Anoreksia dan bulimia bisa diobati dengan antibiotik?
Merdeka.com - Selama ini obat antibiotik dikenal sebagai salah satu obat yang digunakan membunuh bakteri penyebab penyakit. Namun peneliti mengungkap bahwa nantinya antibiotik tak hanya bisa digunakan untuk mengobati penyakit yang disebabkan bakteri, melainkan juga mengatasi kelainan makan seperti anoreksia dan bulimia.
Para ahli telah menemukan bakteri dalam usus yang mengganggu tubuh dalam mengatur nafsu makan. Meski kelainan makan seperti anoreksia dan bulimia biasanya dipicu oleh faktor genetik dan psikologis namun peneliti percaya bahwa mengatasi faktor fisik yang menyebabkan kelainan makan tersebut juga bisa membantu mencegah dan mengobatinya.
Hingga saat ini penelitian selalu berfokus pada aspek psikis dari kelainan makan. Namun peneliti dari Prancis mengungkap bahwa masalah pencernaan juga bisa memicu kelainan makan seperti anoreksia dan bulimia. Peneliti dari University of Rouen dan Inserm menemukan bahwa beberapa jenis bakteri tertentu pada sistem pencernaan mengganggu kemampuan tubuh untuk mengelola nafsu makan.
Peneliti telah berhasil mendemonstrasikan teori mereka pada tikus dan mengklaim bahwa hal serupa bisa terjadi pada manusia. Jika tes lanjutan yang akan mereka lakukan pada manusia terbukti benar, maka kemungkinan peneliti bisa menggunakan antibiotik untuk menghilangkan bakteri yang mengganggu nafsu makan pasien.
"Secara teori, kami bisa menggunakan perawatan antibiotik untuk mengatasi masalah ini. Kami bisa mengetahui bakteri apa yang mempengaruhi tiap pasien dan bisa memilih jenis antibiotik apa yang sesuai. Ini membuka pemahaman baru terhadap penyakit ini. Kita tak hanya fokus pada apa yang terjadi di otak dan secara psikis, tetapi juga yang terjadi dalam usus mereka," ungkap Professor Serguei Fetissov, seperti dilansir oleh Daily Mail (07/10).
Fetissov dan timnya menemukan bahwa beberapa jenis bakteri menghasilkan protein bernama ClpB. Ketika sistem kekebalan tubuh mengetahui protein ini, tubuh akan memproduksi antibodi untuk menghancurkannya. Namun masalahnya protein ClpB memiliki bentuk yang hampir sama dengan hormon yang mengatur nafsu makan bernama melanotropin. Ini yang membuat nafsu makan seseorang terganggu.
Pada orang yang terkena anoreksia mereka akan merasa cepat kenyang sebelum waktunya. Sementara pada orang yang terkena bulimia, tubuh tak bisa merasa kenyang dan membuat pasien terlalu banyak makan. Meski begitu, hingga saat ini peneliti masih melakukan penelitian lanjutan untuk memahami kaitan antara psikologis dan fisik pada kasus kelainan makan seperti anoreksia dan bulimia.
(mdk/kun)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Konsumsi makanan yang jatuh ke lantai bisa memunculkan sejumlah bakteri ke mananan.
Baca SelengkapnyaMulai dari toxoplasmosis, bartonellosis, salmonellosis, sampai demam Q.
Baca SelengkapnyaKondisi psikologis yang ditandai dengan delusi seseorang yang meyakini bahwa orang lain mencintainya secara diam-diam.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Sejumlah kebiasaan buruk pada anak perlu diketahui dan diatasi oleh orangtua.
Baca SelengkapnyaMengantuk setelah makan adalah kondisi yang umum dialami oleh banyak orang dan biasanya terjadi karena beberapa alasan yang berbeda.
Baca SelengkapnyaPenyakit menular disebabkan oleh mikroorganisme seperti virus, bakteri, jamur, atau parasit yang dapat menyebar dari satu orang ke lainnya, termasuk anak-anak.
Baca SelengkapnyaRasa "berat" karena kurang tidur bisa membuat kita lebih mudah lelah. Akumulasi stres fisik & emosional dari kelelahan itu kemudian bisa membuat susah tidur.
Baca SelengkapnyaSebelum disimpan, telur perlu untuk dicuci dulu secarea menyeluruh untuk mencegah munculnya masalah.
Baca SelengkapnyaJika dibiarkan, emotional eating bisa menyebabkan obesitas dan gangguan kesehatan mental dalam jangka panjang.
Baca Selengkapnya