Bos Saratoga persilakan Citilink caplok Tigerair Mandala

Merdeka.com - Saratoga Capital Inc selaku pemegang saham mayoritas maskapai penerbangan Tigerair Mandala mempersilakan bila ada perusahaan lain berniat menjajaki akuisisi. Sejauh ini baru PT Citilink Indonesia, maskapai murah anak usaha Garuda Indonesia, yang dikabarkan berniat mencaplok Tigerair.

Kemungkinan itu disampaikan CEO Saratoga Capital Sandiaga Uno di Jakarta, Rabu (7/5). Dia mengakui kondisi maskapai yang mereka miliki sedang tidak bagus. Selain opsi pemangkasan jumlah karyawan maupun rute penerbangan, adanya akuisisi oleh pihak lain juga terus dikaji.

Bila Citilink memang serius mengambil alih mayoritas saham, pihaknya tidak keberatan. "Semua opsi kita buka, mulai dari tie up, strategic alliance, partnership, kita buka semua kemungkinan untuk meningkatkan kinerja Tigerair Mandala," ujarnya.

Dari laporan manajemen Tigerair, kesulitan yang dialami adalah karena industri penerbangan Indonesia sangat ketat, termasuk pula tekanan pelemahan nilai tukar yang membuat beban operasional meningkat. Sandiaga mengaku tidak akan mengintervensi pilihan yang diambil manajemen maskapai buat terlepas dari kesulitan. Prinsip Saratoga, bisnis jasa penerbangan ini harus diteruskan, dengan cara apapun.

"(Presiden Direktur Tigerair Mandala) Paul Roombek lagi menyiapkan plan, kenyataannya dengan rasionalisasi dan pasar tingkat persaingan tinggi, kita sebagai pemegang saham sedang menunggu paparan rencana kerja itu," kata Sandiaga.

Akan tetapi, apakah Citilink saja yang sudah melakukan penjajakan, ataupun ada maskapai lain, Sandiaga mengaku tidak tahu. Aksi korporasi seperti itu, menurutnya lebih diketahui manajemen Tigerair Mandala.

Perusahaan Sandiaga menguasai 51,3 persen saham Tigerair Mandala. Sedangkan Tiger Group asal Singapura memiliki 33 persen porsi saham.

Awal pekan ini, Direktur Utama Garuda Indonesia Emirsyah Satar kembali membuka rencana anak usahanya mencaplok Tigerair Mandala. Menurut Emir, selama aksi korporasi membawa keuntungan maka tentu akan dilakukan perusahaan. Sampai saat ini, BUMN penerbangan itu masih menjadi penguasa saham mayoritas Citilink dengan porsi 49 persen.

"Kalau oportunity di pasar kan harus memberi manfaat. Pokoknya kita sebagai induk usaha melihat bisnis yang memberi opportunity ke  Garuda Indonesia," ucap Emir.

Adapun Presiden Direktur Citilink Arif Wibowo pekan lalu sempat membantah rumor ini. Dia menilai akuisisi sangat rumit, sehingga belum menjadi fokus perseroan. "Pemberitaan yang menyebutkan Citilink akan mengakuisisi Tigerair Mandala merupakan penafsiran wartawannya sendiri," cetusnya.

Kerugian Tigerair Mandala pertama kali diungkapkan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, Kementerian Perhubungan, pada awal Februari lalu. Maskapai yang bermain di bisnis penerbangan murah ini menutup sembilan rute penerbangannya

"Mandala itu masalah ada di internalnya dan tidak mungkin terbang dengan merugi dan memilih rute-rute yang tidak merugi. Daripada loss-nya cukup besar, jadi ditutup dulu," kata Dirjen Perhubungan Udara Kemenhub Harry Bakti.

Pada triwulan II tahun lalu, Tigerair Mandala mengalami rugi bersih USD 18 juta. Beban kerugian itu terakumulasi menjadi USD 104 juta sejak pertama kali beroperasi pada 2012.