"Bukan hanya siswa-siswa tapi juga keluarga dan kakek nenek karena jumlah sangat besar 8 juta yang tadinya dites UN, tidak ada yang lebih penting dari pada keamanan dan kesehatan siswa dan keluarga sehingga UN dibatalkan untuk 2020," lanjutnya.
Langkah ini menyikapi kebijakan Gubernur Anies yang mengeluarkan Seruan Gubernur Nomor 6 Tahun 2020 tentang 'Sosial Distancing dalam Rangka Pencegahan Penularan COVID19 di Provinsi DKI Jakarta'.
Dewinta menambahkan, terkait pembelian tiket menggunakan aplikasi, tidak dilakukan penjualan tiket bioskop yang sedang dinonaktifkan sementara melalui mobile application (M-Tix).
Saat itu, Luthfi menambahkan, pasien itu dirujuk ke IGD dengan diantar oleh Dokter SpPD untuk dibantu rujukan. Kala itu pasien tersebut diberikan arahan untuk dirujuk ke RSPI Sulianti Saroso.
Dia mengatakan, nantinya di setiap gudang logistik akan dipakai menyimpan dua boks masker dan 2.000 unit alat semprot disinfektan. Selain itu akan disediakan 300 kendaraan operasional dan 1.000 relawan terlatih.
Yaya menilai bahwa sekarang ini bisa dikatakan Indonesia sudah memasuki krisis kesehatan dilihat dari rate kematian dari kasus Corona tertinggi di Asia, yaitu mencapai 8,67 persen. Untuk itu, Yaya berharap pemerintah bisa dengan cepat mengambil tindakan untuk melakukan test secara masif.
Data ini berdasarkan pantauan merdeka.com di website resmi milik Pemprov DKI Jakarta corona.jakarta.co.id yang memantau hari demi hari pergerakan virus Covid-19.
Dinas Kehutanan DKI Jakarta memasang spanduk penutupan di seluruh tempat pemakaman umum (TPU) di Jakarta. Penutupan yang dimaksudkan adalah bagi masyarakat yang ingin melakukan ziarah kubur.
Tuty mengatakan selama penutupan RPTRA akan disemprotkan dengan disinfektan di semua RPTRA hal ini agar mencegah adanya penularan virus corona. Untuk diketahui bahwa jumlah RPTRA di DKI Jakarta sebanyak 312.
Selain itu, pada hari ini Rabu (18/3) terlihat antrean penumpang Transjakarta terlihat kondusif, tidak ada lagi penumpukan penumpang yang terjadi di halte seperti pada hari Senin (16/3) lalu.
"Dari kantor memang tidak ada kerja dari rumah jadi ya harus tetap berangkat kerja. Sehari-hari kerja naik Busway, agak takut dan khawatir sih sebenarnya karena harus berdempet-dempetan sama banyak orang," ucap Tia kepada Merdeka.com, Selasa (17/3).