Wacana Aklamasi di Munas Golkar Dinilai Jalan Pintas Airlangga Potong Suara DPD II

Merdeka.com - Wacana pemilihan Ketua Umum Golkar secara aklamasi mencuat jelang Musyawarah Nasional (Munas) Desember mendatang. Kubu Airlangga Hartarto disebut tengah menyiapkan skenario aklamasi dalam pemilihan Caketum Golkar.
Direktur Job Politicoon Indonesia Asep Gunawan menilai rencana untuk mengupayakan aklamasi menunjukkan Airlangga tidak mau melakukan konsolidasi ke pengurus di bawah. Sehingga, menurutnya, aklamasi menjadi jalan pintas untuk menjadi Ketua Umum Golkar lagi dengan menguasai suara DPD I.
"Aklamasi terlihat sebagai 'shortcut' atau jalan pintas Airlangga yang tidak mau menjangkau DPD II, namun ingin menjadi ketua umum lagi dengan hanya menguasai mayoritas DPD I," kata Asep melalui keterangannya, Jumat (15/11).
Aklamasi Bisa Picu Dualisme
Dia menilai, jika kubu Airlangga memaksakan aklamasi di Munas justru akan menimbulkan perpecahan di tubuh partai beringin.
"Jika Airlangga enggan mendengarkan aspirasi 514 DPD II namun memaksakan aklamasi, hal ini justru bisa membawa masalah yang bisa berujung terbelahnya kembali Partai Golkar," jelasnya.
Aklamasi, kata Asep, memang tidak salah. Namun, dia beranggapan, Airlangga akan dicap antidemokrasi bila opsi itu dipaksakan.
"DPD Golkar, baik di tingkat I maupun II hendaknya tidak gampangan untuk dilobi untuk memaksakan aklamasi. Sementara kondisi sebenarnya aspirasi kader-kader di daerah sangat beragam. Aklamasi tidaklah salah, jika tidak dipaksakan. Namun, kalau dipaksakan itu namanya antidemokrasi," ujar Asep.
Makin Banyak Calon Makin Bagus
Selain itu, Asep menyebut semakin banyak calon yang maju menjadi Golkar-1 sebenarnya baik bagi pengurus DPD baik tingkat I atau II. Sebab, para kandidat ketum akan menyerap aspirasi kader-kader di bawah.
"Sebaliknya, semakin dikit calon, apalagi calon tunggal dengan aklamasi, tentu calon tersebut semakin merasa tidak perlu memerhatikan kader-kader di akar rumput, karena merasa sudah akan menang dengan gampang," tandas dia.
Kubu Airlangga Ingin Musyawarah
Loyalis Airlangga Meutya Hafid mengatakan, Airlangga siap bertarung dengan Bambang Soesatyo melalui mekanisme voting dalam Musyawarah Nasional Golkar.
"Saya rasa Airlangga siap dengan apapun, setiap calon harus siap dengan model apapun," ujar Meutya di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (13/11).
Kendati, Meutya menyoroti pengalaman ketatnya kontestasi saat Munas yang berujung perpecahan. Karenanya, kubu Airlangga mendorong musyawarah mufakat.
"Hanya karena hampir semua Munas kita kontestasi ketat dan berujung ekses perpecahan sesudahnya untuk sekarang ini kita ingin mencoba adanya musyawarah mufakat," ujar Ketua Komisi I DPR itu.
Aklamasi Pernah Terjadi di Era Ical
Sementara, Airlangga ingin Munas Golkar berjalan demokratis. Dia pun tak masalah jika di Munas nanti ketua umum dipilih secara aklamasi. Airlangga menyebut, aklamasi pernah terjadi saat pemilihan caketum Golkar Aburizal Bakrie. Kemudian saat musyawarah nasional luar biasa (Munaslub) pada 2017 silam.
"Aklamasi bukan pertama kali, pertama kali waktu Pak Ical (Aburizal Bakrie), kedua pada saat Munaslub kemarin. Golkar sudah melaksanakan itu," ucap dia di sela Rapimnas Golkar, Hotel Ritz Carlton, Mega Kuningan, Jakarta, Kamis (14/11).
Menurut Menko Perekonomian itu, pemilihan secara aklamasi tidak menyimpang dari demokrasi. "Aklamasi itu bagian dari demokrasi juga," kata Airlangga.
Airlangga mengembalikan kepada peserta Munas soal dukungan caketum. Munas Golkar akan dilaksanakan pada tanggal 4 sampai 6 Desember. "Ya itu dipulangkan kepada seluruh pemegang suara," ujarnya.
(mdk/ray)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Kedai Kopi di Jakarta Ini Disebut Tertua di Indonesia, Berdiri Tahun 1878
Ini jadi kedai kopi pertama di Jakarta sejak 1878, bertahan selama 145 tahun.
Baca Selengkapnya

Respons Ketua Golkar Sulsel Soal Andi Muh Ishak, Ipar SYL Dukung AMIN
Sebelumnya Wakil Ketua Golkar Gowa, Andi Muh Ishak menegaskan dukungan kepada Anies-Cak Imin bukan paksaan, tetapi dari hati nurani
Baca Selengkapnya

Tak Ada Tempat Bermain, Ini Potret Miris Anak-Anak Jakarta Renang di Lautan Sampah
Tak hanya mengancam kesehatan, berenang di lautan sampah bahkan bisa merenggut nyawa anak-anak.
Baca Selengkapnya

FOTO: Keseruan NCT 127 Sapa Penggemar di Jakarta dalam 'Fact Check' Face To Face Album Sign Event
Dalam acara tersebut setiap member NCT 127 menandatangani album mereka untuk 35 NCTzen.
Baca Selengkapnya

Ketua Dewan Pengarah TKN Prabowo-Gibran Belanja 12 Mobil Listrik Omoda E5 Made in Bekasi
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto memesan 12 unit Omoda E5, yang sudah dirakit di pabrik Pondok Ungu, Bekasi.
Baca Selengkapnya

Begini Nasib Ekonomi Jakarta Jika Tak Lagi Jadi Ibu Kota Negara
DKI Jakarta ke depannya harus bisa menjadi Global City yang sukses seperti Dubai.
Baca Selengkapnya

Proyek Polder Tanjung Barat Bikin Macet, Dishub DKI Imbau Warga Cari Jalan Alternatif
pembangunan polder jadi sumber masalah atas kemacetan di Jalan TB Simatupang-Tanjung Barat.
Baca Selengkapnya

NasDem Soal RUU DKJ Gubernur Jakarta Ditunjuk Presiden: Obrak-abrik dan Nodai Konstitusi, Tanda Otoritarianisme
NasDem mewanti-wanti perlahan demokrasi tergerus oleh kesesatan pikir dalam mengelola negara.
Baca Selengkapnya

NasDem dan Demokrat Tolak Gubernur Jakarta Ditunjuk Langsung Presiden
Partai NasDem tetap mendorong adanya pemilihan umum kepala daerah di Jakarta.
Baca Selengkapnya

Ketua Bamus Betawi 1982: Kita yang Usulkan Gubernur dan Wakil Gubernur Ditunjuk Presiden
"Kita mengusulkan agar gubernur dan wakil gubernur ditunjuk oleh presiden," kata Oding
Baca Selengkapnya

Aturan Gubernur Jakarta Ditunjuk Presiden, Pimpinan Komisi II DPR Anggap Hak Demokrasi Warga Jakarta Dikebiri
Usulan gubernur dan wakil gubernur Jakarta ditunjuk oleh Presiden usai tak menjadi ibu kota diatur dalam Rancangan Undang-undang Daerah Kekhususan Jakarta.
Baca Selengkapnya

DPRD DKI Tolak Wacana Gubernur Jakarta Dipilih Langsung Presiden: Karena Merenggut Hak Rakyat Memilih
Fraksi DPRD DKI Jakarta menolak wacana kebijakan gubernur dipilih langsung presiden usai Ibu Kota berpindah ke IKN, Kalimantan Timur
Baca Selengkapnya