Ekonom Ungkap Sebab Indonesia Alami Deindustrialisasi
Merdeka.com - Ekonom senior & pendiri CORE Indonesia, Hendri Saparini, menilai pemerintah lalai dalam melakukan revitalisasi industri. Akibatnya, terjadi deindustrialisasi. Di mana, terjadi penurunan porsi manufaktur terhadap produk domestik bruto (PDB).
"Faktor yang menyebabkan deindustrialisasi, karena kita memang lalai melakukan revitalisasi industri. Jadi yang dulu kita ini bisa mengekspor produk diolah, sekarang ini justru kita mengekspor yang tidak diolah. Semakin diolah semakin tidak kompetitif, semakin diolah semakin tidak ada marketnya karena tidak bisa berkompetisi," ujar dia dalam diskusi virtual BRIEFER.id, Jumat (21/8).
Menurutnya, hal ini karena pemerintah tidak memainkan kebijakan perdagangan. Termasuk kebijakan energi dan tenaga kerja. "Akhirnya, kecenderungannya itu lebih memilih bahan mentah diekspor saja. Barang jadi diimpor saja. Jadi itulah yang terjadi karena tidak ada strategi kebijakan yang utuh," beber Hendri.
Faktor Selanjutnya
Hendri menambahkan, perlunya merapikan struktur industri untuk memaksimalkan potensi manufaktur dalam negeri. Sebab, sejauh ini menurut Hendri, deindustrialisasi dapat terjadi karena market yang tidak dikelola dan produksi yang tidak dijaga.
"Sehingga tidak lagi berdaya saing untuk bisa menghasilkan produk-produk yang kompetitif. Dia layu sebelum berkembang," sebut Hendri.
Reporter: Pipit Ika Ramadhani
Sumber: Liputan6
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sektor manufaktur merupakan penyumbang produk domestik bruto (PDB) terbesar dalam perekonomian Indonesia.
Baca Selengkapnyapenyelenggaraan pesta demokrasi memberi dampak positif terhadap perekonomian nasional.
Baca SelengkapnyaKontribusi tersebut diharapkan bisa menjadi modal utama untuk menarik lebih banyak investasi asing dengan tujuan dapat meningkatkan ekspor.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Proyeksi Prabowo ini berkaca pada kian meningkatnya daya beli masyarakat.
Baca SelengkapnyaKeduanya membahas tentang situasi dan kondisi dunia saat ini, termasuk kepada masalah ekonomi dan keamanan negara.
Baca SelengkapnyaTerdapat empat aspek yang dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi di Indonesia ke depan.
Baca SelengkapnyaEkonomi hijau dinilai sebagai solusi dari sistem ekonomi eksploitatif yang selama ini cenderung merusak lingkungan.
Baca SelengkapnyaProduksi kentang di Modoinding Minahasa Selatan, mengalami kenaikan signifikan hingga 55 persen dari awalnya 9,9 ton per Hektare (Ha) menjadi 15,8 ton/Ha.
Baca SelengkapnyaIndustri pembiayaan diprediksi akan terus meningkat tahun ini.
Baca Selengkapnya