Segenggam ketegaran dalam duka yang mendalam
Merdeka.com - Suasana di RS Polri tampak tidak seperti biasanya. Hari itu, RS Polri seperti sedang melayani tamu yang terbilang cukup banyak. Tenda dan kursi pun telah disiapkan tepat di depan ruang Instalasi Rehabilitasi Medis, menunggu untuk segera ditempati oleh para tamu.
Selang tak begitu lama, para tamu mulai berdatangan. Tampak raut wajah mereka begitu kusam. Pertanda bahwa telah tersimpan kesedihan yang begitu lama akibat telah menanti kepastian yang terbilang lama. Mereka adalah para keluarga dari korban kecelakaan Sukhoi Superjet 100 di Gunung Salak, Jawa Barat.
Hari itu, penantian mereka akan segera terjawab. Pihak Kepolisian melalui Direktur Eksekutif Disaster Victim Identification (DVI), Kombes Pol dr Anton Castilani, memberikan kesempatan bagi para keluarga untuk melihat jenazah korban untuk terakhir kalinya, Selasa (22/5).
Para keluarga ini pun lantas melihat jenazah di ruang Post Mortem. Tetapi, para keluarga harus menjalani beberapa persyaratan sebelum dapat melihat jenazah.
"Harus menjalani pendampingan psikologis, jumlah keluarga yang melihat tidak boleh lebih dari tiga orang. Selain itu, waktu melihat tidak lebih dari 15 menit," ujar Koordinator Bantuan Psikologi, Mira Rumeser, di RS Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur.
Para keluarga pun menuruti instruksi itu. Mereka lantas menuju ruang Post Mortem dengan didampingi oleh seorang psikolog, seorang polisi wanita serta seorang dokter dari tim DVI. Para pendamping ini selalu memastikan kesiapan para anggota keluarga dengan terus bertanya. "Benar-benar sudah siap?" tanya salah seorang anggota tim kepada keluarga yang didampingi.
Perasaan sedih tampak kian membuncah di wajah para keluarga ini. Tidak sedikit linangan air mata menetes mengaliri pipi mereka. Namun demikian, tidak sedikit pula anggota keluarga yang mencoba untuk tetap tegar.
"Kami berusaha untuk tetap tabah. Dalam bayangan saya, jenazah putri saya masih utuh. Meskipun sebenarnya tidak utuh lagi," tutur Sidup Usman, ayah dari pramugari Sky Aviation, Dewi Mutiara, usai melihat jenazah putrinya.
Tanpa terasa, jarum jam menunjuk angka 15.30 WIB. Kombes Pol Anton Castilani menyatakan kesempatan keluarga untuk melihat jenazah telah selesai.
"Para keluarga dari 45 korban telah datang dan telah melihat kondisi jenazah untuk terakhir kalinya. Untuk itu, kegiatan melihat jenazah kami nyatakan selesai," ujar Anton.
Para keluarga pun berangsur-angsur meninggalkan RS Polri. Lambat laun, suasana mulai tampak sepi. Hanya terlihat beberapa petugas yang masih berjaga. Selang beberapa saat usai keluarga telah meninggalkan RS Polri, DVI lantas menutup peti jenazah dengan aluminium secara permanen. Jasad-jasad yang ada di dalam peti telah bersiap untuk diambil keluarga esok harinya, atau hari ini Rabu (23/5).
(mdk/ren)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jimly memahami semua keresahan para pelapor terhadap dugaan pelanggaran etik para Hakim MK
Baca SelengkapnyaSidang dugaan pelanggaran etik dipimpin Ketua MKMK Jimly Asshiddique.
Baca SelengkapnyaDalam pemeriksaan, Ketua MKMK Jimly Asshiddiqie menegaskan bukti-bukti dari media juga menjadi pertimbangan dari MKMK
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Jimly menjelaskan, jika keputusannya adalah diberhentikan tidak dengan hormat, maka ada peluang Anwar mengajukan banding
Baca SelengkapnyaSejumlah masalah hakim yang diungkap dalam sidang etik para hakim Mahkamah Konstitusi
Baca SelengkapnyaMahfud tegas mengatakan tidak akan ikut campur urusan Ketua MKMK Jimly Asshiddiqie
Baca SelengkapnyaAnwar Usman juga disanksi tidak bisa mengikuti dalam sidang perkara hasil Pemilu 2024.
Baca SelengkapnyaKetua Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi (MKMK) Jimly Asshiddiqie angkat bicara soal peluang dibatalkannya putusan MK yang sempat menuai polemik.
Baca SelengkapnyaKadispenad TNI, Brigjen Hamim Tohari buka suara, kasus perwira TNI yang melakukan lawan arah di tol MBZ
Baca Selengkapnya