Sop merah Bu Sri di Yogya, mahasiswa sampai menteri rela antre
Merdeka.com - Sekitar pukul 19.00 WIB, antrean di bagian pemesanan warung sop merah milik Sri Sunarsih sudah mengular. Walau bentuk warung yang berada di pinggir Jl Kol Sugiyono, Yogyakarta tidak mewah alias ala kadarnya, tidak mengurangi minat pembeli untuk mencicipi sop yang terkenal pedas itu.
Jika menilik kategori suatu masakan, sop biasanya berkuah bening atau sedikit keruh dengan kaldu. Akan tetapi, sop yang satu ini berwarna merah kuahnya. Adapun isi sop dapat dipilih sesuai selera. Jangan terkejut pula ketika datang dan hendak mencicipi sop merah sebab pilihan yang disodorkan hanya ada dua, yakni pedas dan sangat pedas.
Untuk mendapatkan sop merah, pelanggan harus mengantre dengan mengambil nomor urut terlebih dahulu sembari menunggu kursi dan meja kosong. Namun antrean yang panjang tidak membuat pelanggan jera untuk antre.
Salah satunya Dian Anisa, warga Yogya yang mendapatkan nomor antrean 19. Dia pun rela menunggu selama 30 menitan untuk mendapat semangkok sop merah. Dian mengaku kerap datang ke sop merah karena sudah merasa cocok dengan rasanya.
"Sudah sering ke sini, antre lama enggak apa-apa, asal puas," kata Dian saat mengantre pesanan, Jumat (19/9).
Hal serupa juga diungkapkan Wibowo, mahasiswa salah satu perguruan tinggi swasta di Yogya yang juga mengantre untuk menikmati sop merah.
"Ngantre di sini biasa, tapi kalau sudah mencicipi, hilang rasa dongkol karena antre," ujarnya.
Menurut Sri sang pemilik warung, selama pengalamannya melayani antrean panjang yang paling menarik ketika Muhammad Prakosa, menteri kehutanan di era pemerintahan Megawati datang untuk menikmati sop racikannya. Namun, karena antrean yang panjang sang menteri pun menjadi tidak sabar dan memilih pulang.
"Waktu itu warungnya penuh, antreannya panjang. Jadi Pak Prakosa pulang dan tidak sempat mencicipi," kata Sri di sela-sela dia melayani pelanggan.
Warung milik Sri ini sendiri sudah berdiri sejak tahun 1993. Sejak pertama dibuka, warungnya memang tidak pernah sepi. Namun karena keterbatasan modal dan tempat, usahanya tersebut tidak dapat berkembang cepat.
Beruntung pada tahun ini warung sop merah bisa dikembangkan dengan meluaskan tempat sehingga bisa menampung lebih banyak pelanggan.
(mdk/bal)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Mahasiswa ITS ini punya kepedulian tinggi terhadap keberlanjutan lingkungan
Baca SelengkapnyaMerdeka.com merangkum resep soto daging sapi yang enak dan segar. Simak ulasannya.
Baca SelengkapnyaKeberadaan para pengrajin bawang di Kampung Jaha tak lepas dari peran Soeparno yang dianggap sebagai 'guru'.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Sempat kerja di Bandara Soekarno-Hatta selama dua tahun, Opi memutuskan buat banting setir berjualan bakso ikan dengan gerobak.
Baca SelengkapnyaLahir dan besar di Bogor, Omay pun memasak semur daging sapi khas Kota Hujan yang menggunakan santan dalam pembuatannya.
Baca SelengkapnyaSimak pesan penting dari sesepuh Persit istri eks Panglima ABRI. Ingatkan soal kesederhanaan.
Baca SelengkapnyaSiapa sangka, dulunya mereka hanya sebatas murid dan guru. Selain kisahnya, paras sang guru jadi sorotan.
Baca SelengkapnyaSoto ayam adalah salah satu makanan khas Indonesia yang paling disukai banyak orang. Membuat soto ayam pun tergolong mudah,
Baca SelengkapnyaKini gelarnya jauh lebih panjang dari namanya sendiri.
Baca Selengkapnya