Akademisi maklumi keputusan impor garam untuk solusi jangka pendek
Merdeka.com - Pemerintah belakangan dihadapkan pada kelangkaan garam di sejumlah wilayah Indonesia. Adanya kelangkaan tersebut juga sempat membuat harga garam melonjak tinggi.
Guna mengatasi kelangkaan tersebut, pemerintah berencana melakukan impor garam sebanyak 75.000 ton dari Australia.
Ekonom Universitas Indonesia, Berly Martawardaya, mengatakan faktor yang menyebabkan harga garam melonjak tinggi karena turunnya produksi garam namun permintaan tetap. Impor merupakan solusi jangka pendek yang harus dijadikan pelajaran untuk membuat kebijakan yang sistematis dalam meningkatkan produksi untuk 2 sampai 3 tahun ke depan.
"Produksi turun. Demand tetap, sehingga harga naik. Solusi jangka pendek ya impor tapi harus jadi target kebijakan sistematis untuk tingkatkan kapasitas produksi dalam 2 sampai 3 tahun ke depan," ujar Berly di Jakarta, Sabtu (5/8).
Berly menjelaskan untuk dapat mendongkrak produksi garam, diperlukan kebijakan sistematis yang dapat meningkatkan teknologi dan manajemen yang baik. Selain itu, lokasi tempat produksi juga perlu diperhatikan.
Jika tempat produksi jauh dari lokasi pembeli, harga jual akan mahal, karena biaya transport jauh. "Kalau produksi jauh dari lokasi pembeli, maka biaya transport jadi mahal, harga jual juga mahal," jelasnya.
Sementara itu, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira mengatakan pemerintah sebenarnya sudah memiliki program untuk petani garam, yakni program Pengembangan Usaha Garam Rakyat (PUGAR). Namun, pada kenyataannya program tersebut tidak berjalan dengan maksimal.
"Ini tapi tidak jalan, realisasi bantuan tidak pernah mencapai 100 persen, target produksi garam dari PUGAR hanya 51,4 persen dari target. Jadi, programnya sudah ada, tetapi tidak serius diawasi pemerintah," tuturnya.
Sebelumnya, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengumumkan akan melakukan impor garam sebanyak 75.000 ton dari Australia. Australia dipilih sebagai negara pengimpor garam karena jarak tempuhnya yang relatif singkat, sehingga mempercepat garam sampai di Indonesia.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jokowi: Harga Beras Turun Saya Dimarahi Petani, Kalau Naik Dimarahi Ibu-ibu
Jokowi mengaku tak mudah bagi pemerintah mengelola pangan untuk masyarakat Indonesia yang jumlah penduduknya mebcapai 270 juta orang.
Baca SelengkapnyaTernyata, Ini Penyebab Harga Beras Masih Bertahan Mahal Hingga Akhir Tahun 2023
Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi mengaku belum bisa menurunkannya karena ada tiga faktor besar yang membuat harga beras mahal.
Baca SelengkapnyaDicurhati Emak-Emak Kondisi Becek, Gibran Janji Revitalisasi Pasar Minggu
Selain revitalisasi, Gibran juga akan fokus mengendalikan harga bahan pokok apabila menjadi wakil presiden.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Diyakini Bakal Naik Usai Pemilu 2024
Terdapat empat aspek yang dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi di Indonesia ke depan.
Baca SelengkapnyaBlusukan ke Pasar Surabaya, Ganjar Paparkan Stategi 'Sat-Set' untuk Stabilkan Harga Pangan
Ganjar mengatakan dirinya dan Mahfud MD mempunyai komitmen untuk akan menstabilkan harga pangan.
Baca SelengkapnyaGorengan Selalu Menggoda untuk Buka Puasa, Akankah Memicu Asam Lambung?
Sebagai alternatif makanan yang diminati di Indonesia, gorengan sering dijadikan pilihan untuk takjil saat berbuka puasa.
Baca SelengkapnyaDidorong Konsumsi Pemilu, Ekonomi Indonesia Diprediksi Tumbuh 5,5 Persen di 2024
penyelenggaraan pesta demokrasi memberi dampak positif terhadap perekonomian nasional.
Baca SelengkapnyaStrategi Pemerintah Atasi Kelangkaan Beras, Termasuk Buka Keran Impor
Harapannya, langkah itu bisa menambah suplai untuk memenuhi permintaan masyarakat.
Baca SelengkapnyaEkonomi Kuartal III-2023 Turun, Masyarakat Lebih Banyak Bayar Cicilan Dibanding Belanja
Indef menilai, ada perubahan pola konsumsi masyarakat yang mempengaruhi ekonomi.
Baca Selengkapnya