Empat serangan balik kubu Anas
Merdeka.com - Merosotnya elektabilitas Partai Demokrat membuat Anas Urbaningrum paling dipersalahkan. Anas yang juga Ketua Umum Partai Demokrat diduga terlibat dalam kasus Hambalang dan membuat pamor partai semakin merosot.
Beberapa elit Demokrat bahkan langsung menuding Anas sebagai biang kerok olengnya kapal Demokrat. Beberapa kader bahkan terang-terangan meminta mantan Ketua HMI itu untuk mundur dari jabatan Ketum Demokrat.
Kubu Anas sendiri tidak tinggal diam. Beberapa loyalis Anas bahkan bermanuver dan menyerang balik pihak-pihak yang mencoba mendiskreditkan Anas.
Berikut empat serangan balik kubu Anas.
Kubu Anas bandingkan dengan PKS dan PAN
Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) merilis tentang merosotnya elektabilitas partai Demokrat. Akibat hasil survei ini berembus kabar Anas akan dilengserkan karena jadi biang kerok merosotnya dukungan publik ke partai tersebut. Ketua DPP Bidang Tanggap Darurat Partai Demokrat Umar Arsal menilai adalah suatu hal yang tidak wajar apabila hanya karena hasil survei, lantas Ketua Umum harus dilengserkan. Menurut Umar tersebut tidak terjadi di partai lain."Lihat PKS, PAN terjun bebas juga. Tapi partai tidak sikapi dengan emosional. Hal ini wajar, mesti disikapi dengan kerja keras. PAN tidak ada yang minta Hatta turun, Hanura tidak ada yang minta Wiranto turun," ujar Umar di DPR.
Kinerja pemerintah dan menteri Demokrat juga jeblok
Para pendukung Anas Urbaningrum mulai bersuara terkait menurunnya elektabilitas partai Demokrat. Menurut Ketua DPP Bidang Tanggap Darurat Partai Demokrat Umar Arsal jebloknya suara Demokrat juga disebabkan kinerja pemerintah. Umar beranggapan kinerja pemerintahan pun menjadi faktor penting dalam pengaruh buruknya elektabilitas partai Demokrat."Faktor kinerja pemerintahan juga, terutama menteri dari Demokrat, apalagi kedudukan Menpora sekarang, banyaklah, jangan dikambinghitamkan seseorang," tegas Umar di gedung DPR, Senayan, Jakarta, Kamis (7/2).
Andi Mallarangeng juga rusak citra Demokrat
Kubu Anas Urbaningrum berang dengan tudingan bahwa merosotnya elektabilitas karena sang Ketua Umum tersandung kasus korupsi. Ketua DPP Bidang Tanggap Darurat Partai Demokrat Umar Arsal menilai, turunnya elektabilitas karena kader lainnya juga tersandung korupsi.Menurut Umar, banyaknya kader yang terlibat korupsi seperti Mantan Sekretaris Dewan Pembina Andi Mallarangeng dan Anggota Dewan Pembina Hartati Murdaya juga ikut memperburuk citra partai."Kita sudah dua tahun sejak kasus Nazar dan Angie, tapi ditambah orang-orang dekat wanbin seperti Andi Mallarangeng dan Hartati Murdaya. Itu juga membuat buruk, jadi jangan dilihat dari satu sisi," kata Umar di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (7/2).
Anas unjuk kekuatan
Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengumpulkan para kadernya di Cikeas, Bogor kemarin malam. Di saat bersamaan Ketua Umum Anas Urbaningrum malah mengumpulkan pengurus DPD dan DPC Demokrat di kediamannya di Duren Sawit, Jakarta Timur.Namun, Sekretaris DPD Demokrat DKI Jakarta, Irfan Ghani yang juga ikut pertemuan di rumah Anas membantah kalau pertemuan tersebut sebagai unjuk kekuatan yang dilakukan Anas."Kita hanya berkumpul saja kebetulan saja nggak ada agenda, dan ini suatu kebetulan saja, bertepatan dengan acara SBY," ujar Ghani saat dihubungi merdeka.com, Kamis (7/2).
(mdk/hhw)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Anies titip pesan kepada seluruh masyarakat bahwa saatnya perubahan.
Baca SelengkapnyaKata Anies ada begitu banyak kekurangan, yang dirasakan secara terang benderang
Baca SelengkapnyaAnies berpendapat, tanpa dialog, rakyat tidak tahu berapa persen kesamaannya dengan pasangan calon yang akan dipilihnya nanti.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Sejauh ini Anies masih mengumpulkan bukti-bukti terkait dugaan kecurangan Pemilu.
Baca SelengkapnyaAnies menegaskan, perubahan yang dimaksud ialah perubahan ke arah yang lebih baik.
Baca SelengkapnyaAnies mengatakan, perjuangan ketiganya untuk mewujudkan perubahan di Indonesia tidak akan sia-sia.
Baca SelengkapnyaAnies selalu mengatakan dalam debat Pilpres itu tidak bisa dipelajari secara sesaat.
Baca SelengkapnyaAnies lalu menjelaskan persimpangan jalan yang dia maksud. Dia menyorot banyaknya aturan yang diubah demi kepentingan penguasa.
Baca Selengkapnya"Kalau ingin melanjutkan, pilih nomor 2. Kalau ingin perubahan, bisa pilih nomor 1," ujar Kaesang.
Baca Selengkapnya