Potret miris warga perbatasan, keluar masuk hutan demi dapat sembako
Merdeka.com - Potret warga perbatasan di Apau Kayan, Malinau, Kalimantan Utara dengan Malaysia, begitu memprihatinkan. Demi dapat sembako, mereka melalui jalan rusak parah. Bahkan mereka bisa sampai bermalam di tengah belantara hutan tropis dan aliran sungai.
Akses jalan warga Apau Kayan menuju ke kabupaten di provinsi tetangga, Long Bagun, di Kabupaten Mahakam Ulu (Mahulu), Kalimantan Timur, rusak demikian parah dan tidak ada perawatan 17 tahun terakhir.
Ada ragam aktivitas warga perbatasan. Selain membeli sembako di Mahulu, juga ikut menumpang mobil dobel gardan berangkat ke Mahulu. Risiko di depan mata, apabila mereka diadang hujan deras, maupun usai guyuran hujan.
"Kalau sudah jalan rusak, itu mobil bisa ikutan rusak karena jalannya memang rusak parah. Mesin kan panas kalau lewat jalan begitu (berlumpur)," kata warga Malinau, Yogi saat berbincang bersama merdeka.com, Kamis (24/8).
"Kalau sudah mobil yang angkut sembako rusak, mau tidak mau warga ini mesti jalan kaki, tembus sana sini di jalan hutan. Yang menyedihkan ya itu tadi, kalau habis hujan, ataupun kalau sedang diguyur hujan," ungkapnya.
Beratnya medan yang mesti melalui kubangan lumpur dan sungai, lantaran minimnya jembatan membuat warga terkadang merasa bertaruh nyawa.
"Kalau jalan kaki, ya bisa berhari-hari. Pastinya bermalam di hutan. Karena ya itu tadi, mobil rusak. Padahal itu sudah mobil dobel gardan," terangnya.
Kondisi itu membuat tidak sedikit warga yang berpikir dua kali untuk beli sembako di provinsi tetangga, Kalimantan Timur. Solusinya, warga mendapatkan sembako maupun BBM dari Malaysia, di kawasan Tapak Mega.
"Mau tidak mau ya begitu," demikian Yogi.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ayu Ting Ting menikmati momen jalan-jalan bersama keluarga saat mengunjungi Kuala Lumpur.
Baca SelengkapnyaMinimnya lapangan pekerjaan dan upah buruh yang rendah membuat warga Blitar rela meninggalkan kampung halamannya
Baca SelengkapnyaKeluhan Pemudik di Merak: Kami Sudah Sabar Semalaman, Tapi Belum Juga Masuk Kapal
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Penghuni asli Pulau Rempang yang hidup di hutan belantara kini sudah berada diambang kepunahan.
Baca SelengkapnyaKerajaan ini memiliki kekayaan alam dan tanah yang subur serta dikenal sebagai penguasa perairan di bagian utara Selat Malaka.
Baca SelengkapnyaLuas lahan yang terbakar mencapai sekitar 15 hektare. Enam titik api sudah berangsur padam.
Baca SelengkapnyaCerita petani berhasil panen padi hingga 1 ton di lahan transmigrasi yang ia garap.
Baca SelengkapnyaBerikut potret Jenderal Polisi turun gunung untuk mengatur lalu lintas mudik.
Baca SelengkapnyaAirnya sangat jernih hingga membuat dasar sungai tampak jelas
Baca Selengkapnya