Bos BI ungkap kecil kemungkinan ada perubahan suku bunga acuan
Merdeka.com - Gubernur Bank Indonesia (BI), Agus Martowardojo, mengatakan kecil kemungkinan bank sentral menurunkan BI 7-Day (Reverse) Repo Rate atau suku bunga acuan di 2018. Suku bunga acuan saat ini berada pada level 4,25 persen.
"Pada kesempatan, kondisi sekarang ini mungkin tipis sekali untuk melakukan penyesuaian BI 7-Day (Reverse) Repo Rate," ujar Agus saat ditemui di Gedung Majelis Ulama Indonesia (MUI), Jakarta, Rabu (24/1).
Agus mengatakan, prediksi tersebut didasarkan pada dinamika yang terjadi di Amerika Serikat (AS). Di mana, diprediksi akan ada kenaikan Fed Fund Rate.
"Dengan dinamika yang ada kita lihat di Amerika Serikat, ada potensi akan menaikkan Fed Fund Rate. Kita juga di tahun 2017 sudah menurunkan dua kali, di bulan Agustus dan September masing masing 25 basis poin," jelasnya.
Agus menambahkan, selain pertimbangan tersebut, Bank Indonesia juga mencermati perkembangan inflasi dalam beberapa waktu belakangan. Di mana, pada akhir tahun sempat terjadi tekanan inflasi karena naiknya berbagai harga komoditas.
"Kita juga lihat dalam negeri ada pengelolaan inflasi yang perlu kita lakukan, karena kita melihat di akhir 2017 ada tekanan inflasi. Jadi secara umum BI melihat kalau melakukan penyesuaian policy itu mungkin ruangnya sudah tidak besar," tandasnya.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kenaikan suku bunga dinilai upaya Bank Indonesia untuk mengendalikan inflasi.
Baca SelengkapnyaThe Fed diperkirakan tak akan menurunkan suku bunga acuan dalam waktu dekat yang menjadi harapan banyak pihak.
Baca SelengkapnyaSaat ini, The Fed selalu Bank Sentral Amerika Serikat (AS) masih melakukan kajian terkait potensi penurunan tingkat suku bunga.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Keputusan mempertahankan suku bunga acuan ini sejalan dengan fokus kebijakan moneter yang pro-stability untuk penguatan stabilisasi nilai tukar Rupiah.
Baca SelengkapnyaKenaikan suku bunga acuan demi menguatkan stabilitas rupiah.
Baca SelengkapnyaADB mengingatkan kenaikan harga beras bisa mengganggu perekonomian Asia-Pasifik yang diramal mampu tumbuh 4,9 persen di 2024.
Baca SelengkapnyaPerry mengatakan, keputusan mempertahankan suku bunga acuan ini untuk penguatan stabilisasi nilai tukar Rupiah dari dampak tingginya ketidakpastian global.
Baca SelengkapnyaPasar keuangan yang tidak pasti diprediksi bisa memperlambat ekonomi dunia.
Baca SelengkapnyaHal itu tercermin pada yield US Treasury yang meningkat sejalan dengan premi risiko jangka panjang dan inflasi yang masih di atas prakiraan pasar.
Baca Selengkapnya