Penderita PPOK Tetap Perlu Berolahraga demi Kebugaran dan Kesehatan
Merdeka.com - Olahraga merupakan salah satu hal yang esensial dalam menjaga kebugaran. Hal ini juga penting dilakukan bahkan pada mereka yang memiliki penyakit tertentu.
Orang yang terkena penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) tak berarti harus melewatkan melakukan aktivitas fisik, menurut dokter spesialis paru dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Cabang Jakarta, Budhi Antariksa.
"Pasien dengan PPOK begitu beraktivitas yang dia takutkan sesak kumat. Mereka tidak mau melakukan aktivitas, cenderung duduk, diam. Akibatnya, otot-otot dalam tubuh akan terjadi pengecilan karena tidak dipakai sama sekali," terangnya dilansir dari Antara beberapa waktu lalu.
Di sisi lain, pasien yang malas beraktivitas fisik juga berisiko memiliki otot-otot dada lebih lemah dibandingkan mereka yang rajin melakukan latihan semisal latihan pernapasan.
"Juga mengakibatkan otot-otot dada tidak sekuat seperti kalau dia berlatih latihan napas, otot-ototnya bisa lebih kuat dan besar (kalau tetap latihan)," tutur Budhi.
Melakukan aktivitas fisik memang tidak akan memperbaiki kerusakan paru yang terjadi, tetapi bisa membantu meningkatkan kekuatan fisik dan kekuatan otot pernapasan pasien. Selain itu, kegiatan ini membantu mental pasien.
Perlu Berkonsultasi dengan Dokter
Seperti dilansir laman Healtline, sebelum pasien melakukan aktivitas fisik tertentu tak ada salahnya berkonsultasi dulu dengan dokter untuk mengetahui seberapa berat penyakitnya. Sebelum memulai program olahraga, ada gunanya mempraktikkan senam pernapasan, lalu barulah memilih beberapa jenis olahraga atau aktivitas yang benar-benar pasien sukai.
Pilihan terbaiknya, latihan aerobik atau kardiovaskular serta latihan ketahanan tubuh bagian atas atau beban untuk membantu memperkuat jantung, paru-paru, dan otot pernapasan di sekitarnya misalnya berjalan, jogging, bermain lompat tali, bersepeda dan berenang.
"Olahraga yang meningkatkan otot-otot napas, otot dada dan biasanya berenang yang paling bagus. Kalau tidak, bisa melakukan olahraga yang sifatnya menggerakkan otot dada seperti menarik napas panjang lalu mengeluarkannya. Ada senam asma yang fokusnya otot-otot pernapasannya," tutur Budhi.
Ingatlah, selalu lakukan pemanasan dan peregangan sebelum berolahraga dan lakukan pendinginan setelahnya untuk mengurangi stres pada jantung, otot dan persendian serta menghindari cedera. Mulailah perlahan dan secara bertahap meningkatkan intensitas dan durasi latihan hingga 30 menit dan dilakukan empat kali seminggu.
(mdk/RWP)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Olahraga dengan perut kosong dianggap dapat membantu pembakaran lemak lebih banyak. Padahal, kondisi ini bisa menimbulkan dampak negatif bagi tubuh.
Baca SelengkapnyaSejumlah aktivitas sehat yang kita lakukan di akhir pekan bisa berdampak sehat bagi tubuh.
Baca SelengkapnyaBeberapa tindakan yang bisa dilakukan sebagai pertolongan pertama kram perut.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
RSKD Dadi Makassar merupakan rumah sakit khusus untuk penanganan pasien dengan gangguan kejiwaan.
Baca SelengkapnyaRasa tidak nyaman di perut ini bisa disebabkan karena berbagai macam hal, mulai dari kondisi medis hingga pola makan.
Baca SelengkapnyaMenurunkan berat badan bisa dilakukan oleh seseorang melalui penerapan pola makan dan aktivitas.
Baca SelengkapnyaIni 3 Waktu Paling Terbaik untuk Berolahraga saat Puasa Berikut Keuntungannya
Baca SelengkapnyaIni merupakan jejak kaki manusia tertua dan paling awet yang pernah ditemukan.
Baca SelengkapnyaSelama bekerja, mereka didampingi 1.000 anggota medis Polri Biddokkes Polda Jatim.
Baca Selengkapnya