Rayakan Hari Bumi, 5 Destinasi Ekowisata di Indonesia Ini Bisa Dikunjungi

merdeka.com Sekitar 2 Tahun yang lalu

Merdeka.com - Hari Bumi tahun ini datangnya bersamaan dengan momen Ramadan. Momen yang jatuh setiap 22 April ini pun bisa diperingati dengan beragam kegiatan positif. Salah satunya dengan mengunjungi destinasi ekowisata #DiIndonesiaAja. Bukan hanya dapat menjadi sarana rekreasi, kegiatan tersebut dapat mendukung keberadaan ekowisata di tanah air yang berkelanjutan.

Seperti diketahui, ekowisata menawarkan kegiatan pariwisata berwawasan lingkungan di mana konservasi alam, pemberdayaan sosial budaya ekonomi masyarakat lokal, serta pembelajaran dan pendidikan menjadi aspek-aspek yang diutamakan di dalamnya.

Menariknya, ada banyak destinasi ekowisata #DiIndonesiaAja yang bisa dikunjungi. Masing-masing menawarkan kearifan lokal berbeda, sehingga bisa dimaksimalkan untuk menikmati momentum perayaan Hari Bumi yang bersamaan dengan Ramadan kali ini. Beberapa di antaranya bisa disimak berikut ini.

Mengunjungi Geopark Ciletuh di Sukabumi

Destinasi ekowisata pertama yang bisa dikunjungi #DiIndonesiaAja adalah Geopark Ciletuh yang berlokasi di Sukabumi, Jawa Barat. Wilayah konservasi seluas 126.100 hektare ini bahkan ditetapkan oleh UNESCO sebagai Global Geopark sejak 2018 silam.

Di dalamnya terdapat berbagai destinasi ekowisata yang lengkap. Jika rindu laut, bisa datang ke pantai Palangpang untuk melihat sunrise atau Ujung Genteng dengan pasir pantai yang putih bersih. Geopark Ciletuh juga punya beragam perbukitan ikonis, seperti puncak Darma dan Tugu, serta air terjun yang eksotis, seperti curug Puncak Manik, Cikaso, dan Cigangsa.

Menjelajahi Ekowisata Gunung Lawu di Tawangmangu

Selain itu, ada ekowisata Gunung Lawu yang berlokasi di Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah. Ekowisata yang dikelola Perhutani ini dikembangkan dengan komitmen menjaga kelestarian lingkungan. Ada banyak objek ekowisata terkenal yang dapat dikunjungi.

Sebut saja air terjun Grojogan Sewu yang punya ketinggian sekitar 80 meter, bukit Sekipan dan Mongkrang yang menawarkan banyak spot fotografi, hingga yang kekinian ada Sakura Hills dan The Lawu Park. Ada pula Rumah Atsiri Indonesia buat yang ingin tahu lebih banyak sekaligus belanja minyak esensial, serta yang tak boleh dilewatkan desa wisata Nglurah yang menawarkan konsep agrowisata tanaman hias dan obat-obatan.

Menurut Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Uno, ekowisata memiliki prospek yang bagus ke depan. Ia pun mendukung ekowisata yang mengarah pada konsep Nature, Eco, Wellness, dan Adventure (NEWA). Di sisi lain, hadirnya ekowisata juga akan membuka lapangan pekerjaan sekaligus meningkatkan perekonomian warga sekitar.

“Kuncinya adalah bagaimana mereka bisa membuka lapangan kerja, karena ini yang dibutuhkan bagi perekonomian yang sedang bertransisi menuju ekonomi kreatif,” ujar Menparekraf Sandiaga Uno dalam agenda persiapan Event Road to G20 pada 20 April 2022 lalu.

Susur Banyuwangi Sembari Belanja Tas Batok Kelapa

Di Jawa Timur, tepatnya di Banyuwangi juga terdapat ekowisata yang tak kalah menarik untuk dikunjungi. Sejumlah penghargaan bahkan diterima Banyuwangi lantaran sukses mengembangkan banyak ekowisata berkelanjutan yang semuanya dikelola oleh desa wisata. Misalnya, desa wisata Wringin Putih yang menawarkan ekowisata mangrove serta desa wisata Grajagan dengan keindahan pantai Grajagannya.

Menariknya, konsep ekowisata berkelanjutan ini tak hanya hadir dalam bentuk keindahan alam, tetapi juga diimplementasikan pada produk kerajinan yang ramah lingkungan. Salah satunya pemanfaatan batok kelapa menjadi kerajinan tas berkualitas yang bernilai jual tinggi. Wisatawan pun tak perlu ragu #BeliKreatifLokal khas satu ini sebagai oleh-oleh saat susur Banyuwangi, karena tas batok kelapa ini sudah diekspor ke mancanegara.

Berkeliling Bali Sambil Berburu Kuliner Khas untuk Buka Puasa Seperti Ayam Betutu-Bebek Timbungan

Menjadi salah satu tujuan berlibur wisatawan domestik maupun mancanegara, Bali juga menawarkan banyak destinasi ekowisata yang hadir lewat beberapa desa wisata. Tak sedikit yang namanya mendunia, seperti desa wisata Tegalalang yang terkenal dengan panorama terasering sawahnya. Kemudian, ada desa wisata Penglipuran yang mempertahankan tata letak dan arsitektur tradisional Bali, hingga dinobatkan sebagai salah satu desa terbersih di dunia.

Bicara ekowisata di Bali, kurang lengkap jika tak menyebut Kampoeng Kepiting Mangrove Wanasari yang kerap mengadakan kegiatan konservasi mangrove bersama wisatawan. Ada pula Bali Pulina yang tak lain agrowisata yang menawarkan proses pengolahan kekayaan alam di Bali sejak di pohon sampai menjadi sajian lezat di atas meja.

Mengingat masih Ramadan, tak ada salahnya berkeliling Bali sambil berburu kuliner khas Pulau Dewata untuk buka puasa seperti ayam betutu dan bebek timbungan. Ayam betutu dibuat dari ayam yang dimasak utuh dan perutnya diisi beragam bumbu rempah, dibungkus daun pisang dan dipanggang di atas bara api sekam sehari semalam. Sementara bebek timbungan dibuat dari daging bebek tua yang diungkep dengan rempah selama minimal 4 jam. Setelah itu, dikukus dengan bumbu pilihan minimal selama 8 jam. Kelezatan keduanya benar-benar pas dijadikan menu berbuka puasa, setelah seharian mengunjungi berbagai destinasi ekowisata di Bali.

Menikmati Indahnya Sumba Sekaligus Membawa Oleh-Oleh Kain Tenun Khasnya

Tidak kalah indah, ada Sumba yang terkenal dengan ekowisata pantai dan perbukitannya yang eksotis. Mulai bukit Wairinding dengan hamparan rerumputan yang memanjakan mata, pantai Puru Kambera dengan air laut biru jernih, danau Weekuri dengan air asin, pantai Mandorak dengan panorama sunset menawan, air terjun Lapopu yang menakjubkan, pantai Nihiwatu yang mendunia, serta pantai Ratenggaro yang terkenal dengan desa wisata berupa kampung adat Ratenggaronya.

Belum lengkap ke Sumba, jika belum #BeliKreatifLokal berupa kain tenun khas untuk dijadikan baju lebaran. Sebab, teknik pembuatannya diwariskan secara turun-temurun dan bertahan hingga sekarang. Semua bahan baku, termasuk pewarnanya berasal dari alam, diambil secara bijak dan mengedepankan prinsip konservasi yang berkelanjutan, sehingga limbahnya tak sampai mencemari lingkungan. Hal ini yang bikin kualitas kain tenun Sumba awet hingga puluhan bahkan ratusan tahun.

Itulah beberapa destinasi ekowisata #DiIndonesiaAja yang bisa dikunjungi untuk merayakan momentum Hari Bumi sekaligus liburan di bulan Ramadan. Kabar baiknya, sebagian besar destinasi ekowisata tersebut telah mengantongi sertifikat CHSE (Cleanliness, Health, Safety & Environmental Sustainability) sendiri merupakan sertifikat yang diberikan kepada usaha pariwisata, destinasi pariwisata, dan produk pariwisata lainnya untuk memberikan jaminan kepada wisatawan terhadap pelaksanaan kebersihan, kesehatan, keselamatan, dan kelestarian lingkungan. Jangan lupa gunakan aplikasi panduan protokol kesehatan pariwisata dari Kemenparekraf berupa InDOnesia CARE agar liburan ke berbagai destinasi ekowisata #DiIndonesiaAja lebih tenang dan menyenangkan.

Bukan hanya itu, dengan #BeliKreatifLokal di destinasi ekowisata sekaligus menginap di homestay dan menikmati kelezatan kuliner lokalnya, wisatawan turut berkontribusi dalam memajukan ekonomi nasional yang sempat terdampak situasi pandemi ini. Hal ini sejalan dengan strategi Kemenparekraf dalam membantu pariwisata Indonesia kembali bangkit. Termasuk dengan menggenjot sektor ekonomi kreatif, agar bisa membuka lapangan kerja sebesar-besarnya.

Lebih lanjut, dapatkan rekomendasi destinasi ekowisata dan ekonomi kreatif lainnya #DiIndonesiaAja dengan follow akun Instagram @pesona.indonesia dan TikTok @pesonaindonesia. Dapatkan juga hadiah merchandise dan hadiah jutaan rupiah dari Wonderful Indonesia dengan mengikuti Pesona Punya Kuis (PUKIS) setiap dua minggu sekali di setiap bulannya.

(mdk/jfw)