Menabung ala pemulung
Merdeka.com - Budaya menabung saat ini mulai jarang dilakukan. Apalagi oleh masyarakat golongan menengah ke bawah yang terhimpit beban kehidupan sehari-hari. Uang yang mereka dapatkan dari hasil bekerja, kebanyakan ludes untuk menutup kebutuhan sehari-hari.
Bagi juragan rosok, Samad dan istrinya, Nani Widiastuti, menabung adalah keharusan. Tak hanya untuk dirinya, tapi juga karyawan dan pemulung yang memasok barang rosok kepadanya. Setiap hari, Samad menerima barang dari sekitar 250 pemulung. Dia sendiri mempekerjakan 40 orang.
"Tabungan ini ada sejak tiga tahun terakhir, setelah banyak pemulung yang mengeluh uangnya hilang. Mereka kebanyakan hidup di jalan, jadi rawan. Kalau mau nabung di bank, alasannya ribet," ujarnya saat ditemui di gudang rosok di daerah Layur, Semarang, Rabu (11/4).
Jumlah uang yang ditabung pun bervariasi, mulai Rp 5 ribu hingga Rp 100 ribu per hari. Samad mengungkapkan, ada pemulung yang memiliki tabungan hingga Rp 50 juta. Tapi dia enggan mengungkap identitas pemulung tersebut. "Yang punya sudah tua, bilangnya mau buat naik haji," ungkap Samad. Sampai saat ini, nasabah tabungan ini sekitar 150 orang.
Samad mengaku, uang yang ditabung tersebut tidak mendapat bunga dan tidak dipotong administrasi. "Seperti celengan, tapi uangnya dititipkan. Kebenyakan diambil pas Lebaran. Mereka enggak merasa, tiba-tiba ada uang di tabungan," paparnya.
Tak hanya menyimpankan uang, Samad juga sering mengumpulkan ratusan pemulung untuk menggelar acara. Dalam acara itu, disediakan doorprize dan pemberian penghargaan. Biasanya, acara tahunan itu digelar saat ulang tahun pernikahan Samad dan istrinya, yakni 5 Mei.
"Tahun ini, rencananya menggelar wayangan. Sekalian meresmikan gudang baru. Kalau yang di sini ini kan masih sewa. Gudang baru itu sudah milik saya sendiri," terangnya. Dia juga berencana mengumrahkan dua karyawannya.
Menurut Samad, bisnis rosok saat ini sangat ketat karena banyak juragan yang membeli mesin baru dengan teknologi canggih. Selain itu, masuknya limbah dari China juga turut memengaruhi. "Harga dari China lebih murah, pemain lokal kebingungan menentukan harga," jelasnya.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sempat kerja di Bandara Soekarno-Hatta selama dua tahun, Opi memutuskan buat banting setir berjualan bakso ikan dengan gerobak.
Baca SelengkapnyaSeorang pengusaha asal Jakarta, Arsjad Rasjid membagikan momen makan nasi liwet bareng ibu-ibu dan petani di Karawang.
Baca SelengkapnyaIstri Kasad Jenderal Maruli Simanjuntak kesakitan saat terkena pedang Dayak di kakinya, ekspresi orang-orang jadi sorotan.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Seorang warganet mengabadikan keseruan itu dari jendela kamar kosnya.
Baca SelengkapnyaKorban sempat cekcok dengan istrinya hingga sang istri meninggalkannya.
Baca SelengkapnyaBeberapa momen tak terduga yang dialami oleh anggota Paskibraka Nasional.
Baca SelengkapnyaUcok Baba yang datang bersama anak laki-lakinya memberikan bantuan untuk pasangan suami istri yang bekerja sebagai pemulung tersebut.
Baca SelengkapnyaSeorang pedagang dikagetkan dengan temuan sekantong plastik. Plastik tersebut berisi peluru dan granat di pinggir kali.
Baca SelengkapnyaKorban dijanjikan menjadi tentara dan pelaku meminta uang ratusan juta rupiah dari keluarga.
Baca Selengkapnya