Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Ambang batas capres 25 persen, upaya Jokowi jegal lawan di 2019?

Ambang batas capres 25 persen, upaya Jokowi jegal lawan di 2019? SBY dan Jokowi di Istana Negara. ©2014 merdeka.com/Randy Ferdi Firdaus

Merdeka.com - Pembahasan revisi UU Pemilu di DPR rupanya benar-benar menguras energi petinggi partai politik. Persoalan ambang batas pencalonan presiden alias presidential threshold yang menjadi akar tarik menariknya pembahasan ini.

Pemerintah, bersama PDIP, Golkar dan NasDem bertahan pada angka 20 sampai 25 persen untuk ambang batas capres. Mereka kekeuh, tidak mau berubah sama sekali. Apalagi, Pemerintah mengancam akan menarik diri jika angka presidential threshold tidak mencapai yang diinginkan.

Begitu juga Partai Golkar. 20 Persen kursi DPR dan 25 persen suara nasional menjadi harga mati bagi partai politik yang ingin mengusung calon presiden pada Pemilu 2019 mendatang.

"Nah terkait dengan ambang batas presiden, Partai Golkar berpandangan dan bahkan harga mati 20 persen kursi DPR atau 25 persen suara secara nasional. Kenapa? Karena kita ingin nanti presiden yang terpilih mendapat dukungan yang besar dari parlemen. Jadi kami berpandangan 20/25 persen itu adalah harga mati," kata Sekjen Golkar Idrus Marham di kantor DPP Golkar, Jakarta Barat, Selasa (20/6) kemarin.

Sementara partai seperti PKB, PPP, Hanura, PAN, Gerindra dan PKS memilih lebih fleksibel. Awalnya mengusulkan agar PT dihapus alias nol persen. Tapi, kini mereka sepakat ambang batas capres berada pada angkat 15 persen saja. Khusus untuk Gerindra dan PKS, juga siap saja jika nanti diputus PT sebesar 25 persen.

Namun, Partai Demokrat beda lagi. Mereka ngotot ingin ambang batas pencalonan presiden itu dihapuskan. Sebab, PT dinilai sudah tak relevan digunakan, karena pemilu legislatif dan pemilu presiden akan dihelat secara serentak sesuai putusan Mahkamah Konstitusi (MK).

Muncul kecurigaan, penguasa ingin menghalangi adanya capres alternatif pada Pemilu 2019 nanti. Sebab, sejauh ini baru ada dua nama kuat sebagai capres dua tahun mendatang. Mereka adalah Joko Widodo sebagai incumbent dan Prabowo Subianto yang telah dicalonkan oleh Gerindra.

"Sungguh sulit dimengerti kalau ada partai-partai yang memaksakan presidential threshold tersebut dalam Pilpres 2019. Celakanya, Presiden Jokowi pun justru juga bersikeras mendukung presidensial treshold 20 persen tersebut. Maka jangan salahkan banyak pihak kemudian curiga," kata Wasekjen Partai Demokrat Didi Irawadi Syamsuddin dalam keterangan tertulisnya, Selasa (20/6).

Dia juga mengatakan, dukungan Jokowi tersebut menyebabkan beragam polemik mulai berkembang. Menurutnya, hal tersebut merupakan upaya dari presiden incumbent untuk menjegal calon-calon presiden dari partai kecil dan mengebiri capres dari partai pesaing.

"Atau jangan-jangan incumbent presiden takut bertarung manakala muncul calon-calon penantang baru dari berbagai partai kelak. Hal ini sangat ironis mengingat pendukung presiden selalu mengklaim kesuksesan Sang Presiden dalam membangun negeri," ujar Didi.

Politisi Partai Demokrat ini juga menjelaskan jika Presidential Threshold dipaksakan menjadi 20 persen, maka akan melanggar putusan MK. Pasalnya, dalam putusan MK Nomor 14/PUU-XI/2013, secara otomatis presidential threshold akan hilang karena pilpres dan pileg dilakukan serentak.

"Lebih dari itu dukungan sebesar 20 persen dari partai yang memiliki kursi di DPR berdasarkan suara pemilu legislatif 2014 juga sangat tidak relevan lagi. Selain itu tidak ada rasionalitasnya untuk digunakan kedua kali hasil Pileg 2014 dalam Pilpres berikutnya di tahun 2019. Sudah pasti dalam setiap lima tahun, peta kekuatan politik sudah berubah," pungkasnya.

Kecurigaan Demokrat bukan tanpa alasan. Jika diketok PT sebesar 25 persen, maka ambang batas pencalonan presiden akan ditentukan hasil pemilu legislatif tahun 2014 lalu.

PDIP menjadi partai yang paling diuntungkan, karena memperoleh 18,95 persen. Sementara Golkar di posisi kedua yakni 14,75 persen. Sementara NasDem yakni 6,72 persen suara nasional. Ketiga partai ini pendukung PT 25 persen.

Ketiganya adalah partai pendukung Jokowi. Ditambah dengan Hanura dengan perolehan 5,26 persen, yang sudah deklarasi dukung Jokowi pada 2019. Maka dengan demikian, syarat keempat partai ini untuk mencalonkan Jokowi di 2019 sudah lebih dari cukup. Bukan tidak mungkin, PKB 9,04 persen dan PPP 6,53 persen menyusul, karena saat ini berada di satu kubu pendukung pemerintah.

Sementara di sisi berlawanan, ada Gerindra 11,81 persen, yang telah deklarasi mengusung Prabowo Subianto kembali di Pemilu 2019. Tapi, Gerindra harus merangkul setidaknya dua partai untuk memenuhi 25 persen lagi angkat pencalonan presiden.

Jika dilihat dari kedekatan, kemungkinan PKS dengan 6,79 persen yang paling mungkin bergabung dengan Gerindra. Tapi angkat PT belum cukup, perlu satu partai lagi.

Kemudian, PAN dengan 7,59 persen lebih punya sejarah koalisi dengan Demokrat yang punya modal suara 10,19 persen. Kedua partai ini juga tak mampu mencalonkan presiden. Sementara PAN gabung dengan koalisi Jokowi sangat terbuka lebar. Saat ini PAN adalah bagian dari pemerintah Jokowi.

Bisa jadi, pencalonan Prabowo nanti bakal ditentukan Demokrat jika PT diketok setinggi 25 persen. Pertanyaannya, apakah Demokrat mau mendukung Prabowo? Sebab partai pimpinan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ini tengah gencar mensosialisasikan Agus Harimurti Yudhoyono.

(mdk/rnd)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Jokowi Bicara soal Debat Capres Nanti Malam

Jokowi Bicara soal Debat Capres Nanti Malam

Jokowi hanya menyebut, sebaiknya debat capres nanti malam disaksikan saja.

Baca Selengkapnya
Anies Respons Jokowi: Agak Terkejut, Presiden kok Komentari Soal Debat ya

Anies Respons Jokowi: Agak Terkejut, Presiden kok Komentari Soal Debat ya

Anies merasa terkejut mengapa sekaliber presiden mengomentari debat yang diikut oleh para capres.

Baca Selengkapnya
VIDEO: Ini Ucapan Jokowi yang Dikutip Anies Soal Prabowo Punya Lahan 340 Ribu Hektar

VIDEO: Ini Ucapan Jokowi yang Dikutip Anies Soal Prabowo Punya Lahan 340 Ribu Hektar

Calon presiden nomor urut 1, Anies Baswedan menyindir kekayaan capres nomor urut 2, Prabowo Subianto di debat capres pada Minggu malam kemarin.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Jika Menang Pilpres 2024, Prabowo Mengaku akan Rangkul Semua Kekuatan

Jika Menang Pilpres 2024, Prabowo Mengaku akan Rangkul Semua Kekuatan

Calon presiden nomor urut 2, Prabowo Subianto mengaku bakal meniru jejak Presiden Joko Widodo atau Jokowi bila memenangkan Pilpers 2024.

Baca Selengkapnya
Prabowo Sindir Capres Lain: Jangan Karena Ambisi Ingin Jadi Presiden Seenaknya Bicara

Prabowo Sindir Capres Lain: Jangan Karena Ambisi Ingin Jadi Presiden Seenaknya Bicara

Hal itu dikatakan Prabowo menjawab soal isu pertahanan yang diprotes paslon lain di debat ketiga capres.

Baca Selengkapnya
Tema Debat Ketiga Capres soal Isu Pertahanan, Bakal Menguntungkan Prabowo?

Tema Debat Ketiga Capres soal Isu Pertahanan, Bakal Menguntungkan Prabowo?

Prabowo tetap melakukan sejumlah persiapan menghadapi debat. Salah satunya menjaga kesehatan fisik.

Baca Selengkapnya
Anies Tanya Lagi soal Etik, Prabowo: Jangan Karena Ambisi Pribadi Menghasut & Menyesatkan Rakyat

Anies Tanya Lagi soal Etik, Prabowo: Jangan Karena Ambisi Pribadi Menghasut & Menyesatkan Rakyat

Debat capres ketiga berlangsung panas. Capres Anies Baswedan dan Capres Prabowo Subianto saling serang satu sama lain.

Baca Selengkapnya
Jokowi: Presiden dan Menteri Boleh Memihak dan Ikut Kampanye

Jokowi: Presiden dan Menteri Boleh Memihak dan Ikut Kampanye

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan, semua menteri bahkan presiden boleh berkampanye atau mendukung salah satu kandidat pada Pemilu 2024.

Baca Selengkapnya
Cak Imin Ngaku Belum Diundang Jokowi, Ingatkan Tidak Memihak Capres

Cak Imin Ngaku Belum Diundang Jokowi, Ingatkan Tidak Memihak Capres

Cak Imin mengaku belum melihat Jokowi memihak kepada salah satu pasangan calon.

Baca Selengkapnya