Di depan Sri Mulyani, DPR sebut pertumbuhan ekonomi 2019 lebih rendah
Merdeka.com - Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menggelar rapat paripurna bersama Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Dalam rapat tersebut, beberapa anggota DPR menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini tidak akan lebih baik dari tahun sebelumnya.
Anggota Komisi V DPR RI dari fraksi PKB Fathan Subchi mengatakan, asumsi pertumbuhan ekonomi 2019 tidak jauh berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, yakni sebesar 5,4-5,8 persen. Dari sisi domestik, kinerja perekonomian RI dalam 3-5 tahun menunjukkan perbaikan namun belum sesuai target.
"Pertumbuhan ekonomi meningkat dalam level yang rendah di Kisaran 5 persen. Konsumsi rumah tangga belum pulih sepenuhnya, demikian juga kinerja ekonomi nasional yang masih tergantung pada harga komoditas internasional," kata dia, di Ruang Rapat Paripurna, DPR RI, Kamis (24/5).
Di sisi lain, tekanan justru berasal dari harga yang diatur pemerintah seperti harga BBM dan tarif listrik yang berpotensi meningkat. Selain itu, kondisi yang dikawatirkan adalah depresiasi nilai tukar Rupiah terhadap dolar yang dapat menekan keyakinan konsumen maupun pelaku usaha.
"Atas dasar itu fraksi kebangkitan bangsa berpendapat bahwa dorongan instrumen fiskal baik dari kemampuan dari fungsi makro dan badan kebijakan fiskal yang sulit sangat dibutuhkan," imbuhnya.
Anggota Komisi IV DPR RI dari fraksi PKS Andi Akmal Pasluddin menyatakan bahwa target pertumbuhan ekonomi di tahun 2019 yang diperkirakan pemerintah dalam rentang 5,4-5,8 persen lebih rendah dibanding target tahun sebelumnya 5,4-6,1 persen.
Untuk itu, PKS meminta pemerintah untuk menetapkan target pertumbuhan ekonomi yang realistis di tahun 2019 mengingat target tahun-tahun sebelumnya sejak 2015 hingga 2017 tidak ada yang tercapai.
"Tahun 2015, target pertumbuhan ekonomi yang dipatok 5,7 persen, namun hanya terealisasi 4,8 persen. Lalu di 2016 dari target 5,2 persen, hanya terealisasi 5,02 persen. Kemudian di 2017 dari target 5,4 persen, hanya terealisasi 5,07 persen. Pemerintah gagal memenuhi janji pertumbuhan ekonomi yang meroket sesuai RPJMN 2015-2019, di mana target pertumbuhan ekonomi mencapai 7,9 persen. Tapi dari 2015 hingga kuartal I-2018, realisasi rata-ratanya hanya 5 persen," pintanya.
Sementara itu, Anggota Komisi XI dari fraksi Gerindra Heri Gunawan juga mempersoalkan hal yang sama. "Target pertumbuhan ekonomi 2019 hanya dipatok antara 5,4-5,8 persen, padahal janji pertumbuhan ekonomi sesuai RPJMN 2015-2019 mencapai 7,9 persen di tahun 2019," ujarnya.
Anggota Komisi VI dari fraksi PDI Perjuangan, Adisatrya Suryo Sulisto mengatakan fraksi PDI-P menerima target pertumbuhan ekonomi 2019 yang ditetapkan pemerintah. Namun, dengan catatan bahwa pemerintah harus mengurangi angka pengangguran dan menggairahkan dunia usaha.
"Kita harapkan pertumbuhan ekonomi ini menyerap sebanyak-banyaknya tenaga kerja, mempermudah pinjaman pada industri padat karya, menjaga neraca ekspor impor, dan BUMN serta swasta menjadi penggerak ekonomi nasional."
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Proyeksi pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen itu didorong oleh penyelenggaraan pemilu secara serentak 2024.
Baca SelengkapnyaWalau begitu, perekonomian Indonesia masih mencatatkan pertumbuhan di angka 5,05 persen.
Baca SelengkapnyaProyeksi ini lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi 2022 yang mencapai 5,31 persen (yoy).
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Mayoritas jenis pajak utama tumbuh positif sejalan dengan ekonomi nasional yang stabil.
Baca SelengkapnyaRamalan IMF menyebut kondisi ekonomi dunia masih terpuruk.
Baca SelengkapnyaNurdin optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024 berada pada kisaran 5 persen.
Baca SelengkapnyaMenteri Keuangan Sri Mulyani menilai menuju target tersebut bukan perkara gampang.
Baca SelengkapnyaTerdapat empat aspek yang dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi di Indonesia ke depan.
Baca SelengkapnyaDengan perputaran yang cukup besar tersebut, dipastikan ekonomi daerah akan produktif mendorong meningkatnya konsumsi rumah tangga.
Baca Selengkapnya