Alasan China Ingin APBN Jadi Jaminan Utang Proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung
Merdeka.com - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan menyebut China bersikeras meminta Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) menjadi penjamin pinjaman utang proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB).
Atas permintaan tersebut, Luhut merekomendasikan agar penjaminan dilakukan melalui PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero).
“Kami dorong melalui PT PII karena ini struktur yang baru dibuat pemerintah Indonesia sejak 2018," kata Luhut dikutip Rabu (13/4).
Direktur Eksekutif Celios, Bhima Yudhistira menilai bahwa permintaan China menambah utang dengan penjamin APBN bukan tanpa alasan. Hal ini diminta karena APBN dianggap sebagai penjamin yang paling aman.
"Jaminan dari negara dalam bentuk APBN ini karena aman," kata Bhima saat dihubungi merdeka.com, Jakarta, Kamis (13/4).
Sebaliknya, penjaminan yang dilakukan oleh PT PII sebagai Badan Layanan Umum (BLU) pemerintah dirasa kurang bisa menjamin pinjaman utang yang besar. Mengingat penjaminan yang dilakukan BLU juga memiliki keterbatasan.
"Kalau BLU ini kan ada kekhawatiran juga tidak mampu menanggung risiko utang atau risiko gagal bayar," kata dia.
Sebenarnya, kata Bhima, APBN sudah sering menjamin proyek-proyek pembangunan. Namun biasanya proyek yang dijamin pemerintah dikerjakan sendiri oleh BUMN karya milik pemerintah.
Selain dikerjakan oleh BUMN, proyek tersebut juga dibuat untuk kepentingan hajat orang banyak, semisal Proyek Strategis Nasional (PSN) hingga pembangunan jalan tol. Termasuk proyek yang tidak mengalami pembengkakan anggaran.
"Sebelumnya banyak penjaminan yang dilakukan APBN tapi nilainya tidak sebanyak proyek kereta cepat ini. Nilainya juga enggak banyak, misalnya PSN dan jalan tol itu penjaminannya lewat APBN," kata dia.
Berbagai kriteria tersebut pun tidak ada yang berkaitan dengan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung. Sehingga, memang sudah seharusnya pemerintah menolak permintaan China untuk menjadikan APBN sebagai penjamin pinjaman. "Kriteria-kriteria itu tidak ada pada kereta cepat, jadi seharusnya kereta cepat tidak boleh agunannya dari APBN," kata dia.
Bhima menambahkan, jika APBN dijadikan jaminan, dia khawatir Pemerintah terjebak dalam jerat utang. Mengingat hal serupa banyak terjadi di berbagai negara seperti Sri Lanka.
"Sudah banyak proyek-proyek di luar negeri termasuk di Sri Lanka yang akhirnya didikte dan jadi jebakan utang," pungkasnya.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo memastikan cost overrun atau pembengkakan biaya pada proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung sudah tertutupi.
Baca SelengkapnyaPerjalanan dinas tersebut membawa misi membahas kerja sama di sektor perkeretaapian dan penerbangan.
Baca SelengkapnyaPinjaman senilai Rp7 triliun dari CDB telah dicairkan ke PT KAI.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Monitoring dilakukan karena pendanaan pembagunan menggunakan APBN.
Baca SelengkapnyaKejaksaan Agung menetapkan enam tersangka korupsi proyek pembangunan jalur kereta api Besitang-Langsa pada Balai Teknik Perkeretaapian Medan tahun 2017-2023.
Baca SelengkapnyaPenggunaan APBN untuk pembangunan infrastruktur Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara mencapai Rp68,59 triliun.
Baca SelengkapnyaAdapun perhitungan ini didapatnya setelah berkaca dari China, yang butuh waktu 40 tahun untuk jadi negara dengan kekuatan ekonomi besar dunia.
Baca SelengkapnyaLuhut tak banyak berbicara soal isu bahwa impor 3 KRL China ini merupakan jebakan utang dari pengadaan Kereta Cepat Whoosh.
Baca SelengkapnyaPemerintah akan menutup 123 titik perlintasan sebidang antara jalan raya dan jalur kereta api pada 2024.
Baca Selengkapnya