Ngaku Deh, Hal Ini Pasti Kamu Rasakan Saat Melihat Orang Batuk

Merdeka.com - Sering merasa risih dan terganggu saat mendengar ada orang yang batuk-batuk di dekatmu? Sebenarnya batuk merupakan mekanisme alami untuk mempertahankan saluran nafas dari gangguan dari luar, seperti lendir, debu, hingga asap. Normal sih, tapi ngaku deh, kalau melihat ada orang batuk kamu seringkali memikirkan hal-hal berikut ini.

Maklum, Alerginya Lagi Kambuh

Selain flu, batuk juga sering dialami oleh penderita alergi. Biasanya hal ini terjadi saat terkena paparan debu, asap, senyawa kimia, hingga serbuk sari yang dikenal dengan rinitis alergi. Jika orang terus-menerus batuk, tanpa dibarengi demam maupun gejala flu lainnya, bisa jadi ia menderita karena bahan alergen yang ada di sekitarnya.

Wajar, lagi Musim Flu

(c) pexels

Seringkali perubahan musim atau dikenal dengan pancaroba membuat kekebalan tubuh menurun dan memicu flu. Biasanya, penyakit ini ditandai dengan pilek, demam, dan batuk kering maupun berdahak.

Kedua jenis batuk ini sama-sama mengganggu, misalnya batuk kering yang merasakan gatal di tenggorokan, maupun batuk berdahak yang terkadang membandel hingga 3 minggu lamanya.

Kasihan, Asmanya sedang Kumat

Orang yang menderita asma juga terlihat mengalami batuk kering yang terus-menerus. Tapi biasanya, batuk ini akan memburuk pada malam hari, saat melakukan olahraga, berada di tempat berhawa dingin, atau ketika berada di sekitar pemicu alergi, seperti bulu binatang hingga serbuk sari bunga.

Untuk memastikannya, dokter akan memberikan tes pernafasan untuk mendiagnosa asma. Biasanya, untuk meringankan gejalanya, akan diberikan inhaler, antihistamin, atau suntikan alergi dan melihat apakah batuk berangsur reda.

Duh, Gejala Tuberkulosis Bukan, sih?

(c) pexels

Batuk yang berkepanjangan seringkali dikaitkan dengan penyakit TBC atau kini dikenal dengan tuberkulosis (TBC). Waspadai jika diri sendiri atau orang lain mengalami batuk selama lebih dari dua minggu dan bisa dibarengi keluhan lainnya. Mulai dari nyeri dada, sesak nafas, keluarnya darah, berkeringat di malam hari, demam, hingga berat badan yang turun secara drastis.

Gejalanya juga serupa dengan TBC-RO. Sebab, seperti juga pada diagnosis TBC maka diagnosis TBC-RO juga diawali dengan penemuan pasien terduga TBC-RO. Gejala umumnya terjadi jika pasien TBC gagal pengobatan kategori 2 setelah konversi 3 bulan, dan pengobatan kategori 1 setelah konversi 2 bulan. Gejala TBC pada anak biasanya ditandai dengan batuk dan demam lebih dari 2 minggu. Berat badan turun atau tidak naik dalam 2 bulan sebelumnya, mengalami lesu lebih dari 2 minggu.

Jika dibiarkan tanpa penanganan yang tepat, penyakit yang dipicu oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis ini dapat memicu komplikasi di organ tubuh lainnya. Sayangnya, pengetahuan yang terbatas seringkali membuat orang-orang kurang waspada pada penyebarannya. Lewat dahak dan ludah yang keluar saat batuk atau bersin, kuman TBC dapat tersebar di udara dan bertahan 1-2 jam, bahkan berhari-hari di ruang lembap atau gelap sebelum terhirup oleh orang lain.

Batuk memang nggak selamanya menjadi tanda penyakit serius. Tapi ada baiknya membentengi kesehatan diri, seperti mengonsumsi makanan yang bergizi, serta menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat. Selain itu, ada baiknya untuk mengupayakan pasien TBC agar selalu menggunakan masker. Dengan begitu, sakit TBC yang dialaminya tak sampai tertular ke orang lain.

Khusus untuk menekan penularan TBC, Menteri Kesehatan RI, Prof. Dr. Dr. Nila Farid Moeloek, Sp.M(K) mencanangkan aksi TOSS TB (Temukan Obati Sampai Sembuh TB). Program ini mendorong masyarakat untuk aktif memeriksakan diri saat menemukan gejala khas TBC dan mendapatkan pengobatan, sehingga dapat mewujudkan Indonesia Bebas TBC 2050.

Source:http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No._67_ttg_Penanggulangan_Tuberkolosis_.pdf