Jokowi: Selama 4 Tahun Ini Kita Sudah Bangun Fondasi Ekonomi Agar RI Produktif
Merdeka.com - Presiden Joko Widodo menyebut bahwa selama empat tahun pemerintah sudah membangun fondasi ekonomi agar Indonesia menjadi bangsa yang produktif.
"Selama 4 tahun kita sudah bekerja keras membangun fondasi-fondasi baru. Kita semua ingin bangsa ini hijrah, hijrah dari yang konsumtif ke yang produktif, kita ingin hijrah menuju bangsa yang produktif, efisien, dan kompetitif," kata Presiden Joko Widodo seperti dikutip dari Antara, Senin (26/11).
Menurut Presiden Jokowi, pada 2014 saat awal memerintah, harga-harga komoditas dalam kondisi anjlok. "Empat tahun yang lalu, di bulan-bulan awal di pemerintahan kami, kita ingat harga-harga komoditas anjlok, turun, baik itu batu bara, sawit, karet, semuanya turun karena memang ekonomi dunia yang juga dalam posisi menurun. Masa 'booming' minerba sudah selesai, oleh sebab itu tidak ada pilihan lain bagi ekonomi Indonesia untuk harus berubah, kita harus memperbaiki fondasi-fondasi ekonomi yang kita miliki," tambah Presiden.
Tanpa perbaikan fondasi ekonomi tersebut, Presiden meyakini sangat berat bagi Indonesia untuk bersaing dengan negara-negara lain.
"Memang kadang-kadang apa yang kita hasilkan tidak instan, tidak bisa langsung kita nikmati, itulah pil, kadang-kadang pahit, sakit, tapi harus minum itu agar kita bisa jadi bangsa yang sehat produktif, kompetitif dan efisien," ungkap Presiden.
Dalam 4 tahun tersebut, menurut Presiden, pemerintah memperbaiki struktur fiskal.
"Kembali lagi tadi dari yang konsumtif jadi produktif, subsidi BBM yang persentasenya 82 persen justru dinikmati kalangan masyarakat atas. Ini yang 2014 kita pangkas, untuk kegiatan produktif, untuk membangun jalan, membangun 'airport', membangun jalan-jalan tol. Dari sini kita mulai untuk membangun pembangkit tenaga listrik," jelas Presiden.
Pengerjaan fondasi ekonomi itu pun menurut Presiden bukan "Jawa Sentris" melainkan "Indonesia Sentris".
"Orientasi kita memang tidak Jawa sentris, tidak hanya di pulau Jawa tapi Indonesia Sentris, inilah perubahannya. Kalau saya orang politik, yang bener dibangun di Jawa karena penduduk padat, 60 persen, 'return' ekonomi di Jawa dan 'return' politik juga bisa 60 persen di Jawa tapi risiko itu sudah dihitung dan kita memilih yang Indonesia sentris," tegas Presiden.
Tujuannya adalah karena pemerintah ingin membangun Indonesia yang memiliki keadilan sosial dan memunculkan sentra-sentra ekonomi baru di luar Jawa.
"Kita sudah memangkas regulasi berbelit-belit, tapi sampai saat ini belum cukup. Saya beri contoh, izin untuk membangun pembangkit tenaga listrik, saya ingat betul, ada 258 izin yang harus ditempuh untuk membangun itu, berapa tahun mengurus izin sebanyak itu? Kita pangkas jadi 58, tapi saya bilang belum cukup, terlalu banyak izin seperti itu tapi ini perlu proses tidak bisa instan, perlu proses untuk mulai kompetitif, efisien," tutur Presiden.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jokowi bersyukur karena pelaksanaan pemilihan umum 2024 berjalan lancar. Jokowi menargetkan arus modal masuk dan investasi kembali masuk ke Indonesia.
Baca SelengkapnyaPresiden Joko Widodo (Jokowi) mengapresiasi 29 perusahaan Singapura akan berinvestasi di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.
Baca SelengkapnyaJokowi juga menawarkan investasi di ekonomi hijau melalui infrastruktur yang berkelanjutan, dan pembangunan pusat data.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Jokowi berharap JAPINDA dapat terus mendukung peningkatan investasi dan alih teknologi di sektor ekonomi.
Baca SelengkapnyaJokowi optimistis Upacara Peringatan ke-79 Kemerdekaan RI bisa digelar di IKN.
Baca SelengkapnyaMenurutnya, isu pemakzulan presiden di tengah proses pemilu sangat tak produktif bagi masyarakat dan pemerintah.
Baca SelengkapnyaJokowi juga meminta presiden dan wapres terpilih menyiapkan perencanaan kerja seperti apa yang sudah mereka sampaikan pada saat kampanye.
Baca SelengkapnyaDia melihat masyarakat riang gembira berbondong-bondong ke TPS.
Baca SelengkapnyaJokowi bakal menggelontorkan anggaran agar populasi produktif S2 dan S3 di Indonesia bisa meningkat drastis.
Baca Selengkapnya