Merdeka.com - Sebanyak 162 orang meninggal dunia dampak gempa bumi magnitudo 5,6 yang mengguncang Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Senin (21/11) kemarin. Lebih dari 300 orang luka-luka, 7.060 mengungsi, dan 31 masih hilang.
Tak hanya itu, 3.075 rumah rusak ringan, 33 rusak sedang, dan 59 rusak berat. Sekolah, pesantren, hingga rumah sakit juga ikut luluh lantak.
Peneliti Geoteknologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Adrin Tohari menilai, kerusakan besar usai gempa Cianjur dipicu dua hal. Pertama, kondisi geologi di Cianjur.
Dia menyebut, Cianjur merupakan daerah endapan gunung api muda. Kondisi ini membuat efek guncangan gempa bumi terasa lebih kuat atau besar.
Kedua, bangunan yang berada di Cianjur tidak tahan gempa. Sehingga saat guncangan kuat akibat gempa terjadi, rumah menjadi mudah rusak dan ambruk.
"Itu yang menyebabkan banyak korban jiwa, karena terkena reruntuhan bangunan," kata Adrin kepada merdeka.com, Selasa (22/11).
Adrin menegaskan, pada dasarnya gempa bumi dengan magnitudo sebesar apapun tidak mematikan. Korban jiwa yang ditimbulkan umumnya dipicu bangunan yang ambruk.
Dia mengambil contoh Jepang. Di negara yang dijuluki Negeri Matahari Terbit itu, gempa bumi merupakan hal biasa. Jumlah korban jiwa akibat gempa bumi bisa ditekan sekecil mungkin melalui bangunan tahan gempa.
"Di Jepang itu, kalau ada gempa M7, bangunan-bangunan bertingkat mereka tetap aman, tidak ada yang rubuh," jelasnya.
Sementara Pakar Gempa dan Tsunami GNS Science, Aditya Gusman berpendapat, kerusakan dahsyat di Cianjur dipicu episenter gempa dekat dengan permukiman penduduk. Selain itu, karakteristik gempa yang mengguncang Cianjur dangkal.
"Kalau gempa dangkal, dekat dengan pemukiman, ini merusak," ujarnya.
Mengenai mayoritas bangunan di Cianjur ambruk usai gempa, Aditya menilai perlu investigasi mendalam. Apakah bangunan tersebut tahan gempa atau sebaliknya.
Aditya mengakui bangunan tidak tahan gempa menyebabkan banyak orang meninggal dunia. Bila rumah warga tahan gempa, saat gempa dahsyat terjadi, rumah tidak akan ambruk. Paling parah hanya mengalami retak.
"Jadi kalaupun rusak tidak menyebabkan kematian," ucapnya.
Advertisement
Aditya mengatakan, jumlah korban jiwa akibat bencana alam seperti gempa bumi bisa ditekan. Caranya menerapkan pendidikan siaga bencana sejak dini.
Dia mencontohkan warga Jepang yang terbiasa menghadapi bencana gempa bumi. Perilaku tersebut terbentuk karena pendidikan siaga bencana sudah diikuti anak-anak Jepang di sekolah berjenjang.
"Di sana bagus. Dari TK, SD, setiap tahun ada trial (siaga bencana)," kata dia.
Menurut Aditya, menerapkan pendidikan siaga bencana tidak memakan banyak biaya. Pemerintah cukup bekerja sama dengan satuan pendidikan untuk mengedukasi siswa.
"Intinya anak-anak perlu tahu apa yang harus mereka lakukan ketika terjadi bencana," tandasnya. [tin]
Baca juga:
CEK FAKTA: Tidak Benar Air Laut di Pantai Pangandaran Surut Usai Gempa Cianjur
Jokowi Minta Utamakan Evakuasi Korban Gempa Cianjur dan Buka Akses Jalan
Jalan Desa di Cugenang Terputus, Pencarian Korban Gempa Cianjur Terkendala
Kisah Korban Gempa Cianjur, Andalkan Lambaikan Tangan saat Tubuh Tertindih Atap Rumah
Viral Video Detik-Detik Gempa Cianjur yang Telan Banyak Korban, Menegangkan
Tinjau Korban Gempa, Jokowi Berangkat ke Cianjur Lewat Jalur Darat
BMKG: Sejarah Catat 14 Kali Gempa Merusak Terjadi di Cianjur-Sukabumi
Komisi III soal Mahasiswa UI Tewas Jadi Tersangka: Penanganan Tidak Profesional
Sekitar 16 Menit yang laluJadi Inspirasi, BPJS Ketenagakerjaan Berikan Penghargaan Kepada Pemkab Muna Barat
Sekitar 17 Menit yang laluTerungkap, Teddy Minahasa Hendak Edarkan Sabu Hasil Sitaan ke Riau bukan Jakarta
Sekitar 18 Menit yang laluPanglima Yudo Mutasi 84 Jabatan TNI, Brigjen TNI Rafael Granada Jabat Danpaspampres
Sekitar 23 Menit yang laluJokowi Tiba-Tiba Minta Rombongan Berhenti di RTH Taman Bung Karno
Sekitar 29 Menit yang laluBagir Manan Cecar Calon Hakim Soal Kasus HAM Berat Tak Tuntas, Dijawab Karena Politik
Sekitar 30 Menit yang laluCak Imin Tak Tahu soal Perjanjian Politik Prabowo dan Anies
Sekitar 34 Menit yang laluCak Imin Ungkap Alasan Gerindra-PKB Belum Umumkan Capres-Cawapres
Sekitar 37 Menit yang laluFaktor Historis Jadi Alasan NasDem Lebih Nyaman dengan Golkar Ketimbang Demokrat-PKS
Sekitar 40 Menit yang laluSidang Vonis Putri Candrawathi Digelar pada 13 Februari 2023
Sekitar 1 Jam yang laluDiburu Polisi Setelah Bunuh Selingkuhan, Pria Malang Ditemukan Tewas Tergantung
Sekitar 1 Jam yang laluCegah Stunting, Menkes Minta Orangtua Penuhi Gizi Anak Usai 6-24 Bulan
Sekitar 1 Jam yang laluTerinspirasi Pangeran Sambernyawa, Polres Wonogiri Usung Konsep Kerja SUPER
Sekitar 2 Jam yang laluKisah Edward Pernong Pensiunan Jenderal Polisi Dipanggil Soeharto, Langsung Promosi
Sekitar 3 Jam yang laluHarta Kompol D yang Nikah Sirih dengan Nur Capai Rp1,5 M
Sekitar 3 Jam yang laluMpok Alpa Tiba-tiba ke Kantor Polisi 'Terima Kasih Bapak-bapak Ganteng'
Sekitar 3 Jam yang laluMomen Sidang Duplik Putri Candrawathi Menepis Asumsi Omong Kosong JPU
Sekitar 1 Jam yang laluKubu Putri Candrawathi Sindir Jaksa: Mungkin Penuntut Umum Terlalu Lelah
Sekitar 3 Jam yang laluPengacara Putri Candrawathi Baca Duplik: Replik JPU Hanya Klaim Kosong
Sekitar 3 Jam yang laluPengacara Ferdy Sambo Rangkum Keterangan Bharada E yang Disebut Inkonsistensi
Sekitar 4 Jam yang laluMomen Sidang Duplik Putri Candrawathi Menepis Asumsi Omong Kosong JPU
Sekitar 1 Jam yang laluKubu Putri Candrawathi Sindir Jaksa: Mungkin Penuntut Umum Terlalu Lelah
Sekitar 3 Jam yang laluPengacara Putri Candrawathi Baca Duplik: Replik JPU Hanya Klaim Kosong
Sekitar 3 Jam yang laluPengacara Ferdy Sambo Rangkum Keterangan Bharada E yang Disebut Inkonsistensi
Sekitar 4 Jam yang laluMomen Sidang Duplik Putri Candrawathi Menepis Asumsi Omong Kosong JPU
Sekitar 1 Jam yang laluPengacara Ferdy Sambo Rangkum Keterangan Bharada E yang Disebut Inkonsistensi
Sekitar 4 Jam yang laluHari Ini, Bharada E dan Putri Candrawathi Hadapi Sidang Duplik
Sekitar 6 Jam yang laluApakah Boleh Memperoleh Vaksin Campak Bersamaan dengan Booster COVID-19?
Sekitar 3 Hari yang laluAntisipasi Penyakit Ngorok, Dinas Pertanian Madina Maksimalkan Penyuntikan Vaksin
Sekitar 1 Minggu yang laluLink Live Streaming BRI Liga 1: Persikabo 1973 Vs Persita
Sekitar 59 Menit yang laluAdvertisement
Advertisement
AM Hendropriyono
Guru Besar Sekolah Tinggi Intelijen Negara
Ingatlah untuk menjaga komentar tetap hormat dan mengikuti pedoman komunitas kami