Ekonomi Global Makin Suram, PMI Manufaktur India & Indonesia Masih tetap Ekspansif
Merdeka.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan indeks PMI manufaktur global sedang mengalami kontraksi di level 49,6, sebagaimana prediksi sejak tahun lalu. Pelemahan ini dipicu melemahnya ekonomi berbagai negara maju yang mengalami kenaikan suku bunga dalam rangka mengatasi inflasi yang melemahkan perekonomiannya.
"PMI global 49,6 ini berarti masuk zona kontraksi," kata Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN KiTa, Jakarta, Senin (17/4).
Sri Mulyani menuturkan hampir semua negara indeks PMI manufakturnya melemah ke bawah. Bahkan beberapa negara maju seperti China, Amerika Serikat hingga Eropa mengalami hal yang sama. PMI manufaktur China di level 49,6, Amerika Serikat di level 49,2, dan Eropa di level 47,3.
"Hampir semua dalam posisi arah dari PMI-nya melemah ke bawah," kata Sri Mulyani.
Hal yang sama juga terjadi di negara-negara ASIA. Vietnam yang selama ini cukup resilien mengalami pelemahan ke level 47,7 dan Malaysia di level 48,8. "Vietnam selama ini cukup resilien mengalami pelemahan dari PMI manufaktur ini akibat pelemahan negara tujuan ekspor Vietnam," kata dia.
Meski begitu, India dan Indonesia menjadi negara yang tingat PMI manufakturnya masih ekspansif di atas level 50. Masing-masing India di level 56,4 dan Indonesia di level 51,9.
"Negara yang terlihat ekspansif di atas 50 ini Indonesia di 51,9 dan India 56,4," kata dia.
Secara umum dari seluruh negara-negara di dunia, hanya sebagian kecil negara yang mengalami ekspansi dan makin meningkat, yakni 13,6 persen. Di dalamnya, termasuk India, Indonesia dan Turki.
Sementara itu, negara-negara yang masuk dalam kategori ekspansi tetapi mengalami pelemahan sebanyak 27,3 persen dari total negara yang diobservasi. Beberapa di antaranya Thailand, Filipina Italia, Rusia, China dan Meksiko. Sementara sisanya, negara yang mengalami PMI manufaktur kontraksi sebanyak 59,1 peesen.
"Indonesia dan India ini ekspansif dan termasuk yang akseleratif dan sebagian negara mengalami kontraksi," pungkasnya.
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Capaian PMI manufaktur tersebut menandakan Indonesia telah benar-benar keluar dari pandemi Covid-19.
Baca SelengkapnyaProyeksi pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen itu didorong oleh penyelenggaraan pemilu secara serentak 2024.
Baca SelengkapnyaWalau begitu, perekonomian Indonesia masih mencatatkan pertumbuhan di angka 5,05 persen.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Artinya, Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi tinggi dan angka inflasi relatif bagus dan rendah.
Baca SelengkapnyaRamalan IMF menyebut kondisi ekonomi dunia masih terpuruk.
Baca SelengkapnyaIndustri pembiayaan diprediksi akan terus meningkat tahun ini.
Baca SelengkapnyaSalah satunya karena berhasil menahan tingkat inflasi di kisaran 2,6 persen.
Baca SelengkapnyaUntuk rinciannya, nilai impor mesin/peralatan mekanis mencapai USD 123,79 juta atau tumbuh 4,52 persen.
Baca SelengkapnyaKeduanya membahas tentang situasi dan kondisi dunia saat ini, termasuk kepada masalah ekonomi dan keamanan negara.
Baca Selengkapnya