Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Profil

Slobodan Milosevic

Profil Slobodan Milosevic | Merdeka.com

Slobodan Miloševic seorang Serbia Montenegro yang dilahirkan di Požarevac, Yugoslavia tanggal 20 Agustus 1941 pada saat pendudukan Amerika Serikat. Ayahnya, Svetozar Miloševic meninggal dunia dengan melakukan bunuh diri ketika Slobodan masih di sekolah menengah. Sepuluh tahun kemudian, ibu Slobodan Stanislava Miloševic ikut bunuh diri dengan menggantung dirinya. 

Pada tahun 1959, Miloševic bergabung dengan Partai Komunis. Ketika Miloševic belajar ilmu hukum di Universitas Beograd pada tahun 1963 dia bertemu dengan Ivan Stambolic, seorang pemuda yang sedang naik daun di lingkungan Partai Komunis Yugoslavia. Sejak tahun 1969, Slobodan menjadi wakil CEO Technogas, sebuah perusahaan dimana Stambolic menjabat sebagai CEO. Ketika Stambolic diangkat menjadi pemimpin Partai Komunis Serbia (1973), Miloševic naik menggantikan Stambolic sebagai CEO Tehnogas. Miloševic bekerja untuk Technogas hingga pada tahun 1978 ketika dia menerima tawaran untuk menjadi ketua Beogradska Banka (Bank Beograd). Pada tahun 1983, Miloševic meninggalkan jabatannya di Bank Beograd karena dia ingin terjun sepenuhnya di dunia politik.

Miloševic terpilih sebagai presiden Komite Kota Beograd dari Liga Komunis pada April 1984, secara terang-terangan, Miloševic menentang nasionalisme dan menghalangi penerbitan buku yang mengandung tulisan Slobodan Jovanovic (seorang sejarahwan Serbia, profesor hukum, dan politikus nasionalis pada awal abad ke-20).

Miloševic juga membela agar Marxisme tetap dipertahankan sebagai sebuah mata pelajaran sekolah dan secara terbuka mengecam para remaja Beograd karena sedikit yang muncul pada Hari Pemuda Komunis. Miloševic mulai mempropagandakan politik komunisnya hingga akhirnya pada tahun 1987 Miloševic muncul sebagai kekuatan baru yang menonjol dalam politik Serbia.

Pada bulan September 1987, rekan Miloševic, Stambolic terpilih dilantik sebagai Presiden Serbia. Secara penuh dia mendukung Miloševic untuk menjadi ketua partai yang baru. Hal ini menimbulkan rasa cemas di antara para tokoh senior partai. Setelah selama tiga hari pemilihan, Miloševic berhasil memenangkan pemilihan kerua umum dengan suara yang tipis. Ini adalah pemilihan yang paling ketat dalam sejarah pemilihan internal Partai Komunis Serbia.

Pada Februari 1988, pengunduran diri Stambolic dinyatakan resmi dan memungkinkan Miloševic untuk mengambil jabatannya sebagai Presiden. Dua belas tahun kemudian, pada musim panas 2000, Stambolic diculik dan pada tahun 2003 mayatnya baru ditemukan. Karena kejadian ini, Miloševic sempat dituduh telah memerintahkan pembunuhan atas Stambolic. Pada 2005, sejumlah anggota polisi rahasia dan gang kriminal Serbia dinyatakan bersalah di Beograd atas sejumlah pembunuhan, termasuk pembunuhan Stambolic.

Selama menjabat sebagai presiden (tahun 1988 dan 1989), Miloševic lebih banyak memusatkan perhatiannya pada urusan politik di Kosovo. Tanggal 28 Maret 1989, Dewan Nasional Serbia di bawah kepemimpinan Miloševic, mengamandemen Konstitusi Republik Sosialis Serbia dan mengurangi otonomi dua provinsinya.

Miloševic memimpin transformasi Liga Komunis Serbia menjadi Partai Sosialis Serbia (Juli 1990) dan diterimanya sebuah Konstitusi Serbia yang baru (September 1990) yang memungkinkan diadakannya pemiilihan presiden secara langsung. Miloševic terpilih kembali sebagai presiden dari Republik Serbia dalam pemilu langsung Desember 1990 dan Desember 1992. Dalam pemilihan parlementer secara langsung yang pertama pada Desember 1990, Partai Sosialis Miloševic memenangkan 80,5% suara.

Yugoslavia yang sosialis pada waktu itu diperintah oleh sebuah parlemen Kepresidenan dengan delapan orang anggota dimana empat di antaranya cenderung mendukung gagasan-gagasan Slobodan Miloševic (seperti misalnya pengumuman undang-undang darurat), sementara empat anggota lainnya cenderung menentang. Karena hal ini, keputusan-keputusan penting pada akhirnya macet sehingga kepala negara pun tidak berfungsi.

Pada Juni 1991, Slovenia dan Kroasia memisahkan diri dari federasi, diikuti oleh Republik Makedonia (September 1991) dan Bosnia-Herzegovina (Maret 1992). Minoritas Serbia yang besar di Kroasia (580.000) dan Bosnia (1,36 juta) menuntut untuk bisa tinggal di Yugoslavia. Orang-orang Serbia di Kroasia mulai mengorganisasi otonomi mereka sendiri sejak pertengahan 1990, dan hal ini mereka didukung oleh pemerintah Yugoslavia. Pada 1992, hal serupa terjadi di Bosnia-Herzegovina, ketika Tentara Rakyat Yugoslavia memindahkan sebagian besar pasukan-pasukannya ke sana. Pada tahun 1995, Miloševic mengikuti perundingan dalam Kesepakatan Dayton atas nama orang-orang Serbia Bosnia dimana perundingan itu diharapkan dapat menghentikan peperangan di Bosnia.

Pada 4 Februari 1997, Miloševic mengakui kemenangan oposisi pada sejumlah pemilu lokal, setelah sebelumnya menolak hasilnya selama 11 minggu. Meskipun secara konstitusional jabatannya sebagai Presiden Serbia dibatasi dua masa jabatan, pada 23 Juli 1997, Miloševic menduduki jabatan presiden Federasi Yugoslavia (saat itu terdiri dari Serbia dan Montenegro).

Di tahun 2000, Miloševic menolak klaim pihak oposisi yang menyatakan bahwa mereka telah memenangi putaran pertama pemilihan umum. Hal ini menyebabkan terjadinya demonstrasi besar-besaran di Beograd pada 5 Oktober dan runtuhnya kewibawaan pemerintah. Pemimpin partai oposisi Vojislav Koštunica akhirnya menjabat sebagai presiden Yugoslavia. Pada 6 Oktober Miloševic secara terbuka mengakui kekalahannya. Kejatuhan Miloševic ini disebut sebagai Revolusi Bulldozer.

Presiden terpilih segera mengeluarkan surat perintah penangkapan Miloševic atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan yang dilakukannya di Kosovo serta kasus korupsi. Miloševic akhirnya menyerah kepada pihak keamanan pada 31 Maret 2001. Pada 28 Juni 2001, Miloševic dipindahkan oleh pemerintah dari Yugoslavian ke tahanan PBB di Bosnia. Kemudian ia dipindahkan ke International Criminal Tribunal for the Former Yugoslavia, yang dinyatakannya ilegal karena dibentuk berlawanan dengan anggaran dasar PBB. Koštunica secara resmi menentang pemindahan ini.

Setelah Miloševic dipindahkan, tuduhan atasnya ditambahkan dengan tuduhan tindakan genosida di Bosnia dan kejahatan perang di Kroasia. Pada 30 Januari 2002, Miloševic menuduh bahwa pengadilan penjahat perang itu melakukan "serangan jahat dan penuh permusuhan" terhadap dirinya. Pengadilan dimulai di Den Haag pada 12 Februari 2002, dengan Miloševic membela dirinya sendiri sementara menolak untuk mengakui keabsahan yurisdiksi pengadilan itu.

Pengadilan ini sendiri masih merupakan masalah kontrovesial dengan menampilkan banyak kesaksian yang bertentangan dan janggal, yang dipandang oleh banyak pihak mendukung teori penyelubungan dan ketidakjujuran.

Selama masa peradilan, Miloševic ditahan di Den Haag, Belanda. Selama dia dikurung dalam penjara, masih banyak pihak yang memeri dukungan terhadap Miloševic. Salah satunya adalah seorang jurnalis dari Universitas Pennsylvania, Francisco Gil-White. Dia mengungkapkan dokumen-dokumen yang dia yakini membuktikan bahwa tuduhan terhadap Miloševic sebagai Presiden Yugoslavia dilebih-lebihkan, atau bahkan direkayasa seluruhnya. Penelitiannya tentang hal ini menjadi kontroversi yang menyebabkan dia dipecat dari Universitas Pennsylvania.

Miloševic ditemukan meninggal dunia di selnya pada 11 Maret 2006 di pusat tahanan pengadilan penjahat perang PBB di Den Haag. Pengacara Miloševic, Zdenko Tomanovic, menyatakan bahwa kematian Miloševic tidak wajar. Dia menuntut agar jenazahnya diotopsi di Rusia bukan di Belanda. Permintaan untuk otopsi di Rusia ditolak oleh ICTY dan jenazahnya dipindahkan ke Institut Forensik Belanda. Permintaan agar otopsi dihadiri oleh seorang ahli patologi dari Beograd dikabulkan.

Riset dan Analisa: Fathimatuz Zahroh

Profil

  • Nama Lengkap

    Slobodan Milosevic

  • Alias

    No Alias

  • Agama

    Kristen

  • Tempat Lahir

    Požarevac, Yugoslavia

  • Tanggal Lahir

    1941-08-20

  • Zodiak

    Leo

  • Warga Negara

    Yugoslavia

  • Ayah

    Svetozar Miloševic

  • Ibu

    Stanislava Miloševic

  • Istri

    Mirjana Markovic

  • Anak

    Marko Miloševic, Marija Miloševic

  • Biografi

    Slobodan Miloševic seorang Serbia Montenegro yang dilahirkan di Požarevac, Yugoslavia tanggal 20 Agustus 1941 pada saat pendudukan Amerika Serikat. Ayahnya, Svetozar Miloševic meninggal dunia dengan melakukan bunuh diri ketika Slobodan masih di sekolah menengah. Sepuluh tahun kemudian, ibu Slobodan Stanislava Miloševic ikut bunuh diri dengan menggantung dirinya. 

    Pada tahun 1959, Miloševic bergabung dengan Partai Komunis. Ketika Miloševic belajar ilmu hukum di Universitas Beograd pada tahun 1963 dia bertemu dengan Ivan Stambolic, seorang pemuda yang sedang naik daun di lingkungan Partai Komunis Yugoslavia. Sejak tahun 1969, Slobodan menjadi wakil CEO Technogas, sebuah perusahaan dimana Stambolic menjabat sebagai CEO. Ketika Stambolic diangkat menjadi pemimpin Partai Komunis Serbia (1973), Miloševic naik menggantikan Stambolic sebagai CEO Tehnogas. Miloševic bekerja untuk Technogas hingga pada tahun 1978 ketika dia menerima tawaran untuk menjadi ketua Beogradska Banka (Bank Beograd). Pada tahun 1983, Miloševic meninggalkan jabatannya di Bank Beograd karena dia ingin terjun sepenuhnya di dunia politik.

    Miloševic terpilih sebagai presiden Komite Kota Beograd dari Liga Komunis pada April 1984, secara terang-terangan, Miloševic menentang nasionalisme dan menghalangi penerbitan buku yang mengandung tulisan Slobodan Jovanovic (seorang sejarahwan Serbia, profesor hukum, dan politikus nasionalis pada awal abad ke-20).

    Miloševic juga membela agar Marxisme tetap dipertahankan sebagai sebuah mata pelajaran sekolah dan secara terbuka mengecam para remaja Beograd karena sedikit yang muncul pada Hari Pemuda Komunis. Miloševic mulai mempropagandakan politik komunisnya hingga akhirnya pada tahun 1987 Miloševic muncul sebagai kekuatan baru yang menonjol dalam politik Serbia.

    Pada bulan September 1987, rekan Miloševic, Stambolic terpilih dilantik sebagai Presiden Serbia. Secara penuh dia mendukung Miloševic untuk menjadi ketua partai yang baru. Hal ini menimbulkan rasa cemas di antara para tokoh senior partai. Setelah selama tiga hari pemilihan, Miloševic berhasil memenangkan pemilihan kerua umum dengan suara yang tipis. Ini adalah pemilihan yang paling ketat dalam sejarah pemilihan internal Partai Komunis Serbia.

    Pada Februari 1988, pengunduran diri Stambolic dinyatakan resmi dan memungkinkan Miloševic untuk mengambil jabatannya sebagai Presiden. Dua belas tahun kemudian, pada musim panas 2000, Stambolic diculik dan pada tahun 2003 mayatnya baru ditemukan. Karena kejadian ini, Miloševic sempat dituduh telah memerintahkan pembunuhan atas Stambolic. Pada 2005, sejumlah anggota polisi rahasia dan gang kriminal Serbia dinyatakan bersalah di Beograd atas sejumlah pembunuhan, termasuk pembunuhan Stambolic.

    Selama menjabat sebagai presiden (tahun 1988 dan 1989), Miloševic lebih banyak memusatkan perhatiannya pada urusan politik di Kosovo. Tanggal 28 Maret 1989, Dewan Nasional Serbia di bawah kepemimpinan Miloševic, mengamandemen Konstitusi Republik Sosialis Serbia dan mengurangi otonomi dua provinsinya.

    Miloševic memimpin transformasi Liga Komunis Serbia menjadi Partai Sosialis Serbia (Juli 1990) dan diterimanya sebuah Konstitusi Serbia yang baru (September 1990) yang memungkinkan diadakannya pemiilihan presiden secara langsung. Miloševic terpilih kembali sebagai presiden dari Republik Serbia dalam pemilu langsung Desember 1990 dan Desember 1992. Dalam pemilihan parlementer secara langsung yang pertama pada Desember 1990, Partai Sosialis Miloševic memenangkan 80,5% suara.

    Yugoslavia yang sosialis pada waktu itu diperintah oleh sebuah parlemen Kepresidenan dengan delapan orang anggota dimana empat di antaranya cenderung mendukung gagasan-gagasan Slobodan Miloševic (seperti misalnya pengumuman undang-undang darurat), sementara empat anggota lainnya cenderung menentang. Karena hal ini, keputusan-keputusan penting pada akhirnya macet sehingga kepala negara pun tidak berfungsi.

    Pada Juni 1991, Slovenia dan Kroasia memisahkan diri dari federasi, diikuti oleh Republik Makedonia (September 1991) dan Bosnia-Herzegovina (Maret 1992). Minoritas Serbia yang besar di Kroasia (580.000) dan Bosnia (1,36 juta) menuntut untuk bisa tinggal di Yugoslavia. Orang-orang Serbia di Kroasia mulai mengorganisasi otonomi mereka sendiri sejak pertengahan 1990, dan hal ini mereka didukung oleh pemerintah Yugoslavia. Pada 1992, hal serupa terjadi di Bosnia-Herzegovina, ketika Tentara Rakyat Yugoslavia memindahkan sebagian besar pasukan-pasukannya ke sana. Pada tahun 1995, Miloševic mengikuti perundingan dalam Kesepakatan Dayton atas nama orang-orang Serbia Bosnia dimana perundingan itu diharapkan dapat menghentikan peperangan di Bosnia.

    Pada 4 Februari 1997, Miloševic mengakui kemenangan oposisi pada sejumlah pemilu lokal, setelah sebelumnya menolak hasilnya selama 11 minggu. Meskipun secara konstitusional jabatannya sebagai Presiden Serbia dibatasi dua masa jabatan, pada 23 Juli 1997, Miloševic menduduki jabatan presiden Federasi Yugoslavia (saat itu terdiri dari Serbia dan Montenegro).

    Di tahun 2000, Miloševic menolak klaim pihak oposisi yang menyatakan bahwa mereka telah memenangi putaran pertama pemilihan umum. Hal ini menyebabkan terjadinya demonstrasi besar-besaran di Beograd pada 5 Oktober dan runtuhnya kewibawaan pemerintah. Pemimpin partai oposisi Vojislav Koštunica akhirnya menjabat sebagai presiden Yugoslavia. Pada 6 Oktober Miloševic secara terbuka mengakui kekalahannya. Kejatuhan Miloševic ini disebut sebagai Revolusi Bulldozer.

    Presiden terpilih segera mengeluarkan surat perintah penangkapan Miloševic atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan yang dilakukannya di Kosovo serta kasus korupsi. Miloševic akhirnya menyerah kepada pihak keamanan pada 31 Maret 2001. Pada 28 Juni 2001, Miloševic dipindahkan oleh pemerintah dari Yugoslavian ke tahanan PBB di Bosnia. Kemudian ia dipindahkan ke International Criminal Tribunal for the Former Yugoslavia, yang dinyatakannya ilegal karena dibentuk berlawanan dengan anggaran dasar PBB. Koštunica secara resmi menentang pemindahan ini.

    Setelah Miloševic dipindahkan, tuduhan atasnya ditambahkan dengan tuduhan tindakan genosida di Bosnia dan kejahatan perang di Kroasia. Pada 30 Januari 2002, Miloševic menuduh bahwa pengadilan penjahat perang itu melakukan "serangan jahat dan penuh permusuhan" terhadap dirinya. Pengadilan dimulai di Den Haag pada 12 Februari 2002, dengan Miloševic membela dirinya sendiri sementara menolak untuk mengakui keabsahan yurisdiksi pengadilan itu.

    Pengadilan ini sendiri masih merupakan masalah kontrovesial dengan menampilkan banyak kesaksian yang bertentangan dan janggal, yang dipandang oleh banyak pihak mendukung teori penyelubungan dan ketidakjujuran.

    Selama masa peradilan, Miloševic ditahan di Den Haag, Belanda. Selama dia dikurung dalam penjara, masih banyak pihak yang memeri dukungan terhadap Miloševic. Salah satunya adalah seorang jurnalis dari Universitas Pennsylvania, Francisco Gil-White. Dia mengungkapkan dokumen-dokumen yang dia yakini membuktikan bahwa tuduhan terhadap Miloševic sebagai Presiden Yugoslavia dilebih-lebihkan, atau bahkan direkayasa seluruhnya. Penelitiannya tentang hal ini menjadi kontroversi yang menyebabkan dia dipecat dari Universitas Pennsylvania.

    Miloševic ditemukan meninggal dunia di selnya pada 11 Maret 2006 di pusat tahanan pengadilan penjahat perang PBB di Den Haag. Pengacara Miloševic, Zdenko Tomanovic, menyatakan bahwa kematian Miloševic tidak wajar. Dia menuntut agar jenazahnya diotopsi di Rusia bukan di Belanda. Permintaan untuk otopsi di Rusia ditolak oleh ICTY dan jenazahnya dipindahkan ke Institut Forensik Belanda. Permintaan agar otopsi dihadiri oleh seorang ahli patologi dari Beograd dikabulkan.

    Riset dan Analisa: Fathimatuz Zahroh

  • Pendidikan

  • Karir

  • Penghargaan

Geser ke atas Berita Selanjutnya