Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Puncak kemarau diprediksi Oktober, petani di NTT mulai was-was

Puncak kemarau diprediksi Oktober, petani di NTT mulai was-was Lahan pertanian kering. ©2017 Merdeka.com

Merdeka.com - Puncak musim kemarau diprediksi akan terjadi di wilayah Nusa Tenggara Timur pada awal bulan Oktober mendatang, namun para petani mulai mengeluhkan lahan mereka yang mengalami kekeringan akibat ketersediaan yang air terbatas.

Lahan pertanian mereka menguning dan mengering. Selokan yang biasa dialiri air kini kering, bahkan ternak sapi milik petani pun dilepasliarkan untuk mencari makan sendiri berupa rumput kering dilahan yang biasanya hijau ditanami padi.

Agar lahan kering tersebut tidak ditinggalkan hingga musim penghujan tiba, petani sawah di Oebufu, Kota Kupang, memanfaatkan dengan menanam palawija berupa sayur-sayuran, maupun kacang-kacangan yang kemudian akan dijual ke pasaran demi memenuhi kebutuhan setiap hari di musim paceklik seperti ini.

"Tanam padi kalo ada air itu hanya padi khusus padi saya. Kalo air sudah mulai kering begini paling tanam bawang, sayur, tomat lombok itu saya dan kacang, kata Florida Penu, salah satu petani yang ditemui, Senin (11/9).

Sementara itu Kepala Stasiun Klimatologi Lasiana Kupang, Apolinaris Garre menyatakan, musim kemarau mulai terjadi sejak dua bulan lalu. Hal ini dibuktikan dengan berkurangnya curah hujan yang terjadi di hampir seluruh wilayah NTT.

"Sebagian besar wilayah NTT sudah mengalami tidak hujan yaitu 31 sampai 60 hari, bahkan ada yang lebih dari 60 hari sehingga kategorinya kekeringan sudah sangat panjang dan kekeringan ekstrim," ungkapnya.

Menurut Apolinaris, curah hujan yang sangat rendah terjadi di wilayah NTT diakibatkan oleh berhembusnya munson australia yang bersifat kering. Di wilayah itu juga, sudah ada dua Kabupaten yakni, Timor Tengah Selatan dan Timor Tengah Utara sudah mulai melaporkan kondisi darurat kekeringan.

"Ini sudah terjadi di semua wilayah NTT dan analisi data yang kami terima juga, bahwa kalo kita lihat di peta itu hampir atau semua sudah berwarna coklat, atau curah hujan kategorinya rendah itu 0-50 mili meter per dasaria atau per sepuluh hari," tambahnya.

(mdk/rhm)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Puluhan Hektare Lahan Pertanian di Lumajang Rusak dan Terancam Gagal Panen Setelah Diterjang Angin Kencang
Puluhan Hektare Lahan Pertanian di Lumajang Rusak dan Terancam Gagal Panen Setelah Diterjang Angin Kencang

Yulianto, salah seorang petani mengatakan lahannya terancam gagal panen atas kondisi kerusakan tersebut.

Baca Selengkapnya
TNI Diserang KKB Usai Pengamanan Natal di Papua Barat, 1 Gugur dan 1 Luka Tembak di Perut
TNI Diserang KKB Usai Pengamanan Natal di Papua Barat, 1 Gugur dan 1 Luka Tembak di Perut

Almarhum akan diterbangkan ke Padang hari ini pada pukul 12.45 WIT dan diperkirakan tiba di BIM Padang Pariaman pada pukul 19.15 WIB.

Baca Selengkapnya
Petani Ditangkap Usai Bakar Satu Hektare Lahan Kebun Sawit di Riau
Petani Ditangkap Usai Bakar Satu Hektare Lahan Kebun Sawit di Riau

Polisi menyita barang bukti berupa tiga batang kayu bekas terbakar dan satu mancis.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
67.955 Prajurit TNI Dikerahkan Amankan Lebaran dan Arus Mudik
67.955 Prajurit TNI Dikerahkan Amankan Lebaran dan Arus Mudik

Pergerakan masyarakat selama libur lebaran tahun ini diprediksi akan mengalami peningkatan.

Baca Selengkapnya
Fakta Terbaru Dampak Kekeringan di Jateng, Warga Makin Sulit Dapat Air Bersih
Fakta Terbaru Dampak Kekeringan di Jateng, Warga Makin Sulit Dapat Air Bersih

Dampak musim kemarau juga dirasakan petani karena menyebabkan mereka mengalami gagal panen.

Baca Selengkapnya
Pj. Gubernur Jateng Apresiasi Mentan Beri Solusi Cepat untuk Petani
Pj. Gubernur Jateng Apresiasi Mentan Beri Solusi Cepat untuk Petani

Nana menyebutkan petani saat ini menghadapi tantangan yang besar, seperti dampak perubahan iklim.

Baca Selengkapnya
Arus Balik Lebaran Malam Ini, Pemudik ke Jakarta Menyemut di Pantura hingga Arteri Karawang
Arus Balik Lebaran Malam Ini, Pemudik ke Jakarta Menyemut di Pantura hingga Arteri Karawang

Rata-rata titik kemacetan terjadi di titik menjelang dan setelah SPBU.

Baca Selengkapnya
Kekeringan Makin Parah, Begini Perjuangan Warga Jateng Memperoleh Air Bersih
Kekeringan Makin Parah, Begini Perjuangan Warga Jateng Memperoleh Air Bersih

Mereka sudah merasakan dampak kekeringan sejak Mei.

Baca Selengkapnya
Mencicipi Putu Piring, Makanan Khas Melayu Riau yang Terbuat dari Tepung Beras dan Rempah-Rempah
Mencicipi Putu Piring, Makanan Khas Melayu Riau yang Terbuat dari Tepung Beras dan Rempah-Rempah

Makanan tradisional khas Kepulauan Riau ini selalu diburu penggemarnya sebagai sajian berbuka puasa.

Baca Selengkapnya