Mungkinkah kita blokir internet untuk hindari penyadapan PRISM?
Merdeka.com - Penyadapan internet yang dilakukan pemerintah AS memang hanya terjadi untuk penduduknya saja. Namun, jika ada kesempatan, bisa saja hal ini diperlebar ke pengguna internet lainnya.
Hal ini yang bisa jadi menimbulkan rasa was-was dari beberapa negara. Arab Saudi dan Pakistan misalnya, mereka sudah menyatakan blokir terhadap beberapa layanan internet asal negeri Paman Sam tersebut.
Memang, alasan yang dipakai adalah berbagai layanan tersebut tak cocok dengan negara mereka. Namun, bisa saja alasan menghindari penyadapan juga menjadi pertimbangan mengapa sampai mereka berani memblokir Google hingga WhatsApp.
Hal ini pun menarik jika ditarik ke Indonesia. Dengan jumlah pengguna internet yang besar, nyatanya kita tak memblokir beberapa layanan internet seperti yang dilakukan oleh Arab Saudi dan Pakistan.
Sebagai contoh, ketika film Innocence of Muslims yang menghina Nabi Muhammad SAW muncul di YouTube misalnya. Meskipun sempat mengecam, kita tak sampai memblokir YouTube seperti yang dilakukan oleh Pakistan atau Iran sekalipun.
Kini, ketika berita penyadapan yang dilakukan oleh pemerintah AS melalui NSA menyeruak, alasan untuk melakukan blokir internet pun sebenarnya bertambah. Dengan memblokir Google, Facebook, Yahoo! dan sebagainya yang mendukung PRISM, Indonesia sebenarnya bisa mengamankan diri dari ancaman pengintaian oleh AS.
Memang, saat ini sendiri pemerintah AS mengaku bahwa data yang diintai oleh mereka adalah data penduduk AS saja, sehingga, kita tak perlu sampai melakukan blokir. Hanya saja, pernyataan dari AS ini tak juga menjamin apa yang akan mereka lakukan nantinya.
Bisa saja, dengan berbagai alasan, PRISM akan diperluas jangkauannya. Bisa saja PRISM mengintai penduduk luar AS, terlebih Indonesia.
(mdk/nvl)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Menjadi penting bagi masyarakat yang ingin menjaga privasinya.
Baca SelengkapnyaMengoperasikan mobile banking menggunakan wifi publik berisiko terkena serangan yang disebut “man in the middle”.
Baca SelengkapnyaBerikut adalah laporan dari We Are Social yang memotret kondisi internet di seluruh dunia.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Wanita ini menceritakan pengalaman akun bank dibobol hingga rugi jutaan rupiah akibat nomor HPnya dijual provider ke hacker.
Baca SelengkapnyaLiburan natal dan tahun baru merupakan momen yang paling ditunggu-tunggu oleh banyak orang Indonesia.
Baca SelengkapnyaSaat ini banyak modus penipuan yang dilakukan di bidang keuangan dengan memanfaatkan media sosial.
Baca SelengkapnyaPelaku baru bekerja di rumah majikannya selama tiga bulan.
Baca SelengkapnyaMasyarakat umum bisa memanfaatkan fasilitas tersebut tanpa syarat apapun.
Baca SelengkapnyaGanjar menilai, tak mungkin seseorang memilih internet otaknya lambat.
Baca Selengkapnya