Jabar kesulitan produksi bawang putih, 95 persen kebutuhan nasional dari impor
Merdeka.com - Produksi bawang putih nasional hingga saat ini belum bisa memenuhi kebutuhan masyarakat. Pemerintah pusat masih mengandalkan produksi dari Jawa Timur dan Nusa Tenggara Barat. Bahkan, produksi kedua daerah tersebut hanya mampu berkontribusi sebanyak 5 persen dari kebutuhan. Sisanya dipenuhi oleh kebijakan impor yang kebanyakan dari China.
Kepala Dinas Pertanian dan Holtikultura Jabar, Hendi Jatnika mengaku kesulitan dalam mengembangkan budidaya komoditas bernama latin allium sativum ini. Jawa Barat katanya sempat memproduksi bawang putih di periode tahun 1980-an di Kawasan Ciwidey. Namun, minat petani tergerus seiring harga jual kurang bersaing dengan impor. Mereka beralih ke komoditas lain, seperti cabai, wortel atau sayuran hijau.
Selain faktor harga jual kurang bersaing, keengganan para petani menanam bawang putih karena metodenya sulit dan mahal, belum lagi risiko gagal panennya tinggi.
Bawang putih, kata Hendi bisa tumbuh maksimal di ketinggian 1.000 mdpl. Biaya produksinya mencapai Rp 60 juta per hektar ditambah perawatan dan pemberian pestisida yang telaten. Di ketinggian itu, banyak pula komoditas lain yang mudah dikembangkan dengan biaya produksi lebih rasional bagi petani.
"Di atas ketinggian itu juga komoditas saingannya banyak, seperti kol. Bawang putih ini biaya produksi tinggi, itu belum tentu keuntungannya lebih besar dari biaya produksi karena rawan diserang hama," ujarnya saat dihubungi, Senin (26/3/2018)
"Petani lebih pintar. Mereka mempertimbangkan nilai ekonomis yang akan dihasilkan dari budidayanya," katanya melanjutkan.
Terkait program untuk membangkitkan semangat petani membudidayakan bawang putih mengandalkan dari pusat. Dia berharap kementerian pertanian segera melakukan pengembangan bawang putih, terutama menyediakan benih.
"Untuk program di dinas, kami mencari lahan yang cocok dan menyiapkan ketersediaan sumberdaya yang memadai," ucapnya.
Sebelumnya Kementerian Perdagangan mengakui jika sejumlah komoditas pangan di Indonesia masih mengandalkan impor. Kebijakan itu dilakukan dalam rangka menjaga keseimbangan harga dan ketersediaan untuk masyarakat.
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukito menyatakan bahwa 95 persen kebutuhan bawang putih di Indonesia masih dipenuhi oleh impor dari Cina. Kebijakan itu dilakukan untuk menjaga ketersediaan dan stabilitas harga yang saat ini mencapai Rp 13 ribu sampai Rp 15 ribu per kilogram.
Meski begitu, dia tetap berupaya untuk meningkatkan tingkat produksi bawang putih dalam negeri bersama Kementerian Pertanian.
"Bawang putih 95 persen impor. Harus ada keseimbangan untuk mewujudkan itu dengan kebijakan impor bawang putih," ucapnya usai memimpin rapat koordinasi kebijakan perdagangan menjelang Ramadan dan Idulfitri 1439 H di Hotel El Royale, Jumat (23/3).
"Keseimbangan juga dengan rencana penanaman. Kalau tidak menanam, seumur-umur kita impor bawang putih," pungkasnya.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pria ini Kena Tipu Ratusan Juta Malah Tambah Sukses, Padahal Cuma Jualan Bawang Goreng
Sempat ditipu hingga ratusan juta, pengusaha bawang goreng satu ini justru makin sukses dengan penghasilan mencapai ratusan juta.
Baca SelengkapnyaKebutuhan Hanya 600 Ton, Menteri Zulhas Buka Keran Impor Bawang Putih 300 Ribu Ton
Zulkifli bilang kebutuhan bawang putih di masyarakat hanya mencapai 600 ton. Namun dia membuka keran impor bawang putih hingga 300 ribu ton.
Baca SelengkapnyaKemendag Ungkap Penyebab Kenaikan Harga Bawang Putih Jelang Lebaran
China menjadi pemicu harga bawang putih di Indonesia meroket jelang lebaran.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
FOTO: Jerit Petani Bawang Merah di Brebes Merugi Akibat Cuaca Tak Tentu
Kerugian tersebut terjadi pada musim panen di awal tahun ini akibat cuaca yang tidak menentu sehingga menyebabkan kualitas bawang merah menurun.
Baca SelengkapnyaPemprov Kaltim Pacu Produksi Pisang untuk Pasar Internasional
Pemprov Kaltim terus berupaya memacu peningkatan dan pengembangan produksi komoditas pisang di daerah.
Baca SelengkapnyaIndonesia Kembali Impor Beras di 2024, Jumlahnya 2 Juta Ton
Upaya Bulog untuk mendatangkan impor beras kali ini akan jauh lebih mudah dibandingkan tahun sebelumnya.
Baca SelengkapnyaDicurhati Emak-Emak Kondisi Becek, Gibran Janji Revitalisasi Pasar Minggu
Selain revitalisasi, Gibran juga akan fokus mengendalikan harga bahan pokok apabila menjadi wakil presiden.
Baca SelengkapnyaProduksi Kelapa Sawit Indonesia Diprediksi Turun di 2024, Ini Faktor Penyebabnya
Tantangan kedua, yaitu tidak jelasnya kepastian hukum dan kepastian berusaha.
Baca SelengkapnyaBlusukan di Pasar Sungai Ringin Sekadau, Jokowi Temukan Kenaikan Harga Bahan Pokok
Jokowi menemukan harga beras di Pasar Sungai Ringin berada pada tingkat yang wajar.
Baca Selengkapnya