Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Mengabdikan Diri di Pendalaman Demi Anak-Anak Papua

Mengabdikan Diri di Pendalaman Demi Anak-Anak Papua Guru dan Para Murid SMPN Tsinga Papua. ©2021 Istimewa

Merdeka.com - Udara di Beanegogom, Banigogom, Kecamatan Tembagapura, Kabupaten Mimika, Papua, terasa sejuk, hari itu. Padahal, jam menunjukkan tepat pukul 12. Posisi matahari pun sudah tepat di atas kepala.

Pegunungan mengepung kawasan ini. Pepohonan rimbun menjulang tinggi menjadi pemandangannya. Semua serba hijau. Benar-benar menenangkan.

Beberapa rumah warga berdiri di sana. Termasuk bangunan sekolah. Yakni Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) Tsinga.

Hari itu, Toni Arwan tidak mengajar. Dia hanya mengisi waktu pagi dengan ibadah di gereja. Setelah selesai, dia tampak bergegas ke ruang guru, sekaligus menjadi tempat tinggalnya.

Sejumlah barang dia masukkan ke tas ransel. Mulai dari biskuit, beras 1,5 liter dan pakaian. Toni kemudian sigap mengambil sepasang sepatu. Tas ransel dia panggul di punggung. Sementara di tangan kanan menjinjing jeriken bermuatan air 5 liter.

Persiapan Toni cukup matang. Dia tidak ingin ada kendala di tengah jalan. Sebab perjalanan dari Beanegogom menuju Kota Timika tidak sebentar. Menghabiskan waktu hingga berjam-jam.

Bersama seorang rekannya, dia mantap meninggalkan Beanegogom. Sejak jauh hari, keduanya mempersiapkan fisik mereka. Bukan hanya untuk mengikuti seleksi kompetensi tahap 1 Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (P3K). Tetapi medan perjalanan ditempuh benar-benar butuh kesiapan.

Mereka harus membelah pegunungan. Jalanan mendaki. Bebatuan tajam di sisi kiri dan kanan kokoh berdiri. Sungguh sangat terjal. Sedikit saja terpeleset, jiwa terancam. Terguling dan masuk ke jurang.

"Dari kampung tidak ada jalan menurun, pokoknya medannya mendaki terus," kisah pemuda 30 tahun ini menceritakan perjalanannya pada 29 Agustus 2021 lalu.

Setiap kali terasa lelah, mereka memilih beristirahat. Keduanya harus benar-benar menyimpan tenaga. Jangan sampai perjuangan di tengah jalan mengalahkan semangat menjadi ASN P3K.

guru dan para murid smpn tsinga

Empat jam tak terasa. Jalanan ekstrem itu berhasil ditaklukkan meski kaki terasa melepuh. Mereka tiba di Bandar Udara Mozes Kilangin, Mimika, tepat sebelum matahari terbenam.

Jangan bayangkan dulu perjuangan mereka selesai. Belum sama sekali. Mereka harus menunggu pesawat hingga keesokan harinya. Sebab jadwal penerbangan di Mimika sangat terbatas. Hanya dua kali dalam sepekan, dengan kapasitas 6 penumpang.

Malam itu, Toni dan rekannya bermalam di Honai. Sebuah rumah adat milik warga Papua. Letaknya tak jauh dari bandara. Bekal beras yang dibawa, mereka olah untuk mengisi perut. Lelah hari itu terbayarkan dengan makan bersama.

Keesokan harinya tiba. Perjuangan menjadi ASN sudah di depan mata. Tatkala pesawat membawa mereka lepas landas dari Bandara Mozes Kilangin. 20 Menit kemudian, mereka tiba di Kota Timika, tempat seleksi dilakukan pada 14 September 2021.

Memang, waktu seleksi masih dua pekan lagi. Pilihan datang lebih awal terpaksa mereka lakukan. Sebab bila cuaca buruk menerjang, tak ada penerbangan dari Kabupaten Mimika. Keduanya harus membuat perhitungan jeli. Sebab tidak ingin hambatan itu menggagalkan mimpi menjadi abdi negara.

Hari ditunggu tiba. Pemuda asal Mambi, Mamasa, Sulawesi Barat ini percaya diri mengikuti tes hari itu. Beberapa pekan kemudian, kabar bahagia datang. Toni lolos sebagai guru P3K. Semua perjuangan dilalui tak lagi dirasa. Berubah menjadi kebahagiaan nyata.

Satu bulan lebih Toni berada di Kota Mimika. Selama itu pula, aktivitas belajar di kelasnya terhenti. Lagi-lagi, jadwal penerbangan dan cuaca menjadi kendala tersendiri. Toni baru bisa kembali di tanggal 13 Oktober.

"Perjuangan ini berbuah bahagia, hilang semua lelah," ucapnya semringah.

guru dan para murid smpn tsinga

Kelompok Kriminal Bersenjata jadi Tantangan

Tujuh tahun sudah Toni berada di Tanah Papua. Dia memilih mengabdi di Bumi Cendrawasih, daripada daerah lainnya. Meski sadar akan menjadi tantangan tidak mudah untuk dilalui.

Toni mengawali karirnya sebagai guru di SMPN Omauga sejak 2015-2020. Terletak di Kecamatan Mimika Timur Jauh, Kabupaten Mimika. Sebuah daerah terpencil. Tetapi pada awal 2021, dia diminta mengajar di SMPN Tsinga. Menggantikan seorang guru yang keluar.

Toni membagikan kisahnya selama mengajar. Tepat ketika mengikuti seleksi P3K, terpaksa murid-muridnya diliburkan. Mereka baru ke sekolah lagi ketika Toni kembali.

Memulai kembali proses belajar mengajar butuh waktu lama. Sebab Toni harus menyampaikan pengumuman terlebih dahulu melalui gereja, pasar dan kepala suku. Kadang kala, Toni dan para guru lainnya menitipkan pesan kepada warga untuk menyampaikan pada siswa agar kembali sekolah. Seminggu kemudian, para siswa barulah masuk. Itu pun tidak semuanya, bertahap.

Diakui Toni, bayang-bayang kelompok kriminal sering kali singgah di kepalanya saat menjalankan tugas. Tetapi, dia tidak ingin kerja mulia ini terhenti. Toni selalu bergumam dalam hati. Anak-anak Mimika harus sekolah.

Tantangan lain dihadapi Toni, dia harus menyesuaikan metode pembelajaran sesuai kurikulum dengan kemampuan siswa kategori sedang hingga di bawah rata-rata.

Selama menetap di sana, Toni hanya mengandalkan gaji bulanannya Rp4,5 juta untuk memenuhi kebutuhan. Tidak ada insentif. Bahan makanan dia stok mengingat transportasi menuju Kota Mimika sangat sulit.

"Harus mengirit bahan makanan. Kalau tidak irit, ya siap-siap makan sayur labu siam, petatas, sama keladi," kelarnya.

guru dan para murid smpn tsinga

Siswa Jalan Kaki 2 Jam ke Sekolah

Perjuangan tidak cuma cerita Toni. Melani Kum, seorang siswi SMPN Tsinga juga punya cerita. Saban hari, tas noken berisi alat tulis dia gantungkan di leher.

Selain itu, dia menyelipkan ubi jalar dan keladi buat bekal di perjalanan.

Melani harus berjalan kaki menuju SMPN Tsinga. Butuh waktu kurang lebih 1,5 sampai 2 jam lamanya. Jika lelah, dia memilih beristirahat sambil menyantap bekalnya.

Jalan dilewati tidak mulus. Bahkan harus menanjak dan menuruni bukit. Tak jarang, dia terjatuh saat menghindari batu besar atau melewati permukaan tanah licin.

Melani bercerita. Agar tak terlambat, dia berangkat tepat pukul 6 setiap harinya. Gadis 14 tahun ini tak pernah mengeluh meski harus berjalan jauh melewati lembah menuju sekolah.

"Saya tidak pernah kepikiran ingin berhenti sekolah," katanya.

Melani merupakan satu dari 25 siswa di SMPN Tsinga. Sekolah ini resmi beroperasi pada 23 September 2015, berdasarkan data Kemendikbud Ristek. SMPN Tsinga menampung siswa dari 5 desa, yakni Beanegogom, Tsinga, Doliningokngin, Minipogoma, dan Jongkogoma.

SMPN Tsinga bukan sekolah khusus yang dibangun pemerintah. Bangunannya bekas barak dialihfungsikan jadi tempat menimba ilmu sebagian anak-anak Mimika. SMPN Tsinga memiliki 4 ruang kelas dan satu ruang guru. Ruang guru sekaligus menjadi rumah guru. Ruang kelas siswa sebetulnya tidak layak pakai, tapi tak ada pilihan lain.

guru dan para murid smpn tsinga

"Saya berharap pemerintah bikin gedung sekolah yang bagus dan bikin jalan dari kampung untuk anak sekolah," harap Melani.

Gedung SMPN Tsinga Memprihatinkan

Pemerintah Kabupaten Mimika belum berencana membangun gedung layak untuk siswa SMPN Tsinga. Menurut Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Mimika, Jenni O Usmani, banyak faktor penghambatnya. Pertama, SD di sekitar SMPN Tsinga hanya satu. Sementara syarat membangun SMP minimal memiliki 3 SD pendukung.

Kedua, tidak ada lahan yang tersedia untuk gedung SMPN Tsinga. Ketiga, akses menuju SMPN Tsinga sangat terjal sehingga harus membenahi jalan terlebih dahulu. Membangun jalan tentu membutuhkan anggaran besar. Bahkan, kata Jenny, anggarannya mungkin akan lebih besar daripada gedung sekolah.

"Jadi kita tetapkan begini, pembelajaran sekarang kan tidak harus gedung. Yang penting ada guru, ada murid, itu ada proses. Itu saja intinya," tegasnya.

Jenny sangat prihatin dengan perjuangan siswa yang menempuh jalan hingga 2 jam menuju SMPN Tsinga. Laporan yang diterimanya, siswa tersebut memang melewati lembah, sungai. Namun, dia tak bisa berbuat apa-apa.

Dia hanya bisa menjamin proses pembelajaran di SMPN Tsinga tetap berjalan baik. Berbagai cara telah dilakukan, di antaranya menambah jumlah guru kontrak.

Ihwal guru yang harus berjalan jauh, melewati jalan terjal, demi mengikuti seleksi P3K merupakan hal biasa bagi Jenny. Setiap pekerjaan memang memiliki tantangan tersendiri. Apalagi jika ingin berjuang menjadi pegawai pemerintah.

"Saya juga dulu ke sekolah jalan kaki pulang balik setiap hari. Tidak ada masalah juga. Kita semua ini bukan berasal dari orang berada. Dari lahir tidak dengan mobil. Akhirnya kita dapat berkat dari Tuhan kalau kita kerja benar-benar baik," ucapnya.

Terpisah, Plt Kepala Biro Kerja Sama dan Humas Kemendikbud Ristek, Anang Ristanto, mengatakan SMPN Tsinga merupakan satuan pendidikan di bawah kewenangan pemerintah Kabupaten Mimika. Diakuinya, ruang kelas SMPN Tsinga rusak berat.

Kementerian yang dipimpin Nadiem Makarim itu mendorong pemerintah Kabupaten Mimika segera melakukan pembangunan yang rusak berat. Biayanya bisa memakai Dana Alokasi Khusus (DAK) fisik.

"Adapun tata caranya mengikuti ketentuan Peraturan Presiden tentang Pembangunan, Rehabilitasi atau Renovasi Pasar Rakyat, Prasarana Perguruan Tinggi, Perguruan Tinggi Keagamaan Islam, di Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah," jelasnya.

Pembenahan kesenjangan pendidikan di Papua menjadi prioritas pemerintah. Kemendikbud Ristek telah melakukan intervensi terhadap program peningkatan mutu dan layanan pendidikan. Misalnya dengan memberikan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) majemuk yang biaya satuannya disesuaikan dengan indeks kemahalan wilayah.

"Kebijakan ini memberikan porsi anggaran secara proporsional sesuai dengan indeks kemahalan konstruksi. Sehingga sekolah-sekolah di Papua mendapatkan alokasi dana yang lebih besar dibanding dengan sekolah di provinsi lain," katanya.

(mdk/lia)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Perjuangan Bocah 11 Tahun di Palembang Hidupi 3 Adik Usia Balita Nyambi Jualan Keripik di Sekolah
Perjuangan Bocah 11 Tahun di Palembang Hidupi 3 Adik Usia Balita Nyambi Jualan Keripik di Sekolah

Setelah ibunya meninggal, Iky dan ketiga adik balitanya dan sang nenek mengontrak rumah. Ayahnya pergi meninggalkan mereka tanpa kabar.

Baca Selengkapnya
Anak Yatim ini 2 Kali Gagal kini jadi Polisi Bikin Jenderal Polisi Salut, Sang Ibu 'Semoga Almarhum Bangga'
Anak Yatim ini 2 Kali Gagal kini jadi Polisi Bikin Jenderal Polisi Salut, Sang Ibu 'Semoga Almarhum Bangga'

Simak kisah inspiratif Bintara Polri anak yatim, sampai bikin kagum dua jenderal polisi.

Baca Selengkapnya
Bapak Tiri Membabi Buta Pukuli Anaknya Hingga Terjungkal, Terbentur Tembok & Muntah-Muntah Berujung Tewas
Bapak Tiri Membabi Buta Pukuli Anaknya Hingga Terjungkal, Terbentur Tembok & Muntah-Muntah Berujung Tewas

M, pelaku dan ibu korban merupakan pasangan baru. Mereka baru menjalin biduk rumah tangga sekira 5 bulan.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Cerita Mucikari Anak Sekolah Tobat dan Langsung Mualaf Gara-gara Dapat Mimpi Berangkat ke Tanah Suci
Cerita Mucikari Anak Sekolah Tobat dan Langsung Mualaf Gara-gara Dapat Mimpi Berangkat ke Tanah Suci

Cerita Mucikari Anak Sekolah Tobat dan Langsung Mualaf Gara-gara Dapat Mimpi Berangkat ke Tanah Suci.

Baca Selengkapnya
Polisi TetapkanTersangka Ibu Kandung Bunuh Anaknya Usia 5 Tahun Ditusuk 20 Kali di Bekasi
Polisi TetapkanTersangka Ibu Kandung Bunuh Anaknya Usia 5 Tahun Ditusuk 20 Kali di Bekasi

Tragis pelaku beraksi saat anaknya tengah tertidur pulas

Baca Selengkapnya
Sosok Polisi Nabung di Toko Bangunan Demi Bangun Sekolah Bikin Jenderal Polisi Takjub
Sosok Polisi Nabung di Toko Bangunan Demi Bangun Sekolah Bikin Jenderal Polisi Takjub

Demi menebus asa membangun sekolah, seorang polisi rela menyisihkan gaji untuk menabung.

Baca Selengkapnya
Mengenal Sosok Kopda Hendrianto Prajurit TNI Gugur Ditembak KKB, Baru 9 Bulan Tugas di Papua
Mengenal Sosok Kopda Hendrianto Prajurit TNI Gugur Ditembak KKB, Baru 9 Bulan Tugas di Papua

Mendiang Kopda Hendrianto meninggalkan seorang istri dan dua orang anak

Baca Selengkapnya
Mimpi Bertemu Pria Bermahkota, Warga Jombang Temukan Pusaka & Bangunan Kuno Peninggalan Kerajaan Majapahit di Dalam Hutan
Mimpi Bertemu Pria Bermahkota, Warga Jombang Temukan Pusaka & Bangunan Kuno Peninggalan Kerajaan Majapahit di Dalam Hutan

Menariknya, pusaka serta bangunan itu ditemukannya di dalam sebuah hutan. Sebelumnya pria ini mengaku bahwa mendapatkan isyarat lewat sebuah mimpi.

Baca Selengkapnya
Polisi Muda Anak Petani Kopi Dipanggil Komandan dan 'Diomeli', Pinggangnya Dicek Diperintah Lakukan ini
Polisi Muda Anak Petani Kopi Dipanggil Komandan dan 'Diomeli', Pinggangnya Dicek Diperintah Lakukan ini

Seorang polisi muda anak petani tiba-tiba dipanggil komandan dan diminta untuk melakukan misi sebagai polisi dalam waktu satu bulan.

Baca Selengkapnya