Bank Indonesia yakinkan posisi Rupiah masih dalam batas fundamental
Merdeka.com - Bank Indonesia (BI) menyatakan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (AS) saat ini masih dalam koridor fundamentalnya. Hal ini karena BI memiliki tugas untuk menstabilkan nilai tukar tersebut dengan berbagai instrumen yang dimiliki.
Deputi Gubernur BI, Dody Budi Waluyo, mengatakan pergerakan nilai tukar Rupiah ini memang dipengaruhi oleh sentimen global terutama perkembangan ekonomi dari AS.
"Nilai tukar Rupiah saat ini relatif. Pergerakan Rupiah cukup dinamis. Intinya kita lihat masih dalam batas fundamental kita. Kita kombinasi dengan BI hadir di pasar," kata Dody di Nusa Dua, Bali, Selasa (9/10).
Di sisi lain, dengan masih adanya kenaikan suku bunga oleh The Fed, Dody mengakui Dolar saat ini masih menjadi instrumen investasi pilihan.
"Inilah hebatnya super Dolar. Dalam kondisi negaranya maju, semua memilih Dolar. Dalam kondisi negaranya melemah, orang kemudian lari lari. Jadi dalam hitungan, sepanjang trade war berlangsung orang masih melihat Dolar sebagai safe heaven," tambah dia.
Sebelumnya, nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (AS) kembali bergerak melemah pada perdagangan Selasa pekan ini. Pelaku pasar juga sedang mengkhawatirkan kondisi ekonomi Italia.
Mengutip Bloomberg, Selasa (9/10), Rupiah dibuka di angka Rp 15.223 per USD, melemah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka Rp 15.217 per USD.
Sejak pagi hingga siang hari ini, Rupiah bergerak di kisaran Rp 15.222 per USD hingga Rp 15.240 per USD. Jika dihitung dari awal tahun, Rupiah telah melemah 12,34 persen.
Sedangkan berdasarkan Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), Rupiah dipatok di angka Rp 15.233 per USD, melemah jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka Rp 15.193 per USD.
Reporter: Ilyas Istianur Praditya
Sumber: Liputan6
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Perry mengatakan, keputusan mempertahankan suku bunga acuan ini untuk penguatan stabilisasi nilai tukar Rupiah dari dampak tingginya ketidakpastian global.
Baca SelengkapnyaHal itu tercermin pada yield US Treasury yang meningkat sejalan dengan premi risiko jangka panjang dan inflasi yang masih di atas prakiraan pasar.
Baca SelengkapnyaKenaikan suku bunga acuan demi menguatkan stabilitas rupiah.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Pasar keuangan yang tidak pasti diprediksi bisa memperlambat ekonomi dunia.
Baca SelengkapnyaPosisi ULN pada November 2023 juga dipengaruhi oleh faktor pelemahan mata uang dolar AS terhadap mayoritas mata uang global.
Baca Selengkapnyakebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran tetap pro-growth untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Baca Selengkapnyatetap tingginya inflasi dan kuatnya pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat mendorong spekulasi penurunan Fed Funds Rate (FFR).
Baca SelengkapnyaGubernur BI, Perry Warjiyo menyampaikan, nilai tukar Rupiah hingga 19 Maret 2024 relatif stabil.
Baca SelengkapnyaDia berharap agar penerus kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) mampu mempertahankan stabilitas ekonomi di Indonesia.
Baca Selengkapnya