Penjelasan Di Balik Penyebab Terbakarnya Hutan Amazon, Ulah Manusia?
Merdeka.com - Belakangan ini, ramai diberitakan soal terbakarnya hutan Amazon di Brasil, Amerika Selatan. Hal ini banyak disebut sebagai buntut dari kekeringan yang terjadi di sana dan menyulut api, serupa dengan yang terjadi di California.
Namun hanya dengan mengintip dari satelit NASA, bisa disimpulkan bahwa hal ini tak sepenuhnya benar.
Melansir Wired, satelit NASA mengitari garis khatulistiwa Bumi sebanyak empat kali setiap harinya. Gambar ini dipantau oleh Doug Morton, Kepala Laboratoriun Ilmu Biosfer di NASA yakni Goddard Space Flight Center.
Dari pantauan yang juga dilengkapi dengan data inframerah dan data termal, ia berkesimpulan bahwa api muncul akibat ulah manusia.
Lebih jauh, sang ilmuwan mengkambinghitamnkan presiden Brasil Jair Bolsonaro, yang punya berbagai kebijakan anti-lingkungan.
Beberapa keputusan politiknya yang tak beriringan dengan keselamatan lingkungan adalah dipecatnya lembaga pemerintah yang memantau deforestasi Amazon, dan melakukan 'framing' kepada LSM lingkungan hidup untuk mencemarkan nama baiknya.
Namun yang paling para adalah kebijakan mendorong perkembangan ekonomi di Amazon. Perkembangan ekonomi inilah yang membuat Amazon terbakar. Seharusnya, tidak ada aktivitas manusia yang dilakukan di sana.
Perkembangan ekonomi ini bergerak di perluasan sektor pertanian, di mana deforestasi perlu dilakukan untuk membuat lahan perkebunan baru. Dengan ini pula dibuat koridor transportasi di area hutan, bahkan ada juga pemukiman yang makin luas.
'Serangan' Terhadap Wilayah Adat dan Hutan Lindung
Bolsonaro dikenal di dunia sebagai salah satu pemimpin dunia yang tak menaruh perhatian soal lingkungan. Beberapa lembaga penegakan lingkungan di Brasil dilemahkan oleh sang presiden. Akibatnya, hutan hujan tropis di Amazon tak terlindung lagi dari penebangan liar, dan penebangan habis atau clearcutting.
Terlebih lagi, wilayah adat dan juga hutan lindung juga kini jadi objek pembangunan ekonomi di bawah Bolsonaro.
Permasalahannya adalah, meski kebakaan Amazon tak sebesar di California, Amazon adalah penyerap besar karbon dioksida. Adanya Amazon secara harfiah memperlambat pemanasan global, karena menukar jumlah besar karbon dioksida dengan oksigen.
Tanah Amazon juga membantu menjaga karbon tetap terkunci, sementara pohon mempertahankan uap air dan menciptakan awan yang membuat seluruh wilayah Amerika Selatan tetap dingin.
Kebakaran Hutan Amazon Tak Bisa Dibiarkan
Kebakaran hutan Amazon tidak bisa dipandang sebagai masalah hutan yang terbakar biasa. Pasalnya jika dibiarkan, temperatur Bumi akan segera naik. Pasalnya, deforestasi dan kebakaran ini terjadi juga di Siberia, Alaskam dan Kanada.
Hal ini membuat tingkat kepulihan hutan dunia akan makin lambat. Terlebih lagi, para ahli ekologi menyebut bahwa ini adalah titik krisis hijau. Pasalnya Brasil masih di tengah musim kemarau. Kondisi bahkan bisa lebih memburuk di bulan berikutnya.
Disebut, musim kebakaran hutan biasanya berlangsung dari Juni hingga November, dengan puncak September. Didorong suhu global yang naik dan musim kemarau jadi lebih lama karena perubahan iklim, kebakaran hutan Amazon tak bisa dimungkiri bisa jadi makin buruk dan makin berdampak pada Bumi kita.
(mdk/idc)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Batu-batu ini muncul dari dasar sungai yang mengering.
Baca SelengkapnyaDi Balik Lebatnya Rimba Amazon, Arkeolog Temukan Kota Kuno Berusia 2.500 Tahun Lengkap dengan Jalan dan Lahan Pertanian
Baca SelengkapnyaBerikut penjelasan lengkap ilmuwan saat tiba-tiba temukan ular besar di hutan Amazon.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Salah satu suku yang mendiami daerah Aceh ini sampai sekarang masih misterius keberadaannya.
Baca SelengkapnyaKondisi kuku yang rapuh sering dialami oleh banyak orang. Namun, apa penyebabnya?
Baca SelengkapnyaSebanyak 229,54 hektare hutan dan lahan di Jambi terbakar dalam delapan bulan terakhir. Kebakaran itu paling banyak dipicu ulah masyarakat.
Baca SelengkapnyaPeristiwa itu terjadi saat korban berada di kebun bersama ayahnya di Desa Mendingin, Kecamatan Ulu Ogan, Ogan Komering Ulu (OKU).
Baca SelengkapnyaBukannya dengan manusia, ia justru memilih menghabiskan momen membatalkan puasanya dengan buaya.
Baca SelengkapnyaSelama 50 tahun, hewan ini dianggap jenis primata.
Baca Selengkapnya