Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

BUMN: Subsidi Bukan Solusi Harga Gas Tinggi, Harus Cari Sumber Baru

BUMN: Subsidi Bukan Solusi Harga Gas Tinggi, Harus Cari Sumber Baru Wakil Menteri BUMN Budi Gunadi Sadikin. ©2019 Liputan6.com/Maulandy Rizki Bayu Kencana

Merdeka.com - Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Budi Gunadi Sadikin menilai subsidi bukanlah solusi yang tepat untuk mengatasi tingginya harga gas industri dalam negeri. Dia menyarankan untuk mencari sumber gas baru yang lebih murah.

Dia menegaskan bahwa tingginya harga gas di hulu saat ini menjadi pemicu mahalnya harga gas di industri.

Harga gas di hulu saat ini mencapai USD 7 per Million British Thermal Unit MMBTU. Kemudian harga gas industri ketika sampai di PT Perusahaan Gas Negara (Persero) atau PGN menjadi lebih tinggi dari itu.

"Nah itu yang harus dipikirkan bagaimana caranya bisa mendapatkan sumber gas dengan harga yang murah," kata dia saat ditemui di kantor Kemenko Maritim, Jakarta, Senin (6/1).

Dia kembali menjelaskan bahwa subsidi bukanlah solusi yang tepat untuk saat ini. "Saya rasa sayang sampai subsidi harga gas, harusnya cari sumber lain saja yang lebih baik, yang harganya bisa turun," ujarnya.

Dalam pemikirannya, seharusnya harga gas industri dalam negeri tidak terpaut jauh dengan harga di pasar internasional. Karena penentuan harga gas industri mengikuti permintaan dan pasokan di pasar. Namun demikian, dia memastikan bahwa pasokan gas industri dalam negeri cukup banyak.

Sebagai informasi, harga gas industri dalam negeri sudah diatur oleh pemerintah tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2016 mengenai Penetapan Harga Gas Bumi untuk Industri Tertentu sebesar USD 6 per MMBTU.

Menko Luhut Sebut Banyak Maling di Hulu Migas

Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan membeberkan penyebab tingginya harga gas dalam negeri, terutama gas industri. Salah satunya adalah mahalnya harga yang dimulai dari industri hulu sehingga membuat harga jual menjadi mahal.

"Ya dari awal sudah banyak maling di sana (di industri hulu gas)," kata Menko Luhut, saat ditemui di kantornya, Jakarta, Senin (6/1).

Dia mengungkapkan, solusi mengenai tingginya harga gas telah diutarakan sejak dirinya menjabat sebagai Menteri ESDM, namun tidak berlanjut.

"Banyak (solusi harga gas tinggi), ini kami sedang exercise sebetulnya dulu sudah kami exercise waktu saya jadi menteri ESDM, tapi waktu itu berhenti karena harga kontrak hulu sudah macam-macam, enggak jelas," ujarnya.

Kendati demikian dia optimis dapat menekan harga gas yang tinggi dalam kurun waktu tiga bulan. Hal ini sesuai dengan instruksi dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) di istana sore ini. "Apa yang tidak mungkin?," ujarnya.

Selain itu, Menko Luhut mengakui banyak redundant cost (mubazir) yang turut mempengaruhi harga gas tersebut. Hal itu menjadi tantangan yang harus diselesaikan dalam tiga bulan ke depan.

"Jadi presiden (Jokowi) kasih kami target 3 bulan harus selesai, maret harus selesai. Jadi saya challenge awal Maret kita sudah bisa selesai. Jadi kami mau harga gas di USD 6 karena terlalu banyak redundant cost, jadi banyak cost yang tumpang tindih," tutupnya.

(mdk/idr)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Insentif Harga Gas Bumi Berpotensi Kurangi Pendapatan Negara hingga Rp15,6 Triliun
Insentif Harga Gas Bumi Berpotensi Kurangi Pendapatan Negara hingga Rp15,6 Triliun

Insentif harga gas bumi tertentu (HGBT) untuk 7 sektor industri membuat penerimaan negara turut berkurang hingga Rp15,6 triliun.

Baca Selengkapnya
Menteri ESDM Beri Sinyal Perpanjang Program Harga Gas Murah untuk Industri
Menteri ESDM Beri Sinyal Perpanjang Program Harga Gas Murah untuk Industri

Harga gas bumi akan berpengaruh pada beban produksi industri. Maka, harga murah bisa menjadi salah satu solusinya.

Baca Selengkapnya
Indonesia Bakal Surplus Gas Hingga 2035, ESDM: Calon Pembeli dari Dalam Negeri Harus Disiapkan
Indonesia Bakal Surplus Gas Hingga 2035, ESDM: Calon Pembeli dari Dalam Negeri Harus Disiapkan

Akibat harga gas bumi murah atau harga gas bumi tertentu (HGBT) kepada tujuh sektor industri tellah berdampak pada berkurangnya penerimaan negara.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Ternyata, Ini Biang Kerok Buat Anggaran Perlindungan Sosial Membengkak Setiap Tahun
Ternyata, Ini Biang Kerok Buat Anggaran Perlindungan Sosial Membengkak Setiap Tahun

kenaikan anggaran perlinsos tahun ini utamanya disumbang lebih besar oleh kenaikan anggaran subsidi energi dan pergerakan nilai tukar Rupiah.

Baca Selengkapnya
Dewan Energi Nasional: PHE Mampu Sejajar dengan Perusahaan Migas Dunia
Dewan Energi Nasional: PHE Mampu Sejajar dengan Perusahaan Migas Dunia

PHE hingga Juni 2023 mencatatkan produksi minyak sebesar 570 ribu barel per hari (MBOPD) dan produksi gas 2757 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD).

Baca Selengkapnya
99 Penyewa di Mal Kota Kasablanka Gunakan Gas Bumi, Apa Untungnya?
99 Penyewa di Mal Kota Kasablanka Gunakan Gas Bumi, Apa Untungnya?

PGN terbuka dan mendorong bagi semua sektor usaha untuk menggunakan gas bumi agar manfaatnya dapat dirasakan secara nyata bersama.

Baca Selengkapnya
PNS Mulai Pindah Juni 2024, Tapi Suplai Gas dan Listrik di IKN Baru Masuk bulan Agustus
PNS Mulai Pindah Juni 2024, Tapi Suplai Gas dan Listrik di IKN Baru Masuk bulan Agustus

Dua Badan Usaha Milik Negara (BUMN) telah ditetapkan menjadi pemasok energi tetap oleh Badan Otorita IKN Nusantara.

Baca Selengkapnya
Bersama Pemerintah, Pertamina Siap Salurkan Subsidi Energi 2024 Tepat Sasaran
Bersama Pemerintah, Pertamina Siap Salurkan Subsidi Energi 2024 Tepat Sasaran

Pemerintah dan Pertamina telah menandatangani Kontrak Subsidi Energi 2024.

Baca Selengkapnya
Subholding Gas Pertamina Kolaborasi Kembangkan Energi Bersih, Pengguna Gas Tabung Bisa Beralih ke Jargas
Subholding Gas Pertamina Kolaborasi Kembangkan Energi Bersih, Pengguna Gas Tabung Bisa Beralih ke Jargas

Jika peralihan pemanfaatan LPG 5 kg, 12 kg, maupun 50 kg dapat diganti dengan CNG, maka akan mendukung pemerintah dalam upaya mengurangi subsidi energi.

Baca Selengkapnya