Survei Global Kearney sebut Aplikasi Kesehatan di Indonesia Masih Perlu Ditingkatkan
Merdeka.com - Menurut laporan dari Global Kearney yang bertajuk “Are Indonesia’s digital health apps fit enough to disrupt the market?” menyebutkan bahwa pengguna di Indonesia menyatakan bahwa kualitas aplikasi kesehatan masih harus ditingkatkan.
Sebuah studi dalam laporan tersebut menganalisis lebih dari 1.000 konsumen Indonesia untuk mendapatkan wawasan langsung tentang penyakit dan kebutuhan perawatan kesehatan mereka. Studi ini berfokus pada faktor utama dalam penggunaan aplikasi kesehatan digital, di mana semua konsumen setuju bahwa kemudahan penggunaan (20,3 persen), biaya layanan (18,9 persen), dan kualitas diagnosis kesehatan (18,8 persen) adalah hal yang paling relevan.
Sekitar 15,4 persen konsumen menggunakan aplikasi kesehatan untuk terhubung dengan dokter yang terpercaya, 12,4 persen untuk konsultasi spesialisasi, dan kurang dari 8 persen menganggap fitur seperti tips kesehatan dan kebugaran, penyimpanan catatan medis, dan pengingat obat-obatan sebagai aspek yang penting.
Penelitian lebih lanjut menyatakan bahwa regulasi dan kesiapan Indonesia untuk perawatan kesehatan digital terbagi dalam enam dimensi: diagnosis, resep, pemberian obat, teknologi, privasi data, dan komunikasi. Jika dibedakan dengan pasar lainnya, regulasi dalam sistem perawatan kesehatan digital Indonesia masih dalam tahap awal.
"Aplikasi kesehatan terus bersaing dengan menawarkan promosi harga dan akses yang lebih baik terhadap perawatan kesehatan. Namun, memberikan konsumen kemudahan dalam menghubungi dokter tidak menyelesaikan masalah kualitas perawatan. Konsumen menginginkan aplikasi dengan kualitas diagnostik yang baik dan dengan biaya yang terjangkau," kata Sanath Kumar Subramanyam, Pakar Praktik Perawatan Kesehatan di Kearney dalam keterangan persnya, Senin (22/3).
Studi oleh Kearney juga membandingkan kinerja antara aplikasi kesehatan terkemuka Alodokter, Halodoc dan Good Doctor. Dengan skala kepuasan pelanggan antara 1 sampai 5, ketiga aplikasi mendapat skor minimal 4 atau lebih dalam hal kemudahan penggunaan aplikasi.
Namun demikian, masih terdapat kesenjangan yang cukup tinggi dalam empat faktor utama seperti biaya layanan, kualitas diagnosis kesehatan, dokter yang dapat dipercaya, dan konsultasi spesialisasi. Halodoc memimpin dalam hampir semua faktor, kecuali konsultasi spesialisasi yang merupakan fitur unggulan Good Doctor.
"Sebagian besar aplikasi kesehatan di Indonesia berfokus pada model B2C, tetapi jenis ini tidak akan memberi model bisnis yang berkelanjutan dan menguntungkan. Untuk bertahan setelah pandemi mereda, aplikasi kesehatan perlu secara radikal mengubah model operasinya dan merancang produk serta layanan yang disesuaikan guna memenuhi kebutuhan pelanggan," kata Sanath.
(mdk/faz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Hingga dalam jangka waktu panjang, semakin sulit bagi masyarakat terdampak untuk pulih dan kembali berdaya secara finansial.
Baca SelengkapnyaSurvei Indonesia Millennial and Gen Z Report 2024 mencatat bahwa 82 persen milenial dan 81 persen gen Z rutin berolahraga.
Baca SelengkapnyaPeran pemangku kepentingan diperlukan agar tidak menciptakan kebijakan yang saling tumpang tindih.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
IDI mengungkapkan tidak seimbangnya rasio dokter umum dan spesialis di Indonesia sangat berdampak terhadap kualitas kesehatan di setiap daerah.
Baca SelengkapnyaOtoritas Jasa Keuangan (OJK) menargetkan mencapai angka peningkatan indeks literasi keuangan yaitu 65 persen dan inklusi keuangan 93 persen pada 2027.
Baca SelengkapnyaBudi menjelaskan, puncak dari transformasi tersebut adalah seluruh masyarakat Indonesia memiliki akses kesehatan yang berkualitas dan murah.
Baca SelengkapnyaSebanyak 15 persen responden dengan pendapatan tinggi mengaku bahwa seringkali pengeluarannya melebihi anggaran bulanan.
Baca SelengkapnyaIndustri pembiayaan diprediksi akan terus meningkat tahun ini.
Baca SelengkapnyaBPJS Kesehatan terus berupaya dalam menyesuaikan kebutuhan zaman melalui kehadiran inovasi berbasis digital.
Baca Selengkapnya