Ada Perang Dagang, Ekonomi Dunia Diprediksi Tetap Sehat Walau Tumbuh Melambat
Merdeka.com - Portfolio Manager Equity PT Manulife Aset Manajemen Indonesia, Andrian Tanuwijaya, mengatakan naiknya tensi perang dagang antara Amerika Serikat (AS)-China merupakan hal yang mengejutkan pasar global. Sebab, sebelumnya negosiasi antara kedua negara berlangsung positif dan dikonfirmasi sendiri oleh pernyataan-pernyataan dari kedua delegasi.
"Perubahan sentimen yang drastis ini mengakibatkan market shock karena pasar global sebelumnya sudah semakin yakin kesepakatan akan tercapai segera," katanya dalam keterangan tertulis, Sabtu (18/5).
Dia menambahkan, secara umum perekonomian global dalam kondisi relatif sehat, walaupun memang pertumbuhannya melambat. Data ekonomi dari Amerika Serikat dan China dua raksasa yang menjadi proksi ekonomi global mengafirmasi pandangan tersebut.
"Di Amerika Serikat data ketenagakerjaan tetap pada level yang kuat dengan klaim subsidi pengangguran yang membaik dan tingkat pengangguran yang menurun. Di China, data ekonomi juga membaik sejalan dengan stimulus yang dikeluarkan pemerintah untuk melakukan stabilisasi ekonomi," jelas dia.
"Data manufaktur China kembali ke zona ekspansi di bulan Maret dan April, setelah sebelumnya mengalami kontraksi tiga bulan berturut-turut. Pertumbuhan kredit di China juga membaik, didukung oleh stimulus fiskal dari pemerintah," imbuhnya.
Secara keseluruhan, kata dia, indikator ekonomi di kedua negara dengan ekonomi terbesar di dunia ini mengindikasikan bahwa kondisi ekonomi global tetap sehat walaupun melambat dibandingkan tahun sebelumnya.
Dia melanjutkan, dengan adanya perkembangan terakhir dari tensi perang dagang, pihaknya melihat negosiasi dagang dapat kembali memanjang dan volatilitas pasar pun berpotensi kembali meningkat. "Terlepas apakah skenario base case akan terjadi atau tidak, kami melihat pemerintah China sangat siap dan memiliki cukup ruang untuk melakukan stimulus tambahan untuk mengurangi dampak negatif dari tarif impor dan menopang pertumbuhan ekonominya," lanjut dia.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Saat ini investor cenderung memperhatikan arah kebijakan, kemungkinan perubahan-perubahan di sisi pemerintah yang akan mempengaruhi bisnis.
Baca SelengkapnyaPasar keuangan yang tidak pasti diprediksi bisa memperlambat ekonomi dunia.
Baca SelengkapnyaEksportir dan pedagang di pameran perdagangan besar China mengeluhkan sepinya pembeli akibat ketidakpastian global.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Adapun perhitungan ini didapatnya setelah berkaca dari China, yang butuh waktu 40 tahun untuk jadi negara dengan kekuatan ekonomi besar dunia.
Baca SelengkapnyaADB mengingatkan kenaikan harga beras bisa mengganggu perekonomian Asia-Pasifik yang diramal mampu tumbuh 4,9 persen di 2024.
Baca SelengkapnyaAS dan China tengah terlibat dalam persaingan menjadi raksasa ekonomi dunia.
Baca SelengkapnyaBank Dunia memprediksi ekonomi global dari tahun ke tahun terus mengalami penurunan.
Baca SelengkapnyaArtinya, Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi tinggi dan angka inflasi relatif bagus dan rendah.
Baca SelengkapnyaJjumlah penduduk China berkurang 850.000 orang menjadi sekitar 1.411,75 juta pada tahun 2022.
Baca Selengkapnya