Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

4 Alasan Gaji CEO Terus Bertambah

4 Alasan Gaji CEO Terus Bertambah Ilustrasi CEO. ©Shutterstock.com/ sellingpix

Merdeka.com - Masa pandemi justru membuat para CEO perusahaan di dunia mengantongi kekayaan yang berlipat-lipat. Bahkan para bos perusahaan di Inggris telah memperoleh jumlah kekayaan yang sama dengan rata-rata penghasilan pekerja di Inggris dalam setahun penuh.

Bagaimanakah mereka bisa mendapatkannya? Apakah akan terus berjalan mulus sehingga kekayaannya akan semakin bertambah?

Sebuah analisis yang dilakukan Economic Policy Institute, lembaga pemikir di Washington DC, menunjukkan bahwa kepala eksekutif dari 350 perusahaan terbesar AS memperoleh rata-rata kekayaan hingga USD 21,3 juta di 2019. Kekayaan itu meningkat lebih dari lima kali lipat jika dibandingkan ketika tahun 1989.

Adanya pandemi Virus Korona yang muncul menimpa hampir seluruh dunia telah memperburuk keadaan. Tak hanya itu, pandemi pun telah membuat banyak populasi berpenghasilan rendah, menghadapi risiko kesehatan yang lebih besar, kehilangan pekerjaan, serta menyebabkan penurunan kesejahateraan.

Tentu sangat berlawanan antara bos-bos besar dengan orang-orang yang bisa dibilang keadaannya di kelas menengah bawah. Akibatnya kebingungan dan kemarahan yang memuncak ketika mengetahui atas gaji yang luar biasa tinggi yang terus diperoleh dari para bos.

Ketidaksetaraan itu telah menimbulkan berbagai pertanyaan, mengapa itu bisa terjadi dan apakah para bos akan terus berada di puncak teratas karena penghasilannya.

Ternyata ini beberapa alasan gaji CEO terus bertambah:

Gaji berdasarkan harga

Kesenjangan tersebut berawal dari gaji eksekutif yang berakar pada kebijakan tahun 1980-an yang diajukan oleh Pemerintah Reagan di AS dan Pemerintah Thatcher di Inggris. Filosofi politik telah mendorong deregulasi, privatisasi sektor publik, dan kapitalisme pasar bebas.

Namun, Sandy Pepper, seorang ahli dalam gaji eksekutif di London Scholl of Economics mengatakan, sistem itu sudah rusak ketika gaji eksekutif dikaitkan dengan harga saham dan penghargaan berbasis aset lepas landas di bawah neoliberalisme yang berlaku.

Logika yang mendasarinya adalah pembayaran CEO yang diberikan sesuai dengan kinerja keuangan perusahaan karena merekalah yang berperan besar dalam kesuksesan perusahaan.

Selain mendapat gaji pokok, jika menjabat sebagai CEO juga nantinya akan mendapatkan bonus terkait kinerja serta opsi saham.

Robin Ferracone, CEO Farient Advisors menyetujui jika konsultan pembayaran eksekutif intrenasional dibayar dengan gaji berdasarkan harga.

“Jika Anda memiliki CEO yang baik, multiplier effect bisa sangat besar. Jadi prinsipnya sangat masuk akal jika kinerja median akan mendapat bayaran media, kinerja tinggi akan mendapat bayaran tinggi,” ujarnya, seperti melansir laman BBC, Sabtu (30/1).

Seperti berjalan di atas telur

Namun pada kenyataannya, sistem perhitungan remunerasi CEO lebih rumit. Banyak perusahaan mengandalkan komite kompensasi yang sebagian besar terdiri dari anggota dewan dan eksekutif.

Menurut Steven Clifford, mantan CEO dan penulis The CEO Pay Mesin, selain ukuran dari pengalaman kinerja, komite kompensasi menggunakan pembanding sebagai bagian terpenting dari prosesnya.

Sedangkan dalam studi Journal of Financial Economic tahun 2019 menyimpulkan, sistem komite kompensasi tersebut dapat mempercepat inflasi gaji karena perusahaan memungkinkan justifikasi tingkat tinggi gaji CEO mereka.

Perihal bonus, hal itu kemudian disepakati sebagai cara untuk mengukur kinerja. Baik peningkatan berdasarkan ukuran keuangan atau jika tujuan dapat terpenuhi.

“Semakin besar perusahaan, semakin banyak CEO mendapatkan penghasilan,” ujar Pepper.

CEO adalah kunci kesuksesan

“CEO adalah kunci sukses,” kata Daniel Pryor, Kepala Program di Adam Smith Institute. Sangat terbatas dan sulit dicari seseorang yang memiliki keterampilan, kepribadian, dan watak untuk menjadi CEO perusahaan.

Pryor menunjukkan beberapa contoh CEO, seperti Steve Jobs dari Apple, Jeff Bezos dari Amazon, dan Elon Musk dari Tesla dan SpaceX. Mereka-mereka adalah talenta luar biasa yang telah menggebrak teknologi revolusioner sejak awal.

Seorang pakar manajemen pembayaran yang juga menulis buku Pay Check : Are Top Earners Really Worth It? David Bolchover mengatakan, ada beberapa alasan mengapa perusahaan dapat berkinerja baik. “Mungkin perekonomian atau sektornya sedang naik atau mungkin beroperasi dalam oligopoli,” ujarnya.

Selain itu, Bolchover mengatakan krisis keuangan global ketika 2008 adalah contoh bagaimana kinerja dan pembayaran tidak selaras.

“Banyak bank-bank bangkrut selama krisis. Orang-orang kemudian bertanya mengapa mereka dibayar begitu banyak bahkan setelah krisis?”

Menurut Bolchover, pusaran kepentingan pribadi antara pemegang saham, anggota dewan, dan eksekutif adalah salah satu alasan mengapa penghasilan CEO tidak mengalami penurunan. Hal itulah yang dinilai mengapa adanya tekanan yang meningkat dari masyarakat umum.

Langkah maju yang dramatis

Gaji para petinggi perusahaan terus naik, sedangkan hak-hak para pegawai justru menurun – terutama bagi para staf garis tedepan di tengah pandemi seperti sekarang ini.

Namun, seiring berjalannya waktu, tanda-tanda kenaikan gaji bagi para CEO setidaknya terlihat melambat. Paul Lee seorang konsultan investasi mengatakan, gaji CEO di Inggis telah stabil dalam beberapa tahun terakhir.

Lee percaya bahwa akan ada perubahan pola pikir institusional. Di mana mereka berinvestasi di perusahaan bergaji tinggi, tetapi pada akhirnya didanai oleh masyarakat umum – melalui dana pensiun dan investasi – dan kemudian menyadari adanya ketidaknyamanan.

Di tengah pandemi seperti sekarang ini, para eksekutif di beberapa perusahaan terkemuka, seperti Boeing, Marriott International, dan PwC secara sukarela telah mengorbankan sebagian dari gaji mereka untuk menyelamatkan pekerja staf di tahun 2020.

Lain halnya dengan beberapa perusahaan tadi, Luke Hildyard yang merupakan direktur di High Pay Center mengambil langkah untuk mengurangi kesenjangan gaji. Langkah yang dilakukan adalah mendistribusikan penghasilan perusahaan secara lebih merata ke seluruh tenan kerja.

“Meningkatkan kehidupan orang-orang normal dengan penambahan uang yang relatif kecil dapat menjadi transformasional. Itu akan menjadi langkah maju yang dramatis,” kata Hildyard.

Hildyard pun berpendapat, beberapa penelitian menunjukkan bahwa negara yang tidak setara cenderung melakukan tindakan yang buruk, termasuk kohesi sosial, kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, serta tingkat kejahatan dan pendidikan. Jika sudah begitu, tingkat ketimpangan akan lebih tinggi dirasakan bagi masyarakat biasa.

Sumber: Liputan6Reporter: Aprilia Wahyu Melati

(mdk/did)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Gaji Karyawan Bulan November Dicicil, Dirut PT DI Ungkap Kondisi Perusahaan Sebenarnya

Gaji Karyawan Bulan November Dicicil, Dirut PT DI Ungkap Kondisi Perusahaan Sebenarnya

Gaji seluruh karyawan PT DI untuk bulan November 2023, baru dibayar rata sebesar Rp1 juta.

Baca Selengkapnya
Siap-Siap, Perusahaan Telat Bayar THR Karyawan Kena Denda Segini

Siap-Siap, Perusahaan Telat Bayar THR Karyawan Kena Denda Segini

Batas pembayaran THR pegawai maksimal pada H-7 lebaran.

Baca Selengkapnya
Empat Konglomerat yang Sukses Menghasilkan Harta Kekayaan Tanpa Warisan

Empat Konglomerat yang Sukses Menghasilkan Harta Kekayaan Tanpa Warisan

Forbes mencatat, hanya ada 26 dari 760 orang di dunia, yang memiliki kekayaan melimpah dari nol dengan kerja keras sendiri.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Konglomerat Indonesia Ini Pernah Rasakan Hilang Kekayaan Rp2 Miliar per Detik

Konglomerat Indonesia Ini Pernah Rasakan Hilang Kekayaan Rp2 Miliar per Detik

Melansir Forbes, orang terkaya Indonesia ini masuk sebagai orang terkaya peringkat enam, se-Asia.

Baca Selengkapnya
Fenomena Baru, Banyak Pengusaha Indonesia Pilih Terjun ke Bisnis Kuliner Ketimbang Garap Sumber Daya Alam

Fenomena Baru, Banyak Pengusaha Indonesia Pilih Terjun ke Bisnis Kuliner Ketimbang Garap Sumber Daya Alam

Padahal, banyak jenis usaha atau bisnis yang bisa dikembangkan karena memiliki sumber daya yang luar biasa.

Baca Selengkapnya
Kejagung Periksa Empat Direktur Perusahaan Sebagai Saksi Kasus Korupsi Jalur Kereta Api Medan

Kejagung Periksa Empat Direktur Perusahaan Sebagai Saksi Kasus Korupsi Jalur Kereta Api Medan

Empat direktur perusahaan itu diperiksa sebagai saksi untuk tujuh tersangka.

Baca Selengkapnya
Pecat Karyawan yang Tak Ingin Pensiun, Perusahaan Ini Malah Wajib Bayar Ganti Rugi Rp1,6 Miliar

Pecat Karyawan yang Tak Ingin Pensiun, Perusahaan Ini Malah Wajib Bayar Ganti Rugi Rp1,6 Miliar

Perusahaan di Amerika Serikat diwajibkan membayar gaji dan ganti rugi kepada mantan karyawannya.

Baca Selengkapnya
Pegawai Bisa Terima THR Lebih Besar dari Gaji, Ini Syarat dan Ketentuannya

Pegawai Bisa Terima THR Lebih Besar dari Gaji, Ini Syarat dan Ketentuannya

Menaker Ida bilang ada perusahaan yang membayar THR lebih besar dari ketentuan.

Baca Selengkapnya
Krisis Pangan Akibat Pupuk Langka, 22 Negara Ogah Jual Beras ke Luar Negeri

Krisis Pangan Akibat Pupuk Langka, 22 Negara Ogah Jual Beras ke Luar Negeri

Banyak negara kini memilih berjaga untuk kepentingan dalam negeri dengan cara menutup keran ekspor pangannya,

Baca Selengkapnya