menggunakan gas bumi agar manfaatnya dapat dirasakan secara nyata bersama.
Baca SelengkapnyaSampai dengan saat ini telah terdapat 887 perusahaan tercatat di pasar modal Indonesia, dengan 28 perusahaan dalam pipeline atau antrean pencatatan saham.
Baca SelengkapnyaSaat ini, PGN sudah memiliki jaringan infrastruktur berupa pipa gas sepanjang 31.705 km dan empat terminal LNG.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Saat ini investor cenderung memperhatikan arah kebijakan, kemungkinan perubahan-perubahan di sisi pemerintah yang akan mempengaruhi bisnis.
Baca SelengkapnyaDengan kerja sama ini diharapkan akan mempercepat penetrasi serta distribusi jaringan gas beserta internet.
Baca SelengkapnyaPara investor internasional akan semakin melirik Pertamina untuk menanamkan investasinya.
Baca SelengkapnyaIndonesia butuh dana antara Rp69-75 triliun untuk membeli sejumlah komoditas energi.
Baca SelengkapnyaPHE hingga Juni 2023 mencatatkan produksi minyak sebesar 570 ribu barel per hari (MBOPD) dan produksi gas 2757 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD).
Baca SelengkapnyaSumber-sumber energi terbarukan membutuhkan pendanaan besar.
Baca Selengkapnya