Dalam politik, integritas, loyalitas dan komitmen adalah modal utama. Itulah sebabnya ketika tiba-tiba seorang politisi kehilangan jati diri dan kecerdasannya hanya karena diiming-imingi atau terancam kedudukan serta jabatannya, lalu berubah sikap 180 derajad. Maka politisi itu layak disebut lonte politik atau politisi KKO (kanan kiri oke)
- Bambang Soesatyo
Merdeka.com - Perseteruan di tubuh Partai Golkar antara kubu Aburizal Bakrie (Ical) dan Agung Laksono tak kunjung usai. Padahal, Kemenkum HAM menyatakan kalau kubu Agung Laksono sebagai pengurus Golkar yang sah.
Namun, nyatanya kubu Ical masih tidak bisa menerima. Mereka bahkan melaporkan Menkum HAM Yasonna Laoly ke Bareskrim Mabes Polri.
Tetapi, tampaknya ada pula beberapa loyalis Ical yang ternyata pindah haluan. Mereka ramai-ramai gabung ke kubu Agung Laksono.
Bendahara Umum Partai Golkar kubu Ical, Bambang Soesatyo (Bamsoet) menilai kader partai beringin yang menyeberang ke kubu Agung Laksono adalah pengkhianat. Mereka adalah politisi yang tidak mempunyai komitmen dalam perjuangan.
"Dalam politik, integritas, loyalitas dan komitmen adalah modal utama. Itulah sebabnya ketika tiba-tiba seorang politisi kehilangan jati diri dan kecerdasannya hanya karena diiming-imingi atau terancam kedudukan serta jabatannya, lalu berubah sikap 180 derajad. Maka politisi itu layak disebut lonte politik atau politisi KKO (kanan kiri oke)," kata Bambang Soesatyo lewat pesan singkatnya kepada wartawan, Minggu (15/3). [eko] SELANJUTNYA
Ingatlah untuk menjaga komentar tetap hormat dan mengikuti pedoman komunitas kami