PDIP: Untuk Pemilih Generasi Tua, Baliho Masih Efektif
Merdeka.com - Politisi PDIP Andreas Hugo Pareira menilai, kampanye lewat baliho masih efektif digunakan jika dipasang di kampung-kampung. Menurutnya, kampanye lewat baliho mempunyai segmen tertentu.
Andreas menanggapi pernyataan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil yang menilai kampanye lewat baliho sudah ketinggalan zaman. Sebab, masyarakat sekarang lebih melek teknologi dan mengonsumsi segala macam informasi lewat internet termasuk sosial media.
"Kalau di kota pasti tidak efektif, juga mencari ruang untuk pasang baliho pun sulit. Tapi kalau di kampung-kampung dan terutama untuk target pemilih usia di atas generasi tua, baliho masih efektif," katanya lewat pesan tertulis, Selasa (19/10).
Andeas mengatakan, pemilih untuk pemilu maupun pilpres bukan hanya didominasi kaum minelial. Tetapi, penggunaan media sosial juga perlu dimanfaatkan.
"Kan pemilih bukan hanya milenial, juga di kampung-kampung saya melihat baliho tetap efektif, di samping tentu kampanye digital online dan lain-lain," ucapnya.
Yang terpenting, kata dia, semua media kampanye semaksimal mungkin digunakan untuk pengenalan figur politik. Tujuannya agar bisa meraih pemilih sebanyak-banyaknya.
"Yang namanya untuk pengenalan figur dan kampanye tentu semua alat sebisa mungkin digunakan, sehingga bisa meraih sebanyak mungkin segmen pemilih," pungkas anggota DPR RI ini.
Gubernur Jawa Barat (Jabar) M Ridwan Kamil atau Kang Emil menilai kampanye lewat baliho sudah ketinggalan zaman. Saat ini, masyarakat lebih melek teknologi dan mengonsumsi segala macam informasi lewat internet termasuk sosial media.
Hal itu dikemukakan Kang Emil menjadi narasumber Musyawarah Nasional Alim Ulama PPP di Pondok Pesantren Fadhlul Fadhlan, Semarang.
"Jadi generasi Z ini tidak mengonsumsi PPP lewat baliho, tapi lewat handphone. Jadi kalau kader PPP masih 'maen' baliho itu ketinggalan zaman dan baliho itu mahal. Kalau ingin PPP bangkit investasikan ke cara generasi baru. Ubah cara dakwah politiknya, jauhi cara konvensional," kata dia dilansir Antara, Senin (18/10).
Kang Emil, begitu dia disapa, menyarankan agar para kader Partai Persatuan Pembangunan (PPP) harus inovatif dalam berkampanye seperti berkampanye sesuai dengan kondisi zaman saat ini.
"Cara menarik simpati masyarakat tak bisa lagi pakai cara konvensional. Saya itu mengamati dari dulu tahun 1955 sampai pemilu kemarin. Kenapa persentase partai Islam tak signifikan padahal umat Islam 90 persen tapi ketika nyoblos enggak ke partai muslim," kata Kang Emil.
(mdk/bal)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
AHY menegaskan ingin fokus memenangkan Partai Demokrat dan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka di Pemilu 2024.
Baca SelengkapnyaAra menegaskan, pilihan yang sudah ditentukan olehnya dalam mendukung salah satu paslon capres-cawapres bukan atas instruksi dari Jokowi.
Baca SelengkapnyaMasyarakat terkini itu sudah cerdas dan pandai memilah dan menjadi wewenang rakyat juga untuk memilih paslon tertentu.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
PDIP akan mencermati terlebih dahulu dinamika politik yang ada jelang hari pencoblosan 14 Februari 2024.
Baca SelengkapnyaHasto menyampaikan, hal serupa juga telah disampaikan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri di Hari Ulang Tahun PDIP beberapa waktu yang lalu.
Baca SelengkapnyaPertemuan itu membahas terkait program pemerintah saat ini supaya bisa dilanjutkan oleh presiden terpilih agar terjadi kesinambungan pembangunan.
Baca SelengkapnyaPenghentian sementara penyaluran bansos ini untuk menghormati tahapan pemilu dan mendukung kelancaran pesta demokrasi tersebut.
Baca SelengkapnyaPemerintah disebut tidak lagi menggunakan data Kemensos, melainkan data Kemenko PMK.
Baca SelengkapnyaMenteri PUPR Basuki Hadimuljono harus semakin intensif melakukan peninjauan pembangunan IKN.
Baca Selengkapnya