Dipengaruhi Sentimen Global, IHSG Diramal Masih Tertekan
Merdeka.com - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan masih akan terkoreksi pada perdagangan saham hari ini, Jumat (8/11).
Hari ini, indeks diramal masih dibayangi sentimen global. Kecemasan investor terutama datang dari faktor global, yakni terkait kesepakatan antara Amerika dan China yang masih belum ada kejelasan.
Sementara itu, saat ini investor akan menanti data perdagangan China di akhir pekan dengan ekspektasi surplus.
"Negosiasi China dan Amerika diperkirakan masih akan membayangi pasar saham. Adapun kami memprediksi IHSG akan berada di rentang 6.111-6.291," ungkap Analis PT Artha Sekuritas Dennies Christoper.
Melanjutkan, dengan indikator ekonomi menunjukkan tanda-tanda stabilisasi, investor sekarang akan mencari tanda-tanda lebih lanjut bahwa resesi global dapat dihindari.
Rekomendasi Saham
Analis PT Binaartha Parama Sekuritas Nafan Aji Gustama melihat IHSG secara teknikal akan diperdagangkan melemah, kemungkinan di kisaran 6.086-6.274.
"Pola downward bard mengindikasikan peluang pelemahan lanjutan," tegasnya.
Saham rekomendasi hari ini menurutnya cukup bervariasi. Itu seperti saham PT Astra Otoparts Tbk (AUTO), PT Bank BRISyariah Tbk (BRIS), dan saham PT AKR Corporindo Tbk (AKRA).
Sedangkan Dennis cenderung memilih saham PT Vale Indonesia Tbk (VALE), PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), serta saham PT Indika Energy Tbk (INDY).
Reporter: Bawono Yadika
Sumber: Liputan6.com
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Saat ini investor cenderung memperhatikan arah kebijakan, kemungkinan perubahan-perubahan di sisi pemerintah yang akan mempengaruhi bisnis.
Baca SelengkapnyaNilai kapitalisasi pasar IHSG pada Desember 2023 lalu menyentuh Rp11.674 triliun.
Baca Selengkapnyatetap tingginya inflasi dan kuatnya pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat mendorong spekulasi penurunan Fed Funds Rate (FFR).
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Impor barang modal mengalami persentase penurunan terdalam yaitu turun sebesar 10,51 persen.
Baca SelengkapnyaAdapun perhitungan ini didapatnya setelah berkaca dari China, yang butuh waktu 40 tahun untuk jadi negara dengan kekuatan ekonomi besar dunia.
Baca SelengkapnyaIndonesia kini menghadapi diskriminasi perdagangan dari banyak negara terkait kebijakan ekspor minyak kelapa sawit.
Baca SelengkapnyaBank Dunia memprediksi ekonomi global dari tahun ke tahun terus mengalami penurunan.
Baca SelengkapnyaMenurut Bahlil, kebijakan tersebut harus tetap berjalan bahkan ketika ia sudah selesai menjabat.
Baca SelengkapnyaIndeks Pembangunan Manusia Indonesia naik peringkat dari urutan 114 ke 112
Baca Selengkapnya