Mengenang kejayaan sandiwara radio yang kini menghilang
Merdeka.com - "Ferry Fadly sebagai Brama Kumbara, dan Elly Ermawati sebagai Dewi Mantili."
Anda yang mengalami masa kecil dan remaja di era 1980 hingga awal 1990-an tentu ingat dengan kalimat pengantar itu. Ya, itulah salah satu pembuka sebelum drama radio Saur Sepuh diperdengarkan di stasiun radio.
Telinga orang tua kita, mungkin mungkin familiar dengan nama Dewi Mantili, jagoan silat dan perempuan pintar dalam soal telik sandi. Di dekade 80-an, telinga para pendengar radio dimanjakan dengan sandiwara radio atau drama radio. Berbagai drama radio menjadi acara utama selain musik di radio-radio baik yang menggunakan frekuensi FM maupun AM.
Beberapa sandiwara radio yang melegenda hingga ada yang diangkat ke layar lebar seperti Saur Sepuh, Misteri Gunung Merapi, Tutur Tinular, Brama Kumbara, Ibuku Sayang Ibuku Malang, dan berbagai judul lainnya, mewarnai program radio kala itu. Pengiklan pun antre untuk memperkenalkan produknya dalam acara tersebut.
Menurut salah seorang produser sandiwara radio di Radio Republik Indonesia (RRI) Bandung, Ayo Riady yang dikenal dengan nama Mang Ayo, redupnya acara sandiwara radio karena pilihan media saat ini sudah mulai beragam.
"Kalau dulu orang dapat informasi paling banyak dari radio. Sekarang televisi, koran, dan internet. Radio jadi nomor sekian," katanya.
Dia mengatakan redupnya sandiwara radio, bukan persoalan tim kreatif yang dimiliki radio. Tapi saat ini mulai berkurangnya pendengar radio. "Di RRI Bandung masih ada tiga orang penulis naskah sandiwara radio, tapi durasi siarannya hanya sekali seminggu saat ini, dan disiarkan pada hari Rabu malam dengan durasi sekitar 60 menit," katanya saat dihubungi merdeka.com. Jumat (15/11).
Mang Ayo mengungkapkan, sandiwara radio sekarang berubah dari cerita-cerita legenda dan pertarungan atau silat yang populer zaman dulu. Tema yang diangkat berupa cerita-cerita seperti persoalan remaja dan berbagai tema yang menarik lainnya. "Ini tergantung target pendengarnya, kalau radio anak muda cenderung menyiarkan cerita-cerita soal anak muda, seperti percintaan," ujarnya.
Dia menambahkan, kini sandiwara radio digunakan sebagai ajang penyuluhan program pemerintah pada masyarakat, seperti pertanian dan lainnya.
Menurut Mang Ayo, beberapa radio di Bandung, selain RRI masih ada yang menyiarkan sandiwara radio seperti Ardan FM, dan Cosmo FM. "Tapi yang saya bilang, bukan karena tidak adanya tim kreatif, ini karena persaingan media saja. Mendengarkan radio bukan lagi nomor satu," tukasnya.
Meski sandiwara radio sulit kembali jaya seperti tahun 80-an, Mang Ayo yakin masih ada para pendengar radio yang menyukai. Namun, pemilik radio harus mengkreasikan ulang cerita sandiwara radio seperti apa yang disukai pendengar.
"Saya optimistis, sandiwara radio ini tidak redup sepenuhnya. Radio pun perlu program-program seperti sandiwara radio, terutama dengan cerita kekinian," tandasnya.
Anda generasi pendengar sandiwara radio cerita silat dan legenda tempo dulu? Jangan sedih, di internet banyak rekaman sandiwara itu yang bisa diunduh. Anda bisa menikmatinya lagi sambil mengenang masa remaja Anda.
(mdk/bal)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Walau masa kejayaan jalur pantura di musim mudik lebaran sudah berakhir, namun sisa-sisa nostalgia itu masih bisa dirasakan.
Baca SelengkapnyaKedatangan Ganjar disambut antusias warga setempat.
Baca SelengkapnyaSalah satu masyarakat asli Sumatra Timur yang kesehariannya hidup di perairan ini berperan dalam melestarikan kehidupan bahari.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Nama bandara ini diambil dari nama Perdana Menteri Indonesia terakhir
Baca SelengkapnyaSejak tingginya aktivitas imigrasi orang-orang Jawa ke Sumatera, mereka menetap dan membentuk sebuah komunitas.
Baca SelengkapnyaSebuah video merekam ketika Soeharto didampingi oleh wakil presiden (wapres) eks jenderal TNI bintang 4. Momen nostalgianya berhasil menarik perhatian publik.
Baca SelengkapnyaSiapa sangka jika soto tangkar berangkat dari ketidakmampuan warga Betawi membeli daging sapi. Begini kisahnya
Baca SelengkapnyaTari Serampang XII, kesenian tradisional dari Sumatra Utara yang menggambarkan kisah asmara dengan 12 ragam gerakan berbeda.
Baca SelengkapnyaDua sosok Jenderal TNI bintang lima ini ternyata pernah jadi atasan dan bawahan. Simak karier keduanya hingga mampu meraih penghargaan tertinggi militer.
Baca Selengkapnya