Antara Mahfud MD dan Moeldoko, mana paling ideal buat Jokowi?
Merdeka.com - Bisa bekerja, menjaga negara, dan diterima semua golongan adalah syarat yang harus dipertimbangkan Presiden Joko Widodo dalam memilih pasangan calon wakil Presidennya nanti.
Kader senior PDI Perjuangan, Sidharto Danusubroto yakin bahwa Jokowi akan memilih sosok terbaik untuk rakyat.
Menurut anggota Dewan Pertimbangan Presiden itu, sosok terbaik adalah yang memiliki idealisme seperti Bung Karno.
"Jokowi sekarang diwarisi Indonesia yang harus tetap dijaga dari tangan-tangan preman," kata Sidarto kepada wartawan, Jumat (20/7).
Sejauh ini, ia menganggap nama-nama yang beredar seperti Mahfud MD atau Moeldoko, sudah cukup baik untuk mendampingi Jokowi. Namun, dari dua nama ini, Sidharto menjagokan yang punya kapabilitas menjaga kedaulatan Indonesia secara komprehensif.
"Tapi yang paling cocok adalah yang bisa menjaga Indonesia, dan bisa diterima seluruh partai," tegasnya lagi.
Karyono Wibowo, Direktur Eksekutif Indonesian Public Institute menilai, Mahfud MD adalah sosok yang pas. Ia punya pengalaman legislatif sebagai anggota DPR dari PKB, pengalaman eksekutif sebagai Menteri Pertahanan di kabinet Gus Dur, dan pengalaman yudikatif sebagai ketua Mahkamah Konstitusi.
Tetapi, pengalaman di tiga unsur negara itu, menurutnya tidak bisa menjadi tolok ukur kecakapan Mahfud.
"Dia cuma sebentar jadi menteri, jadi tidak terlihat perannya ketika itu," kata Karyono ketika dihubungi di Jakarta, Kamis (19/7).
Pun karir Mahfud di yudikatif yang paling lama, tidak bisa menjadi tolok ukur kemampuannya mengelola negara seandainya ia menjadi wakil presiden nanti.
halalbihalal mahfud MD dengan KPK ©2018 Merdeka.com/Dwi NarwokoDi sisi lain, ada juga kelemahan yang bisa mengganjal Mahfud. Misalnya irisan pemilih dirinya dengan Presiden Jokowi. Berdasarkan hasil survei yang ia lakukan beberapa waktu lalu, terlihat bahwa mayoritas Nahdliyin memang sudah bersimpati pada Jokowi. Dari hal ini, bisa diproyeksikan bahwa Mahfud tidak menambah jumlah pemilih pada Jokowi.
"Kalau NU dan kiai tidak clear mendukung Mahfud, maka itu jadi kelemahan elektoralnya. Apalagi dalam konteks bursa Cawapres, Mahfud akan bersaing dengan ketua umum PKB Muhaimin," katanya.
Kemungkinan pula, keberadaan Mahfud bisa jadi akan membuat massa Muhammadiyah menyeberang ke kubu lawan Jokowi. Kondisi ini juga berlaku bila Jokowi memilih Cak Imin. Oleh karena itu, Karyono mengatakan, sebaiknya Jokowi memilih pendamping yang bisa diterima oleh semua arus utama kelompok Islam. Baik itu NU atau Muhammadiyah.
"Daripada memecah belah dukungan yang semula solid, lebih baik Jokowi pilih orang luar yang bisa diterima semua kalangan. Tanpa harus merasa salah satu lebih diutamakan," beber Karyono.
Menurutnya, Jokowi harus bisa mempertimbangkan untuk tidak membuat partai merasa ada pihak yang lebih dianakemaskan.
Kecemburuan antar partai, malah bisa membuat koalisi pendukung Jokowi rapuh. Berangkat dari pemahaman tersebut, ia menyarankan agar Jokowi tidak sekadar mengukur kandidat pendampingnya dari segi elektabilitas atau akseptabilitas publik. Melainkan juga akseptabilitas elit.
Pengamat politik Universitas Gajah Mada, Arie Sujito, menilai, Mahfud dan Moeldoko adalah yang paling kuat berpeluang mendampingi Jokowi. "Dua-duanya punya kekuatan, tapi nanti Jokowi yang akan memilih," kata Arie.
Moeldoko yang berlatar belakang militer diyakini dapat merangkul banyak pihak. Sementara Mahfud MD dinilai memiliki kekuatan jaringan di HMI.
Moeldoko rayakan HUT ke-61 ©2018 Merdeka.com/Intan Umbari PrihatinLebih lanjut dia menilai, setidaknya ada empat kriteria yang harus diperhatikan Jokowi untuk memilih pendampingnya. Yakni, tidak kontroversial, bisa diterima oleh semua komponen parpol pendukung, mampu menambal keterbatasan Jokowi secara politik.
"Keempat, mampu mengimbangi ritme kerja Jokowi di pemerintahan," sebutnya.
Moeldoko dipercaya oleh Jokowi untuk menduduki jabatan sebagai Kepala Kantor Staf Presiden (KSP). Sementara Mahfud MD menjabat sebagai Anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP).
Sebelumnya, nama Mahfud MD sempat mendapat penolakan dari sejumlah kiai Jawa Timur, jika maju sebagai cawapres Jokowi. Pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo Kediri KH Abdul Muid Shohib, awal Juli lalu mengatakan, alasan penolakan sejumlah kiai tersebut karena Mahfud MD bukan kader asli NU.
Melalui Wakil Sekretaris Jenderalnya, Dita Indah Sari, PKB menilai Mahfud tidak bisa membawa dampak politik yang signifikan pada Pak Jokowi. Mulai dari kesulitan mendapatkan dukungan partai pendukung hingga tidak berasal dari kalangan NU.
"Jokowi sendiri bukan berlatar belakang Islam kan tapi beliau nasionalis. Jadi perlu pendamping yang menguatkan dia dari segi itu," kata Dita.
Setali tiga uang, Jazilul Fawaid yang juga Wasekjen PKB tidak yakin Jokowi akan memilh Mahfud lantaran alasan elektabilitas. "Diadu saja elektabilitasnya (Mahfud) dengan Cak Imin. Kan bisa dilempar ke lembaga survei. nama Mahfud muncul hanya semacam opini saja," kata Jazilul.
(mdk/rnd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ganjar dan Mahfud Tebak Pilihan Jokowi: Ya Putranya kan Ada di Sana, Pasti ke Sana
Baca SelengkapnyaGanjar menilai Presiden Jokowi akan memilih pasangan calon nomor urut 2, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabumingraka.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Jokowi menegaskan, dirinya menghargai apapun yang menjadi pilihan politik para menterinya.
Baca SelengkapnyaProfil eks Pnaglima TNI Marsekal (Purn) Hadi Tjahjanto yang dikabarkan akan dilantik sebagai Menko Polhukam.
Baca SelengkapnyaMaruarar Sirait mengatakan langkah politiknya mengikuti Joko Widodo
Baca SelengkapnyaJokowi mengatakan, seorang presiden boleh memihak juga melakukan kampanye. Pernyataan Jokowi itu menuai pro dan kontra.
Baca SelengkapnyaTonny menggantikan posisi Marsekal Fadjar Prasetyo yang akan memasuki masa pensiun pada 9 April 2024.
Baca SelengkapnyaWakil Presiden ke-12 RI Jusuf Kalla menjelaskan proses pembagian kursi menteri saat pemerintahannya.
Baca Selengkapnya