Menurut Psikiater, Ini Cara untuk Mencegah Terjadinya Pandemic Fatigue
Merdeka.com - Salah satu masalah mental yang bisa berdampak pada kendurnya penerapan protokol kesehatan (prokes) pencegahan COVID-19 adalah pandemic fatigue. Masalah ini merupakan kelelahan mental yang terjadi di masa pandemi ini.
Padahal, penerapan prokes seperti memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, dan menghindari kerumunan menjadi strategi termudah yang bisa dilakukan masyarakat demi mencegah penyebaran virus corona.
Natalia Widiasih Raharjanti, Kepala Divisi Psikiatri Forensik/Ketua Prodi Spesialis Kedokteran Jiwa, FKUI–RSCM mengatakan bahwa sesungguhnya semua pihak masih belajar untuk mengatasi situasi pandemi COVID-19 dengan baik.
"Bagaimana agar kita bisa memulainya, tentu kita harus berpikir bahwa setiap langkah yang kita lakukan ada manfaatnya," kata Natalia dalam sebuah dialog dari Graha BNPB beberapa waktu lalu.
Natalia pun mengatakan bahwa semua anggota masyarakat dan individu punya bagian dalam tindakan prevensi yaitu dengan menjaga pola hidup sehat.
Untuk mempertahankan emosi agar tetap stabil di kondisi yang melelahkan ini, Natalia mengatakan bahwa yang pertama bisa dilakukan adalah dengan menjaga kesehatan fisik seperti menjaga pola tidur, pola makan, dan olahraga.
Lakukan Relaksasi
Dalam hal ini, seseorang juga perlu untuk mengenali tanda-tanda apakah dirinya mengalami kelelahan atau tidak.
"Apakah tanda dan gejalanya di emosi kita, apakah kita jadi lebih mudah sensitif atau jadi mudah marah," kata Natalia.
"Atau kognitif kita yang kacau, kita melihat tidak ada jalan keluar, semua harus diselesaikan secara cepat, atau di perilaku kita, jadi apatis, tidak peduli, kita harus kenali dulu," sambungnya.
Apabila terdapat tanda-tanda tersebut, mulailah beristirahat dan tidak melakukan apa-apa terlebih dulu. Natalia menyarankan cara terbaik adalah dengan tidur.
Namun seringkali, dalam kondisi lelah, tubuh tengah berada dalam kondisi fight or flight sehingga menyebabkan menjadi tegang dan sulit untuk tidur. Di sini, Natalia mengatakan bahwa penting bagi seseorang untuk belajar melakukan relaksasi.
"Tipe relaksasi setiap orang berbeda-beda, ada yang dengan yoga, punya waktu sendiri, tetapi ada juga yang harus menyalurkan energinya, atau nonton film horor. Jadi temukan cara yang membuat kita rileks," katanya.
Kenali Sumber Kecemasan
Setelah rileks, mulailah mengenali apa yang membuat kita menjadi cemas.
"Begitu kita tahu sumber kecemasannya, apakah ketakutan kita pada kondisi yang bisa kita kontrol atau ini memang ketakutan dari individu kita," terang Natalia.
Natalia pun merekomendasikan seseorang untuk mengurangi membaca atau melihat berita-berita yang menambah kecemasan. Selain itu, ia meminta agar seseorang jangan pernah diam saja dan selalu aktif agar dapat melatih pikiran positif.
"Kemudian saat kita berkonflik dengan orang di rumah, atau melihat lingkungan yang salah, kita juga harus belajar mengenali apa yang membuat situasi ini berbeda," jelas Natalia.
"Jangan-jangan dengan kita mempelajari kebutuhannya, atau ada proses pikir yang salah, kita jadi lebih bisa mengkomunikasikan dengan cara yang benar," tandasnya.
Reporter: Giovani Dio PrasastiSumber: Liputan6.com
(mdk/RWP)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Selesma adalah infeksi virus yang menyerang saluran pernapasan bagian atas, seperti hidung dan tenggorokan.
Baca SelengkapnyaKombes Pol Yade Setiawan Sukses raih Doktor dan Pertahankan Disertasi Penanganan Covid 19.
Baca SelengkapnyaTerkait mobilisasi orang yang banyak berpotensi terjadi pada liburan Natal dan Tahun Baru, pemerintah belum mengeluarkan kebijakan pembatasan perjalanan.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Tahanan digunduli guna pemeriksaan identitas, badan atau kondisi fisik dan menjaga atau memelihara kesehatan serta mengidentifikasi penyakit.
Baca SelengkapnyaTelinga tersumbat dapat menyebabkan rasa pusing dan sakit kepala yang mengganggu aktivitas sehari-hari.
Baca SelengkapnyaFlu Singapura, yang juga dikenal sebagai penyakit tangan, kaki, dan mulut (HFMD), adalah penyakit infeksi virus yang umumnya menyerang anak-anak.
Baca SelengkapnyaViral satu keluarga pemudik diduga alami keracunan AC mobil hingga sebabkan kematian.
Baca SelengkapnyaInformasi Jokowi terima dari Menkes, kasus Covid-19 masih dalam kondisi yang baik meski memang ada kenaikan.
Baca SelengkapnyaSeorang pria 72 tahun di Belanda terinfeksi Covid-19 selama 613 hari dan berakhir meninggal. Yuk, simak fakta lengkapnya!
Baca Selengkapnya