Zaman modern, orang Indonesia masih percaya nabi palsu
Merdeka.com - Munculnya nabi-nabi palsu yang tersebar di pelosok negeri, bukanlah sesuatu hal yang aneh lagi di Indonesia. Meskipun perkembangan zaman semakin modern, banyak masyarakat yang mengikuti jejak nabi palsu tersebut dengan berbagai alasan.
Sosiolog Musni Umar, mengatakan bahwa munculnya para pengikut-pengikut nabi palsu di Indonesia lantaran adanya faktor tingkat pendidikan masyarakat yang masih terbilang rendah walaupun zaman sudah semakin maju.
"Tingkat pendidikan masyarakat di Indonesia masih kurang memadahi, sehingga pemahaman agama di masyarakat sangat minim," kata Musni kepada merdeka.com saat dikonfirmasi melalui sambungan telepon, Jumat (5/8) malam.
Wakil rektor Universitas Ibnu Chaldun tersebut menilai bahwa banyak masyarakat di Indonesia yang sangat religius namun memiliki paham agama yang sangat minim. Berbagai masalah yang menjerat, mengakibatkan mereka mencari jalan pintas melalui ritual-ritual yang bertentangan dengan agama.
"Banyak dari mereka yang religius namun tingkat pemahamannya masih sangat minim. Mereka mengaku mendapat wahyu atau wangsit dari malaikat Jibril, namun sesungguhnya itu adalah jin atau setan yang berhasil memperdaya manusia. Saking mereka salehnya, akhirnya mereka mengaku nabi di masyarakat," paparnya.
Dia pun berharap agar masyarakat ikut mengawasi mereka yang dianggap menyimpang dari ajaran agama agar kembali ke ajaran-ajaran agama yang dianut selama ini.
"Sebaiknya masyarakat, tokoh-tokoh agama, para pendidik selalu menghimbau mereka yang tersesat dan menyadarkan mereka. Menanamkan hal-hal positif kepada mereka, dan menjadi pemandu agar mereka tidak tersesat lagi. Dan kita harus ikut menciptakan kehidupan yang lebih harmonis, jangan main hakim sendiri," pungkas Musni.
Hal serupa juga disampaikan Ketua Dewan Pertimbangan MUI, Din Syamsuddin yang mengatakan bahwa Indonesia merupakan lahan yang subur untuk isu-isu spiritualis.
"Bagu saya dab ormas-ormas Islam, ini perlu intropeksi karena ini membuktikan bahwa dakwah kita belum luas dan mendalam, sehingga masih ada yang seperti itu," ucap Din usai memimpin Rapat Pleno V Dewan Pertimbangan MUI di Jakarta, Rabu (24/2).
(mdk/gil)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kudapan favorit masyarakat Palembang ini tak jauh berbeda dengan kue jala khas India. Perbedaannya ada pada kuah kari yang cenderung encer.
Baca SelengkapnyaBegini suasana ramadan di Pattani saat malam hari hingga disebut kembaran Indonesia.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Panglima TNI Agus Subiyanto adalah sosok yang sangat religius, ia sering sholat Subuh berjamaah di masjid dan menyampaikan tentang pentingnya akhirat.
Baca SelengkapnyaPihak cenderung menolak praktik budaya dan kearifan lokal seringkali belum memahami agama dengan komprehensif.
Baca SelengkapnyaHinduisme dan Buddha adalah dua agama yang memiliki akar sejarah dan filsafat spiritual di Asia.
Baca SelengkapnyaJika masyarakat telah matang dalam memandang perbedaan, maka dengan kemajemukannya dapat merespons kebutuhan sesama manusia tanpa memandang perbedaan.
Baca SelengkapnyaMenurutnya, ketupat pernah digunakan oleh Sunan Kalijaga dalam penyebaran agama Islam di Pulau Jawa.
Baca SelengkapnyaLakukan persiapan maksimal menjelang bulan yang paling ditunggu oleh seluruh umat muslim ini.
Baca Selengkapnya