Soal Seruan Berjihad, DPR Ajak Memerangi Kebodohan dan Kemiskinan
Merdeka.com - Ketua Komisi VII DPR RI, Yandri Susanto menyoroti azan dengan lafal ajakan jihad yang viral di media sosial diduga dilakukan di Petamburan, Jakarta Pusat. Dia menyebut, tidak ada ajaran azan dengan lafal 'hayya 'alal jihad' dan tak perlu diteruskan.
"Menurut saya itu tidak perlu dilanjutkan dan tidak diteruskan, karena memang tidak ada seperti itu," kata Yandri kepada merdeka.com, Selasa (1/12).
Yandri menuturkan, jihad tidak mesti saling berperang dan membunuh. Di Indonesia, jihad bisa memerangi kebodohan dan jihad mengentaskan kemiskinan.
"Maka kalau hari ini akan jihad mengajak perang saya kira enggak tepat sasaran, justru kita ini tetap harus menjaga persatuan dan kesatuan, saling menghormati, tidak meniadakan," ujar dia.
Maka siapa pun di Republik ini, kata dia, termasuk pemerintah atau masyarakat harus saling menghargai. Hukum juga harus ditegakkan kepada semua pihak. Jangan tumpul ke atas dan tajam ke bawah.
"Jadi kalau ada reaksi dari masyarakat tentu harus jadi perhatian pemerintah dan sebagainya, tapi kita tidak setuju kalau Indonesia mau di ajak babak belur, perang seperti di Suriah, Afghanistan, atau di Israel, Palestina sana kita enggak mau, bahwa berjihad itu penting iya, tapi berjihad untuk memerangi kemiskinan dan kebodohan," pungkasnya.
Diberitakan, baru-baru ini warganet dikejutkan dengan beredarnya sebuah video seruan azan di internet yang dikumandangkan oleh seseorang dengan lafal ‘hayya 'alal jihad’ dan kemudian diikuti oleh beberapa jemaat lainnya di saf belakang. Selain itu, di beberapa video juga diperlihatkan para jemaat yang turut membawa senjata tajam seperti pedang dan celurit sembari melafalkan azan yang tidak biasa tersebut. Video tersebut diduga terjadi berada di kawasan Petamburan, Jakarta Pusat.
Kuasa Hukum Front Pembela Islam (FPI) Aziz Yanuar mengatakan, jihad itu merupakan salah satu yang ada dalam ajaran agama Islam. "Ya menurut saya sih enggak masalah ya, jihad itu kan salah satu ajaran dalam agama Islam. Jadi enggak perlu kita paranoid lah gitu kan, sama saja kan Jihad, salat, puasa sama, itu kan bagian dari agama Islam. Jihad melawan hawa nafsu juga jihad kan. Jadi jangan kita terlalu paranoid," kata Aziz saat dihubungi, Senin (30/11).
Menurutnya, hal itu wajar dilakukan karena adanya ketidakadilan dan kezalamin serta penegakan hukum yang dinilai tebang pilih. Dia membantah, jika hal itu dilakukan terkait dengan permasalahan yang kini sedang dihadapi Rizieq Syihab.
"Terkait dengan yang menghubung-hubungkan dengan HRS ya. Saya rasa itu bukan terhadap HRS, tapi terhadap ketidakadilan, kezaliman yang luar biasa, terkait dengan penegakkan hukum yang tebang pilih, penegakan hukum yang diduga berdasarkan kebencian dan ketidaksukaan hanya karena beroposisi dengan atau tidak sejalan dengan pendapat pemerintah, nah itu menurut saya dapat memicu kemarahan publik," jelasnya.
Azan dengan menyelipkan ajakan jihad itu, menurutnya, bukan yang pertama kali terjadi dan bukan hal yang baru. Sebelumnya, juga pernah terjadi di masjid sekitar Petamburan, Jakarta Pusat.
"Kalau saya sih pernah denger, waktu dulu kasus-kasus yang ketika terjadi kerusuhan-kerusuhan itu, pernah saya denger, tapi saya lupa kapan itu," ungkapnya.
"Bukan (pertama kali) banyak kok beberapa mesjid seperti itu, saya pernah denger," tambahnya.
Namun, dia tidak bisa memastikan kapan kejadian azan tersebut terjadi di Petamburan. "Saya enggak tahu (tanggal berapa), karena saya melihatnya sama dari sebaran-sebaran di internet, di media sosial juga. Jadi saya enggak tahu dapet detail darimana, kapan gitu, saya enggak paham," ujarnya.
Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid Saadi mengatakan, panggilan itu tidak relevan jika jihad perang dikaitkan dengan situasi Indonesia saat ini.
"Jika seruan itu dimaksudkan memberi pesan berperang, jelas tidak relevan. Jihad dalam negara damai seperti Indonesia ini tidak bisa diartikan sebagai perang," kata Zainut kepada wartawan di Jakarta, Senin (30/11).
Dia mengatakan belum bisa menyimpulkan maksud dari konten adzan yang viral tersebut. Jika itu dimaksudkan untuk menyampaikan pesan perang di Indonesia maka tidak relevan karena saat ini dalam situasi damai.
Untuk itu, Wamenag mengajak pimpinan ormas Islam dan para ulama untuk bisa memberikan pencerahan kepada masyarakat agar tidak terjebak pada penafsiran tekstual tanpa memahami konteks dari ayat Al Quran atau Al Hadits.
Pemahaman agama yang hanya mendasarkan pada tekstual, kata dia, dapat melahirkan pemahaman agama yang sempit dan ekstrem. Apapun motifnya, video tersebut bisa berpotensi menimbulkan kesalahan persepsi di masyarakat.
"Di sinilah pentingnya pimpinan ormas Islam, ulama dan kyai memberikan pencerahan agar masyarakat memiliki pemahaman keagamaan yang komprehensif," kata dia.
Dalam menyikapi persoalan tersebut, Zainut meminta setiap pihak untuk menahan diri, melakukan pendekatan secara persuasif dan dialogis sehingga bisa menghindarkan diri dari tindakan kekerasan dan melawan hukum.
(mdk/gil)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jika Ganjar melakukan blusukan masyarakat berbondong-bondong hadir
Baca SelengkapnyaMasyarakat setempat menganggap sosoknya seperti "damar" atau lentera yang menerangi dalam gelap
Baca SelengkapnyaDua santri di Kediri, yang didakwa menganiaya rekannya berinisial BBM (14) hingga tewas menjalani sidang dengan agenda pemeriksaan saksi.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
446.219 prajurit TNI secara serentak di seluruh Indonesia dikerahkan untuk mendukung kelancaran pesta demokrasi jelang hari pencoblosan 14 Februari.
Baca SelengkapnyaHasto menyebut, jika Ganjar dapat blusukan dengan mantap dan sangat keterbukaan.
Baca SelengkapnyaJokowi mengajak masyarakat patut bersyukur karena Indonesia sampai saat ini mampu melewati berbagai tantangan dunia
Baca SelengkapnyaKorban sempat cekcok dengan istrinya hingga sang istri meninggalkannya.
Baca SelengkapnyaMenteri PUPR Basuki Hadimuljono harus semakin intensif melakukan peninjauan pembangunan IKN.
Baca SelengkapnyaHasto kini tengah menunggu laporan dari Yogyakarta terkait insiden kekerasan yang menimpa kader Repdem tersebut.
Baca Selengkapnya