Bukan Inflasi, Ini Tantangan Terbesar Ekonomi Dunia
Merdeka.com - Profesor emeritus keuangan di Wharton School of the University of Pennsylvania, Jeremy Siegel mengatakan, Federal Reserve AS (The Fed) telah menaikkan suku bunga terlalu cepat, dan risiko resesi akan sangat tinggi jika terus melakukannya.
"Mereka seharusnya mulai memperketat jauh, jauh lebih awal. Tapi sekarang saya khawatir mereka menginjak rem terlalu keras," Ujar Jeremy, dikutip dari CNBC, Senin (10/10).
Jeremy menjelaskan bahwa dia adalah salah satu yang pertama memperingatkan kebijakan inflasi The Fed pada tahun 2020 dan 2021, tetapi rantainya telah berayun terlalu jauh ke arah lain. "Jika mereka tetap seketat yang mereka katakan, terus menaikkan suku bunga bahkan sampai awal tahun depan, risiko resesi sangat tinggi," kata dia.
Menurutnya suku bunga cukup tinggi sehingga dapat menurunkan inflasi hingga 2 persen, dan tingkat terminal, atau titik akhir, harus antara 3,75 persen dan 4 persen.
Pada bulan September, The Fed menaikkan suku bunga acuan sebesar tiga perempat poin persentase ke kisaran 3 persen hingga 3,25 persen, tertinggi sejak awal 2008. Bank sentral juga mengisyaratkan bahwa tingkat terminal bisa setinggi sebesar 4,6 persen pada tahun 2023.
"Sebagian besar inflasi ada di belakang kita, dan kemudian ancaman terbesar adalah resesi, bukan inflasi, hari ini. Saya pikir itu terlalu, terlalu tinggi mengingat kelambatan kebijakan, itu benar-benar akan memaksa kontraksi," jelasnya.
Menurut data dari pelacak FedWatch CME Group dari taruhan berjangka dana Fed, kemungkinan kisaran target suku bunga akan mencapai 4,5 persen hingga 4,75 persen pada Februari tahun depan adalah di 58,3 persen.
"Pandangan saya sendiri adalah Anda harus menaikkan suku bunga. Jika inflasi 8 persen, Anda perlu menaikkan suku bunga jauh lebih tinggi," tambahnya.
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
tetap tingginya inflasi dan kuatnya pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat mendorong spekulasi penurunan Fed Funds Rate (FFR).
Baca SelengkapnyaSaat ini, The Fed selalu Bank Sentral Amerika Serikat (AS) masih melakukan kajian terkait potensi penurunan tingkat suku bunga.
Baca SelengkapnyaKenaikan suku bunga dinilai upaya Bank Indonesia untuk mengendalikan inflasi.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Pasar keuangan yang tidak pasti diprediksi bisa memperlambat ekonomi dunia.
Baca SelengkapnyaKenaikan suku bunga oleh BI akan memberikan sederet dampak rambatan terhadap pelaku usaha ritel.
Baca SelengkapnyaHal itu tercermin pada yield US Treasury yang meningkat sejalan dengan premi risiko jangka panjang dan inflasi yang masih di atas prakiraan pasar.
Baca Selengkapnyakebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran tetap pro-growth untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Baca SelengkapnyaPerry mengatakan, keputusan mempertahankan suku bunga acuan ini untuk penguatan stabilisasi nilai tukar Rupiah dari dampak tingginya ketidakpastian global.
Baca SelengkapnyaMenaikkan suku bunga tinggi pun tidak cukup membantu pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.
Baca Selengkapnya