Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Potret Kerukunan Warga di Surabaya dengan 6 Rumah Ibadah Saling Berdampingan

Potret Kerukunan Warga di Surabaya dengan 6 Rumah Ibadah Saling Berdampingan 6 Rumah ibadah berdampingan di Surabaya. ©2019 Merdeka.com/erwin yohanes

Merdeka.com - Hidup rukun berdampingan tentu menjadi dambaan setiap warga. Apalagi, di tengah perbedaan keyakinan, umat yang ada mampu menyelaraskan kehidupan bertetangga yang cukup harmonis.

Hal ini lah yang tercermin dari kehidupan rukun tetangga di Perumahan Royal Residence, Wiyung, Surabaya. Dengan berbagai macam latar belakang, mulai dari multi etnis, pekerjaan, hingga agama, warga perumahan di kawasan tersebut dapat menjadi representasi kehidupan rukun masyarakat Indonesia pada umumnya.

Yang paling unik, adalah kehidupan rukun beragama warga di kawasan tersebut. Hal ini tercermin dari berdirinya 6 rumah ibadah yang saling berdampingan pada lokasi yang sama. Keenam rumah ibadah tersebut, sesuai dengan 6 agama yang diakui di Indonesia, yakni, Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Konghucu.

Uniknya meski berbeda, keenam rumah ibadah yang berdiri dalam satu lokasi berdampingan itu tidak menggunakan pagar atau pembatas lainnya. Sehingga, lokasi rumah ibadah itu terlihat menyatu dan indah, lantaran antara satu bangunan dan lainnya memiliki perbedaan gaya arsitektur masing-masing agama.

"Dalam satu lokasi itu ada Masjid Muhajirin, Gereja Katolik Kapel Santo Yustinus dan Kristen Protestan GKI Royal Residence, Kelenteng Ba De Miao, Vihara Budhayana Royal Residence, dan Pura Sakti Raden Wijaya," ujar Ketua Forum Komunikasi antar Rumah Ibadah (FKRI) Royal Residence, Indra Prasetyo, saat berbincang dengan merdeka.com, Selasa (24/12).

Indra menambahkan, selama ini kerukunan antar umat di kawasan perumahan ini diakuinya cukup terjaga, meski dalam satu lokasi berderet 6 rumah ibadah dari 6 agama yang berbeda. Untuk tetap menjaga kebersamaan tanpa mengganggu peribadatan masing-masing umat, ada beberapa kesepakatan yang dicapai oleh warga.

Ia mencontohkan, meski masjid berpengeras suara, namun itu hanya digunakan untuk azan saja. Di luar itu, masjid hanya menggunakan pengeras suara yang ada di dalam masjid. Demikian juga dengan gereja maupun tempat ibadah lainnya, meski terdapat lonceng, namun tidak pernah dibunyikan.

"Kesepakatan warga demikian. Bahkan, di masjid tidak ada bedhugnya. Lonceng di gereja atau rumah ibadah lainnya tetap ada, tapi bandulnya dilepas, sehingga tidak dapat dibunyikan," ujarnya.

Ia mengakui, hal ini dikarenakan adanya rasa toleransi dan komunikasi yang baik antar umat beragama yang tergabung dalam FKRI.

"Komunikasi ini yang terus kita jaga. Karena dari komunikasi ini, kita dapat saling menjaga kerukunan antar umat beragama di sini," tambahnya.

Saling Menjaga Toleransi

Indra menceritakan, meski keenam rumah ibadah itu saling berdampingan antara satu dengan lainnya, namun selama ini tidak pernah menimbulkan persoalan yang pelik antar umat beragama yang memakai rumah ibadah tersebut.

Bahkan, antar rumah ibadah tidak saling terganggu jikalau ada peribadatan yang sedang berlangsung pada setiap rumah ibadah. "Komunikasi itu kuncinya. Kalau umat Islam kan harus 5 waktu (salat) kegiatan ibadahnya, sedangkan yang lain kan waktu tertentu. Nah di situlah forum ini berperan. Yang penting komunikasi dan tidak saling mengganggu," ungkapnya.

Selama ini, umat masing-masing agama yang beribadah di tempat ibadah tersebut, dapat saling memahami. Sehingga, proses peribadatan masing-masing agama di perumahan itu, dapat berjalan dengan lancar dan tiada kendala yang berarti.

"Contohnya lagi begini, umat Kristen biasanya ibadah pada hari Minggu, dengan demikian yang Katolik biasanya memilih hari Sabtu. Jadi mereka dapat menjalankan prosesi ibadahnya dengan tenang," ungkapnya.

Lalu, bagaimana kebhinekaan ini diwujudkan dalam kegiatan umat bersama? Indra menegaskan meski soal ibadah adalah urusan umat masing-masing, namun di kawasannya tetap ada kegiatan yang melibatkan antar umat beragama.

Ia mencontohkan, saat ada kegiatan Agustusan (memperingati hari kemerdekaan), setiap masing-masing agama mengirimkan wakilnya, untuk berperan sebagai pendoa. Mereka pun berdoa dalam kegiatan bersama dengan doa dan kepercayaan masing-masing umat.

"Semua (agama) mengirimkan perwakilannya. Kemudian berdoa bergantian sesuai dengan kepercayaan masing-masing. Yang mengamini ya umatnya masing-masing. Itu kan gak papa, mendoakan negara sesuai dengan agama masing-masing," pungkasnya.

Untuk terus menjaga kerukunan umat di wilayah tersebut, komunikasi yang intensif dalam FKRI lah yang menjadi kuncinya. Untuk itu, sebagai Ketua FKRI, dirinya bertekad untuk terus dapat menjaga kondisi di wilayah tersebut agar dapat terus kondusif. "Kuncinya sekali lagi adalah komunikasi di sini. Kami juga mohon doanya supaya kerukunan umat ini akan dapat terus terjaga," tegasnya.

(mdk/bal)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Kenikmatan Pecel Semanggi Surabaya, Berawal dari Kebiasaan Warga Meramban Tanaman di Sekitar Rumah Kini Jadi Warisan Budaya
Kenikmatan Pecel Semanggi Surabaya, Berawal dari Kebiasaan Warga Meramban Tanaman di Sekitar Rumah Kini Jadi Warisan Budaya

Kuliner ini punya sejumlah manfaat untuk kesehatan, mulai mencegah diare hingga melancarkan aliran darah

Baca Selengkapnya
Potret Makam Keramat di Samping Mal Besar Surabaya, Sosoknya Ternyata Bukan Orang Sembarangan
Potret Makam Keramat di Samping Mal Besar Surabaya, Sosoknya Ternyata Bukan Orang Sembarangan

Hingga kini, makamnya selalu bersih dan rapi karena banyak diziarahi warga lokal

Baca Selengkapnya
Dulu Ladang Luas Pemandangannya Indah, Begini Kisah Kampung Bersejarah Hadiah Raja di Tengah Kota Surabaya
Dulu Ladang Luas Pemandangannya Indah, Begini Kisah Kampung Bersejarah Hadiah Raja di Tengah Kota Surabaya

Kampung ini memiliki nuansa bersejarah yang kental.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Kini Tinggal Kenangan, Ini Potret Toko Pertama yang Sediakan Jasa Antar Barang dan Jadi Tempat Nongkrong Pemuda Pejuang Surabaya
Kini Tinggal Kenangan, Ini Potret Toko Pertama yang Sediakan Jasa Antar Barang dan Jadi Tempat Nongkrong Pemuda Pejuang Surabaya

Mirisnya bangunan cagar budaya ini dihancurkan untuk pembangunan mall

Baca Selengkapnya
Wanita Ini Bagikan Kondisi Rumahnya yang Dikepung Ulat Jati, Potretnya Bikin Merinding
Wanita Ini Bagikan Kondisi Rumahnya yang Dikepung Ulat Jati, Potretnya Bikin Merinding

Siapa yang tak merinding jika rumah huniannya dikepung ulat di banyak penjuru.

Baca Selengkapnya
Jatuh Bangun Sering Diremehkan, Pria Ini Kini Sukses Budidaya Belut dan Miliki 200 Kolam
Jatuh Bangun Sering Diremehkan, Pria Ini Kini Sukses Budidaya Belut dan Miliki 200 Kolam

Seorang pembudidaya belut mampu kembangkan hingga 200 kolam meski sempat diremehkan hingga merugi.

Baca Selengkapnya
Pemudik Balik ke Jakarta, Surabaya dan Bandung Masih Padati Enam Stasiun Daop 4, Tertinggi Stasiun Tawang
Pemudik Balik ke Jakarta, Surabaya dan Bandung Masih Padati Enam Stasiun Daop 4, Tertinggi Stasiun Tawang

Jumlah penumpang di Stasiun Tawang rata-rata 8.139 penumpang per hari.

Baca Selengkapnya
Sederhana Berlapis Kayu & Berlantai Semen Namun Kini Hangus dan Jadi Abu, Ini 8 Potret Rumah Masa Kecil Fikoh LIDA Sebelum Terbakar
Sederhana Berlapis Kayu & Berlantai Semen Namun Kini Hangus dan Jadi Abu, Ini 8 Potret Rumah Masa Kecil Fikoh LIDA Sebelum Terbakar

Simak potret rumah masa kecil Fikoh LIDa sebelum terbakar!

Baca Selengkapnya
Bocah di Jakarta Utara 'Disunat Jin' Usai Kencing di Kali, Ternyata Ini yang Terjadi
Bocah di Jakarta Utara 'Disunat Jin' Usai Kencing di Kali, Ternyata Ini yang Terjadi

Dilansir dari Liputan6, ocah 6 tahun, AJ disunat jin yang memicu perhatian warga Mereka berbondong-bondong ke rumah AJ, . Simak kronologi selengkapnya!

Baca Selengkapnya