Merdeka.com - Partai Solidaritas Indonesia (PSI) menyerahkan 'Gabut Award' kepada DPR atas pencapaiannya sebagai DPR berkinerja terburuk sejak era reformasi. Aksi tersebut dinilai sebagai bentuk ekspresi dan aspirasi warga negara.

Pengamat dan analis politik Indonesian Public Institute (IPI) Jerry Massie menilai, cara PSI tersebut dilakukan supaya DPR lebih baik memperbaiki kinerja legislatif.

"Mereka (DPR) juga harus introspeksi diri bikin lebih baik lagi. Karena mereka di gaji rakyat. Malu kalau makan gaji tapi kerja tak optimal," kata Jerry kepada wartawan, Rabu (3/4).

Di sisi lain, Jerry menyarankan PSI juga mengkritik lembaga lain dan fokus mempertajam visi-misi partai. Sebab, kerap kali Ketum Grace Natalie lebih condong membuat sensasi.

"Gaji buta bagus; tapi yang lebih pantas menyoroti lembaga yang lain.Belum lagi beberapa kali Grace bikin sensasi. Ini gaya politik teenager atau (remaja) bukan mature (dewasa). Lebih pertajam visi dan misi partai tak usah mau menciptakan public opinion," tuturnya.

Dia tak memungkiri bila PSI kerap membuat keonaran dengan pernyataan sensasionalnya. Dia pun ingin PSI lebih optimal membawa isu milenial bila ingin lolos ambang batas parlemen (parlementary threshold) 4 persen.

"Mereka kalau mau lolos PT (parlementary threshold) 4 persen maka optimalkan saja isu yang up to date bagi pemula atau milenial. Dengan komposisi pengurus yang relatif muda maka bisa menarik simpati dengan ide cemerlang jangan bikin hal-hal yang runyam," imbuhnya.

Lebih lanjut, dia menyarankan PSI lebih hati hati membawa isu isu tertentu. Dia memandang, jika isu yang dibuat PSI salah kaprah bisa membuat elektabilitas menurun.

"Lebih baik fight lolos ke parlemen ketimbang menciptakan bahasa meme atau narasi kebablasan. PSI kan new party atau partai baru yang belum teruji dan masih mencari jati diri jangan terlalu banyak cari sensasi. Ini tidak salah menuding, tapi lihat politik situasional," tandasnya.